6 Koleksi Busana Adat Bali “Berbudi Bawa Leksana” Modis, Terjangkau dan Berkelanjutan
Jika saja menyaksikan penampilan para model yang memperagakan rancangan busana bertajuk, “Berbudi Bawa Leksana”, maka tidak akan pernah ragu untuk memakai busana adat Bali saat ke kantor. Para model melenggak-lenggok menampilkan berbagai desain busana adat Bali, khusus untuk melakukan aktivitas pada hari-hari tertentu. Modis, nyaman, dan sangat menawan. Bahan dan warna, sangat serasi karena memakai bahan endek asli Bali, sehingga terasa lebih mantap dan percaya diri dalam berbusana.
Itulah suasana diseminasi “Berbudi Bawa Leksana” rancangan busana adat Bali ke Kantor dalam bentuk pergelaran yang telah dilaksanakan di Plaza Renon Denpasar, beberapa waktu lalu. Rancangan busana “Berbudi Bawa Leksana” merupakan hasil Penelitian dan Penciptaan Seni (P2S) Dosen Program Studi (Prodi) Desain Mode Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Ni Putu Darmara Pradnya Paramita bersama Made Tiartini Mudarahayu, dan Ni Kadek Yuni Diantari. “Kami ingin menawarkan rancangan busana adat Bali ke kantor atau aktivitas pada hari-hari tertentu,” kata Pradnya Paramita senang,
Memang, masyarakat Bali memiliki jadwal menggunakan busana adat Bali dalam aktivitsanya pada hari-hari tertentu. Hal itu, sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 tentang penggunaan busana adat Bali pada hari-hari yang telah ditentukan. Namun, ada fenomena ketidakpatuhan beberapa masyarakat, dengan alasan tidak nyaman. “Nah, itulah alasan lahirnya “Berbudi Bawa Leksana” sebagai sebuah rancangan busana adat ke kantor yang modis, terjangkau, dan berkelanjutan,” terang Pradnya Paramita serius.
Fenomena masyarakat khususnya kaum perempuan yang tidak patuh dengan Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 itu karena alasan tidak nyaman itu. Fenomena tersebut kemudian diyakininya, setelah melakukan riset melalui P2S. Faktor lain sebagai penyebab juga, karena banyaknya pelaku industri mode di Bali menyalahgunakan peluang ini dengan menghadirkan busana adat dengan bahan tekstil yang diproduksi di luar Bali dengan harga yang lebih terjangkau. “Fenomena ini tentu dapat merusak siklus produksi pelaku insutri tekstil tradisional di Bali, dan akan mengagalkan upaya pemerintah untuk mendukung perekonomian pelaku industri mode dan tekstil lokal di Bali,” paparnya.
Berdasarkan fenomena tersebut, Pradnya Paramita bersama anggota tim nya menggagas busana adat ke kantor untuk perempuan bertajuk “Berbudi Bawa Leksana”. Busana ini mengusung konsep modis (fashionable), terjangkau (affordable), berkelanjutan (sustainable) dalam 6 koleksi dalam “Berbudi Bawa Leksana”. Rancangan koleksi busana ini menggunakan tekstil tradisional Bali, seperti endek, rang-rang dan wastra bebali produksi penenun asal Desa Ampel dan Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida, Desa Seraya Timur dan Desa Sidemen Kabupaten Karangasem. “Dan yang pasti, rancangan koleksi busana itu mendapat sentuhan modern melalui perpaduan tekstil linen,” jelasnya bangga.
Dalam P2S itu, selain menghasilkan 6 koleksi busana Berbudi Bawa Leksana pada pagelaran diseminasi itu, Pradnya Paramita bersama tim juga menghasilkan luaran lain, diantaranya; Jurnal Nasional terakreditasi Sinta, koleksi busana tercatat dalam Surat Pencatatan Ciptaan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Buku Ajar yang dapat diterapkan dalam perkuliahan pada Program Studi Desain Mode maupun Kriya Tekstil, video pergelaran yang diunggah di youtube, publikasi melalui media cetak.
Pradnya Paramita seluruh kegiatan P2S itu saat ini ISI Denpasar mendanai belasan proposal P2S pada tahun ini, sebagai salah satu bentuk skema hibah penelitian yang diselenggarakan melalui Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP). “Termasuk pula, Berbudi Bawa Leksana Busana Adat ke Kantor yang Modis, Terjangkau, dan Berkelanjutan ini sebagai salah satu proposal P2S pemenang hibah dan didanai oleh DIPA ISI Denpasar Tahun Anggaran 2022,” pungkas Paramita. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali