Ketika Disajikan di PKB XLIII Kesenian Gandrung Masih Digandrungi Generasi Muda

 Ketika Disajikan di PKB XLIII Kesenian Gandrung Masih Digandrungi Generasi Muda

Siapa bilang kesenian gandrung tak memiliki penggemar? Lihat saja penampilan kesenian langka ini dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII tahun 2021. Sekaa Kesenian Gandrung “Padma Sandhi” Banjar Abasan, Desa Padangsambian Klod Kecamatan Denpasar Barat yang tampil dalam acara Rekasadana (Pergelaran) ini mendapat simpati dihati masyarakat. Kesenian sederhana dan unik ini yang tampil di Gedung Ksirarnawa, Art Center Bali, Selasa, 22 Juni 2021 itu memang membatasi penonton, tetapi masyarakat bisa menyaksikan melalu Chanel YouTube Dinas Kebudayuaan Provinsi Bali. Indah dan menghibur.

Kesenian Gandrung

Sekaa Gandrung Padma Sandhi mengawali pergelarannya dengan menampilkan ”Tabuh Saron”. Tabuh ini sudah sangat lama dan diperkirakan sudah berkembang pada puncak-puncak keindahan masa lampau. Tabuh petegak ini disajikan dengan mengungkapkan rasa keindahan melalui media suara gamelan berupa gamelan rindik gegandrangan yang terbuat dari bambu. Alunannya terdengar menawan, karena tanpa meninggalkan unsur bite, balance, harmony, rite dan melody. Teknik permainan beragam, seperti oncan-oncangan, kekenyongan, netdet, noret, nerot dan kotekan. Komposisi tabuh tetap pada pakem Tri Anga Sarira yakni Pengawi, Pengawak dan Pengecet serta Pekaad.

Tari Pendet

Sekaa Gandrung yang dikoordinatori ole I Made Gede Ary Sujaya, kemudian menampilkan Tari Pendet. Tari ini dipentaskan secara berkelompok dengan gerakan yang lemah gemulai. Pendet merupakan tari penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Namun, seiring perjalanan waktu Tari Pendet berkembang menjadi tari ucapan selamat datang, serta tetap mengandung nilai yang religius. Para wanita menari dengan membawa bokor yang berisi canang atau bunga ditambah dengan hiasan janur.

Selanjutnya menyajikan Tari Jauk Keras, sebuah karya seni menarik yang tidak diketahui penciptanya. Tarian ini menggambarkan seorang raja yang sedang berkelana, sehingga tarian ini memiliki gerakan yang berwibawa. Tari Jauk Keras memiliki kostum seperti tari Baris, hanya saja tari Jauk Keras menggunakan topeng, gelungan (mahkota raja), dan sarung tangan dengan kuku yang panjang. Sesuai dengan namanya, gerakan Tari Jauk Keras adalah tarian yag tergolong bringas.

Baca Juga:  Gubernur Koster Buka Bulan Bahasa Bali 2021
Komitmen Pelestarian Bahasa dan Budaya Tetap Terjaga di Tengah Pandemi

Pada bagian berikutnya menampilkan Tari Condong, sebuah tarian yang diduga berasal dari istana di Bali pada pertengahan abad ke-19. Tari ini tidak diketahui penciptanya, namun sejarah rakyat mengacu sebagai potret seorang pelayan istana yang melayani raja, serta kagum akan kuasanya dan kecantikan putri sang raja. Tarian ini ditarikan dengan gerakan yang tegas dan ekspresi yang tajam.

Sajian yang mengagumkan yakni Tari Gandrung Petak. Tari yang ditata oleh Ni Putu Sri Cintya Wulandari dan Ni Putu Jeny Purnama Dewi serta I Made Gede Ary Sujaya sebagai penata tabuh diciptakan agar mampu mengajak generasi muda turut melestarikan warisan para leluhur. Gadrung artinya senang, mengasihi, rindu, tergila-gila akan asmara, ehingga diharapkan mampu menari anak-anak muda untuk mencintai gandrung. Tujuannya mengajak masyarakat menari bersama untuk melepaskan beban serta menghibur diri dengan gerakan yang dinamis.

Kesenian Gandrung

Tari Gandrung Bang sebagai penampilan berikutnya ditarikan dengan balutan kain merah yang melambangkan keberanian. Atas dasar keberanian, diciptakan untuk mematangkan semangat generasi muda untuk mengembangkan warisan para leluhur. Gerakan tubuh dengan penuh ketulusan, iIkhlas melaksanakan swadharma. Tari ini ditata oleh Ni Putu Sri Cintya Wulandari dan Ni Putu Okta Wulandari serta I Wayan Wijuja (almarhum), I Gede Yudana dan I Made Gede Ary Sujaya, sebagai penata tabuh. [B/*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *