”Lelakut” Pameran Eco Art Galang Kangin di Subak Telunnayah

”Lelakut: Eco Art Galang Kangin” pameran seni rupa ini tak hanya kreatif, tetapi ada pesan menarik yang ingin disampaikan. Kesenian dijadikan sebagai bagian dari upaya mengkampanyekan (menyebrangkan) isu lingkungan yang inspiratif dengan perspektif peningkatan apresiasi di tengah kerusakan ekologi. Pameran ini bisa jadi sebagai sebuah kerja yang berujung pada usaha mereposisikan kembali hubungan manusia dengan alam agar lebih harmonis. Para perupa menempatkan eksplorasi kreatif penciptaan karya seni sebagai upaya refleksi kritis membaca lingkungan.
Pemeran yang menghadirkan ratusan karya seni itu digelar oleh Galang Kangin bekerjasama dengan Kuwarasan a Pramana Experience bertempat di Wewidangan Subak Telunnayah, Banjar Penusunan, Tegalalang, Gianyar. Pameran telah dibuka pada 10 Oktober 2020 dan akan berlangsung selama seminggu. Perupa yang menampilkan hasil karyanya, yaitu Nyoman Diwarupa, Made Gunawan, Wayan Setem, Anthok S, Made Ardika, Ketut Agus Murdika, Made Galung Wiratmaja, Komang Atmi Kristiadewi, Wayan Naya Swantha dan Dewa Gede Soma Wijaya.
Galang Kangin menghadirkan realitas lingkungan sosial dalam praktek seni. Selain itu, menghadirkan persoalan ekologi dalam bingkai kekaryaan, tidak secara spektakuler mau meluruskan disharmoni persoalan di atas. Karya ini tidak juga menawarkan solusi-solusi sosiologis sebagaimana pernyataan-pernyataan para politikus, pemegang kekuasaan, pakar lingkungan, lembaga swadaya masyarakat, namun melakukan perantauan estetika dengan mencermati lingkungan sebagai ranah berkreativitas.
Pesan yang disampaikan, adalah ajakan memahami lingkungan untuk ”dibaca” dan dimanfaatkan. Alam adalah kesatuan organis yang tumbuh, berkembang dalam adabnya sendiri. Prilaku dan daya hidup dari sebuah ekosistim merupakan mutual yang saling memberi. ”Esensi dari karya-karya yang ditampilkan ini adalah, Bali tidak hanya cukup dijaga dengan Om Shanti, Shanti, Shanti, melainkan harus lebih jauh dari itu, yakni kita bersama mencari tafsir baru mengenai kaitan trihita karana,” kata Made Galung Wiratmaja.
Kekaryaan sebagai media untuk menyebrangkan isu lingkungan agar meningkat apresiasi masyarakat untuk hidup ramah lingkungan. Untuk mencegahnya maka diperlukan kesadaran makro-ekologi karena keseluruhan interaksi antara manusia dan lingkungan membentuk suatu lingkungan geo-fisik merangkap sebagai sistem otonom. ”Setiap perubahan pada salah satu unsurnya membawa akibat yang kerap disebut ekosistem. Ekosistem-ekosistem lokal pada gilirannya terkait satu sama lainnya di dalam sistem global bumi,” jelasnya.
Menurut Galung, di tengah munculnya ancaman krisis lingkungan, seni pada dasarnya dituntut untuk turut memberikan kontribusi penyadaran dan perbaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahwa persoalan lingkungan adalah bersama, semua pihak termasuk seniman harus bekerjasama untuk mencari solosi memperbaiki lingkungan hidup. Begitu juga wacana dan praktik-praktik pelestarian lingkungan baik dari LSM, yayasan, organisasi, dan pemerintah patut kita dukung. “Selama ini upaya untuk memperbaiki nasib pelestarian lingkungan terus dilakukan dengan berbagai upaya seperti lomba lingkungan, penghargaan Kalpataru dan yang lainnya. Namun upaya tersebut masih harus didukung dengan kegiatan lain, salah satunya apresiasi lingkungan lewat ranah kesenian,” ungkapnya.
Sementara CEO Pramana Experience, Nyoman Sudirgayusa mengatakan, kondisi pandemi saat ini tidak saja dialami oleh usaha pariwisata termasuk hotel, restaurant, dan travel, tetapi juga mempengaruhi sektor lain termasuk para seniman yang kesulitan untuk untuk memperkenalkan karya seninya. Karena itu, Pramana mendorong untuk menjadikan hotel atau unit-unitnya bisa dijadikan termpat bagi para seniman untuk memajang karya seninya. “Kami berharap ini bisa menjadi terobosan disituasi new normal bagi para seniman untuk bisa dan tetap berkarya dan memamerkan serta memasarkan karya-karya seni mereka ke para pelanggan,” ucapnya.
Sudirgayusa menegaskan, Kuwarasan a Pramana Experience senantiasa berkomitmen untuk mendukung terciptanya pariwisata yang berkesinambungan, sesuai dengan konsep pariwisata Bali yang sudah dicetuskan sedari awal dibuat untuk Bali. Hal ini juga menjadi konsep yang terus menerus dilakukan oleh Pramana Experience sebagai hotel manajemen disenua unitnya, termasuk di Kuwarasan. “Saat ini, semua unit hotel dibawah Pramana sudah dibuka, dengan merubah target market menjadi lokal atau domestic,” trutupnya. [B/*]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali