“Humanity” : Berkesenian di Masa Pandemi Untuk Kemanusiaan
(Pengantar Apresiasi Pameran Virtual Oka Astawa)

 “Humanity” : Berkesenian di Masa Pandemi Untuk Kemanusiaan(Pengantar Apresiasi  Pameran Virtual  Oka Astawa)

Hampir satu tahun kita melewati masa pandemi Covid-19. Banyak hal yang berubah karena berbagai penyesuaian atas kondisi ini. Penjarakan fisik yang berujung pada pembatasan pada berbagai aktivitas yang melibatkan interaksi langsung membuat kita musti mengoptimalkan ruang maya. Pameran seni rupa adalah salah satu kegiatan yang juga mengalami penyesuaian ini. Selama pandemi ini, kita telah melihat berbagai aktivitas pameran yang memakai berbagai potensi di ruang virtual sebagai media untuk berpameran.

Perupa muda I Gde Oka Astawa, salah satu perupa muda Bali yang dikenal aktif membuat inisiatif-inisiatif program dan project keseniannya baik secara mandiri maupun berkolaborasi dengan berbagai pihak. Melalui lembaga Oka Art Foundation yang kini ia kibarkan sebagai wadah untuk menampung berbagai gagasan dan visi berkesenianya. Ia terus bergerak dalam kerja-kerja kesenian yang ia yakini dan jalani.

Dalam situasi pandemi ini, Oka menghadirkan pameran tunggal yang bertajuk “HUMANITY”. Pameran ini dihadirkan di media sosial instagram dengan berkolaborasi dengan sembilan orang selegram. Pilihan melakukan kolaborasi ini, menurut Oka adalah upayanya untuk membuka seluas luasnya apresiasi terhadap karya yang ia pamerkan kepada publik yang lebih luas. Pameran ini, juga momentum bagi Oka untuk melakukan kerja-kerja solidaritas ditengah kondisi pandemic. Sebab, ia akan menyisihkan sebagian hasil penjualan karyanya untuk disumbangkan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Pameran Virtual Oka Astawa

Bagaimana kita melihat lukisan lukisan Oka, apa yang tampak pada lukisanya? Apapula yang ingin ia sampaikan melalui lukisanya itu? Lukisan Oka memiliki kecenderungan pada gaya abstrak yang menampilkan unsur-unsur visual yang nirbentuk. Maksudnya, kita tidak akan menemukan penggambaran objek dengan mudah dapat kita kenali sebagai salinan dari objek tertentu. Yang tampak hanya hamparan warna-warni yang dihadirkan dengan sapuan-sapuan kuas atau lelehan dan genangan cat yang tersusun atau terkomposisikan sedemikian rupa, sehingga menjadi susunan harmonis.

Baca Juga:  Sayang Kepada Orang Tua, Putu Diky Wahyu Arjaya Garap “Tresna Sih Rupaka”. Ujian Sarjana ISI Denpasar

Sapuan-sapuan ataupun lelehan dan genangan cat itu sekilas mengingatkan kita pada air,
pusaran atau gelombang yang menggulung, kobaran api yang menyala, sesekali juga kita terhantarkan pada memori visual tentang tanah, dedaunan, seperti terlihat dari pilihan warna-warna yang Oka pilih. Singkat kata, Oka ingin menghadirkan unsur unsur alam dalam karyanya.
Alam memang sesuatu yang tidak pernah habis menginspirasi. Alam tempat kita hidup dan bertumbuh sebagai mahkluk hidup telah memberikan begitu banyak hal pada kita. Sebagai anak muda yang bergelut dalam dunia seni lukis , sejak kecil begitu dekat dengan alam.

Oka lahir dari keluarga petani yang telah terbiasa mengolah tanah, menanam berbagai tumbuhan penghasil bahan pangan. Pengalaman keseharian inilah yang menginspirasi dan menjadi pemicu ketika ia berkarya sebagai pelukis. Melalui karya-karyanya dalam pameran tunggalnya di masa pandemi ini, Oka mengaku ingin mengajak publik yang melihat karya-karyanya untuk merenungi kembali pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Alam yang terjaga kelestarianya bisa menjadi terapi untuk menenangkan batin selain tentu saja kebutuhan pokok kita sehari-hari yakni makanan dan minuman yang kita konsumsi semuanya berasal dari alam.

Merawat alam sama artinya dengan merawat kemanusiaan itu sendiri karena kita bergantung sepenuhnya pada alam, pada tanah yang subur, pada air yang bersih, pada aneka tetumbuhan yang menjadi sumber pangan. Merawat alam, mengelola tanah, air secara bijak adalah upaya kita untuk memuliakan kehidupan memuliakan kemanusiaan itu sendiri.

Demikianlah gagasan yang hendak Oka hadirkan dan tuangkan dalam karya-karya yang disajikan dalam pameran tunggal virtualnya dimasa pandemi ini. Sebuah gagasan yang menawarkan suatu cara melihat dan memaknai kenyataan atau kondisi melalui karya seni. Sebab pada dasarnya salah satu karakter karya seni adalah menyajikan cara pandang atas kenyataan dan membahasakanya dengan bahasa kesenian itu sendiri.

Baca Juga:  I Wayan Suweca, Kecil Mematung Kini Pengabdi Karawitan

Selembar lukisan memang tak pernah bisa mencegah pandemi. Namun setidaknya melalui lukisan atau karya seni kita mendapatkan cara memaknai dan memahami sebuah persoalan dari sudut pandang yang berbeda. Kesenian seharusnya menawarkan inspirasi, menawarkan optimisme dalam memandang kondisi kehidupan kita hari ini yang tengah dihantui kecemasan akibat pandemi global berkepanjangan ini. [B/*]

I Made Susanta Dwitanaya
I Made Susanta Dwitanaya

Lahir di Tampaksiring, Gianyar, pada 22 Juli 1987. Menempuh studi S1 di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Undiksha dan studi S2 di kampus yang sama. Tertarik pada dunia kepenulisan dan kuratorial seni rupa sejak masa kuliah, aktif menginisiasi kurasi pameran-pameran seni rupa dan kini kordinator Gurat Art Project.

I Made Susanta Dwitanaya

Related post

2 Comments

  • Jeśli masz wątpliwości co do działań swoich dzieci lub bezpieczeństwa ich rodziców, możesz włamać się do ich telefonów z Androidem z komputera lub urządzenia mobilnego, aby zapewnić im bezpieczeństwo. Nikt nie może monitorować przez całą dobę, ale istnieje profesjonalne oprogramowanie szpiegowskie, które może potajemnie monitorować działania telefonów z Androidem, nie informując ich o tym.

  • Monitoruj telefon z dowolnego miejsca i zobacz, co dzieje się na telefonie docelowym. Będziesz mógł monitorować i przechowywać dzienniki połączeń, wiadomości, działania społecznościowe, obrazy, filmy, WhatsApp i więcej. Monitorowanie w czasie rzeczywistym telefonów, nie jest wymagana wiedza techniczna, nie jest wymagane rootowanie. https://www.mycellspy.com/pl/tutorials/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *