Tumpek Kandang, Hari Kasih Sayang Untuk Binatang

 Tumpek Kandang, Hari Kasih Sayang Untuk Binatang

Masyarakat Hindu melaksanakan perayaan Tumpek Kandang, Sabtu 9 Mei 2020. Upcara tersebut sebagai sebuah cara umat Hindu di Bali untuk memuliakan segala jenis hewan sebagai bagian ekosistem penopang kehidupan di dunia. Upacara itu sebagai bentuk selamatan untuk binatang-binatang, piaraan (wewalungan). Tumpek Kandang juga disebut Tumpek Andang atau Tumpek Uye karena bertepatan dengan, Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Uye yang datangnya setiap 210 hari.

Jro Mangku I Ketut Arthana (71) mengatakan, pada saat Tumpek Kandang itu, umat Hindu membuat upacara memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Siwa Pasupati yang disebut Rare Angon, penggembala semua makhluk di alam semesta ini. Pemujaan itu diwujudkan dengan memberikan upacara selamatan terhadap semua bintang, khususnya binatang ternak atau piaraaan. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi Bali yang memberikan pesan agar manusia senantiasa bersahabat dengan alam dan isinya.



Pada hari raya Tumpek Kandang masyarakat Hindu yang memelihara binatang akan melakukan pasupati puja. Mereka menghaturklan sesajen yang dipersembahkan kepada Dewa Pasupati yang tidak lain adalah Dewa Siwa. Selain memuliakan lingkungan binatang (bhuana agung), upacara suci ini juga untuk menyucikan diri dari sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia (bhuwana alit).

Jro Mangku Artana menambahkan, perayaan Tumpek Kandang pada intinya untuk mensyukuri karena Tuhan telah menciptakan mahluk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sesajen yang dihaturkan, berupa banten peras dapetan, tediri dari tipat blayag dan tipat nasi untuk hewan berkaki empat dan tipat kedis bagi yang berkaki dua. “Ada juga buah-buah, jajan disertai gantung-gantungan penyeneng supaya hewan-hewan itu menjadi senang. Biasanya, upacara ini digelar pada saat Tumpek kandang sebelum jam dua belas,” katanya.

Baca Juga:  Menjaga Warisan, Anak-anak Setingkat SMP Lihai Ngetik Aksara Bali

Upacara suci ini tak hanya dilakukan oleh masyarakat Hindu di lingkungan rumahnya, tetapi juga digelar disetiap Daya tarik Wisata (DTW) yang mengandalkan binatang sebagai daya tarik. Sebut saja di DTW Alas Kedaton dan Sangeh Monkey Forest, keduanya menggelar upacara tersebut secara rutin setiap Tumpek Kandang.

Desa Adat Kukuh yang menjadi penanggung jawab DTW Alas Kedaton selalu melaksanakan upacara tersebut. Tumpek Kandang sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan karena telah menciptakan adanya alam yang bisa menjadi sumber kehidupan manusia, khususnya bagi warga Kukuh. Upacara tersebut, dipusatkan di Pura Dalem Khayangan Kedaton kemudian semua kue dan buah yang ada di sesajen itu diberikan kepada monyet-monyet dan kalong (kelelawar raksasa).

Demikian pula di DTW Sangeh Monkey Forest, upacara ini digelar oleh warga desa secara bergiliran. Upacara tersebut di pusatkan di Jaba Pura Bukit Sari. Setelah dihaturkan kepada Tuhan, semua isi sesajen (buah, kue, jajan) diberikan kepada monyet-monyet sebagai penghuni hutan yang dominan ditumbuhi pohon Pala itu. [B/*]

Related post

92 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *