“Tari Baris Sesandaran” Terinspirasi dari Kesenian Barong Landung

 “Tari Baris Sesandaran” Terinspirasi dari Kesenian Barong Landung

Jika sempat menyaksikan “Tari Baris Sesandaran” pasti terkesima dengan gerak serta ekspresi para penari yang betul-betul kreatif dan unik. Konsep, bentuk dan pola penyajian mungkin tak jauh beda dengan tari-tarian baris lainnya, namun tari yang dibawakan oleh 8 (delapan) penari pria ini sangat khas. Pada beberapa bagian adegan, penari menyanyi atau metembang memakai pola Barong Landung yang disebut dengan Sesandaran, sebuah lagu saling berbalas pantun. Gerak tarinya merupakan kombinasi dari gerak Barong Landung dengan pola bebarisan yang dikembangkan.

Tari Baris Sesandaran

Rias wajah hanya memakai urna (cundang) warna putih dari pamor (kapur) yang memberi kesan sakral, ekspresi kehendak dan ketulusan, serta lebih menekankan pada unsur persembahan. Bedaknya sangat natural, sehingga tampak kesederhanaan. Property yang dipergunakan, sebatang dupa besar dihiasi dengan janur dibawa masing-masing penari, seakan mengajak penonton pada suasana religius. Tentu saja, pasalnya I Gede Oka Surya Negara, SST., M.Sn yang menata Tari Baris Sesandaran ini terinspirasi dari kesenian Barong Landung, sehingga sarat dengan unsur religius.

Tari yang digarap terkait dengan Hibah Penciptaan Seni Tahun 2021, oleh Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini merupakan sebuah karya tari yang mengimajinasikan dua tokoh yaitu tokoh Jero Gede dan tokoh Jero Luh. Hal itu, terinspirasi dari kesenian Barong Landung yang ada di Banjar Kaliungu Kelod Denpasar yang telah mesineb (tersimpan) selama 17 tahun. Bisa dibayangkan, jika kesenian tidak dilestarikan, maka satu jenis kesenian khas yang ada di Banjar kaliungu bakal ditelan bumi.

Melalui Tari Baris Sesandaran ini maka diharapkan mampu membangun memory kolektif pada masyarakat di Banjar Kaliungu Kelod dan masyarakat Bali pada umumnya. Dalam penataannya, memasukan olahan kreativitas, sehingga menarik untuk dilakukan para generasi muda sebagai pewarisnya. Para penari tak hanya menguasai olah gerak, tetapi juga piawai dalam matembang, yaitu lagu saling berbalas pantun. Gerak tarinya merupakan kombinasi dari gerak Barong Landung dengan pola bebarisan yang dikembangkan. Apalagi pada saat pentas, tari ini didukung Mahasiswa Pendidikan Seni Pertunjukan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar menjadikan tari itu lebih hidup.

Baca Juga:  Tari Kembang Ura Tampil Mempesona di Solo International Performing Art 2024

Satu hal yang membuat sajian ini sangat menarik, ketika Oka Surya Negara yang merupakan dosen Jurusan Tari Fakultas seni Pertunjukan ISI Denpasar mampu mengkemas struktur garapan yang membangun wujud tari secara utuh, sehingga mampu menciptakan suasana tampak lebih dinamis. Struktur itu merupakan satu kesatuan, baik dalam tari maupun musik yang terjalin dalam satu bentuk karya dan saling mendukung. Apalagi, tiap-tiap bagian musik memiliki suasana dan karakter yang berbeda, sehingga mampu membangun suasana pada setiap bagian pola gerak tari.

Struktur garapan Tari Baris Sesandaran ini terdiri dari 5 bagian yaitu, bagian pepeson digambarkan oleh para penari memasuki areal stage dan mencari formasi atau pola lantai, bagian pengawit menampilkan penari mulai menari menampilkan karakter gerak putra agung, beribawa dengan pola-pola gerak bebarisan dan gerak Barong Landung sambil membawa dupa di tangan kanan. Pada bagian pengawak menampilkan gerak yang dipadukan dengan vocal atau tembang Cecantungan. Sementara bagian pengecet menampilkan dua tokoh yang memerankan Jero Gede dan Jero Luh (Katrung) sambil menyanyikan lagu sesandaran dan saling melakukan interaksi balas pantun antar kedua tokoh. Sedangkan bagian pekaad para penari menyanyikan gending mepamit (mengundurkan diri) dari penonton dan kemudian seluruh penari mengakhiri tarian dengan keluar dari panggung.

Tari Baris Sesandaran

Materi gerak masih berpijak pada pakem gerak tradisi tari Bali dan beberapa pengembangan sesuai dengan imajinasi penata yang membuat karya ini memiliki identitas tersendiri. Pola-pola gerak yang dipergunakan, Agem (fose diam, tidak berpindah tempat, Mejalan (perpindahan dari satu tempat ke tempat lain), Kipekan (gerakan kepala melihat ke kiri dan ke kanan dengan hentakan), Jalan Ngelayak (gerakan berjalan dengan posisi tubuh agak rebah ke belakang), Miles (gerakan memutar tumit kaki kanan atau kiri), Nanjek (posisi kaki kanan atau kiri yang menumpu pada pangkal ibu jari kaki), Nyeregseg (gerakan kaki ke samping kanan dan kiri dengan cepat), Nengkleng (gerakan mengangkat salah satu kaki), Nayog (gerakan berjalan pelan diikuti tangan yang mengayun) serta Ngoyod (gerakan badan ke samping kanan dan kiri).

Baca Juga:  Tiga Hal Penting Perlu Diperhatikan dalam Menggarap Drama Bali Modern

Dalam memberikan identitas karya tari itu, Oka Surya Negara mempercayakan Ni Komang Sri Wahyuni, SST., M.Sn sebagai penata kostumnya. Disamping untuk menutupi tubuh penari, tata kostum juga berfungsi untuk menunjukkan karakter/identitas karya dan menambah daya tarik penampilan. Kostum tari dominan memakai warna hitam dan putih yang mampu memberikan kesan religius. Warna hitam putih (poleng) dan motif klasik merupakan identitas dari busana Barong Landung. Adapun tata busana yang dipergunakan terdiri dari; baju dan celana panjang warna putih, kamen (kain) motif klasik, saput warna poleng kombinasi motif klasik untuk menutupi badan, badong warna poleng untuk menutupi leher, angkeb warna poleng untuk menutupi pungung, semayut untuk mengikat keris, keris, wig (rambut imitasi) dan udeng (destar) untuk hiasan kepala.

I Gede Oka Surya Negara

Sementara untuk memberikan aksen pada gerak dan suasana dalam setiap adegan, Gede Oka Surya Negara didampingi I Gede Mawan, S.Sn., M.Si sebagai penata iringannya. Jenis gamelan itu Bebonangan dan Batel yang diramu dengan segala unsur dalam seni karawitan mampu menjadikan sebuah iringan yang sangat menyatu dengan garap tarinya. Struktur gamelan terdiri dari kawitan, pepeson, pengawak, pengecet dan pekaad. Jenis instrumen yang dipakai itu, seperti kendang besar (cedugan) lanang dan wadon, kendang kecil (krumpungan) lanang dan wadon), cengceng kopyak dan cengceng ricik, jublag dan jegog, riong, gong dan suling (seruling) yang memberikan kesan manis. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post

1 Comment

  • Les téléphones mobiles Samsung ont toujours été l’une des marques les plus populaires sur le marché avec une variété de fonctionnalités, l’enregistrement vocal étant l’une d’entre elles.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *