“Jeg Ojog” Warung Banjar Lebah, Ada Tipat Cantok, Rujak dan Es Pelangi
Tinggal di Kota Denpasar dan ingin menikmakti tipat cantok, rujak atau menu tradisional lainnya, jangan pergi kemana-mana. Datang saja ke Jalan Kecubung, tepatnya di Bale Banjar, Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur. Warung tradisional itu tanpa nama juga tanpa nomer, tetapi “jeg ojog” Banjar Lebah saja pasti ketemu. Lokasinya pas di depan sebelah kanan banjar. Bentuk warungnya tak terlalu luas, tetapi menu-menu yang ditawarkan sungguh menggigit, enak dan pas di lidah.
Jenis menu yang ditawarkan hampir sama dengan warung-warung tradisional lainnya, namun menu di warung ini sangat beda. Setiap menu yang disajikan memiliki rasa yang seimbang antara bahan dan bumbu. Walau demikian, para pembeli juga bisa request sesuai dengan keinginan dan selera. Intinya, dalam satu porsi pasti pas dan damai di perut. “Saya tak memiliki resep khusus dalam mengolah menu. Saya hanya ingin menyajikan menu-menu enak, dan sesuai selera pembeli,” ungkap Ni Wayan Sumiati, pedagang menu tradisional itu.
Menu-menu yang ditawarkan sangat beragam, tetapi yang banyak dipesan adalah tipat cantok, plecing kangkung, rujak gula dan kuah pindang, serta es pelangi atau sering disebut es warna-warni. Menu-menu yang ditawarkan tak hanya terasa enak, tetapi disajikan dengan sangat rapi dan bersih. Proses pembuatannya sangat cepat, hanya beberapa menit menu yang dipesan sudah langsung jadi. Maklum, kelihaiannya mengolah menu, seperti kepiawaiannya mengolah gerak tari yang penuh ekspresi ketika masih gadis dulu.
Istri I Ketut Suryana, S.Sn ini memang memiliki darah seni, sehingga dalam mengolah menu pun diekspresiklan melalui seni juga. Maksudnya, seni mengolah menu. Hal itu tampak sekali cara mengolahnya yang sangat detail, rapi dan higienis. Begitu pula dalam penyajiannya. Namun yang paling tampak nyata, adalah sikap ramah kepada para pelanggan tanpa ada perbedaan. Sayangnya, kepastian buka dan tidaknya warung itu mesti dipastikan terlebih dahulu. “Saya harus mengantar anak sekolah dulu, baru buka warung. Kalau ada rerahinan, saya biasanya tutup,” akunya polos.
Masalah harga, biasa-biasa saja. Artinya, tak terlalu mahal, bahkan sesuai kocek kantong di masa pandemi ini. Warung ini dibuka setiap hari mulai pukul 13.00 Wita hingga pukul 17.00 wita atau lebih, menurut ramainya pembeli. Tetapi, kalau ada kegiatan di banjar, ia akan menyiapkan menu yang lebih banyak dari biasanya. “Saya ingin memuaskan para pelanggan, tetapi sebagai ibu rumah tangga saya juga harus bisa membagi waktu untuk keluarga,” ucap ibu tiga putra ini polos. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali