“Art, Surf and Marine Ecology” 19 Karya Papan Surfing I Gede Oka Astawa
Indah sekaligus bikin kaget! Ya…, itu karena perupa I Gede Oka Astawa melukis di atas papan selancar yang biasa digunakan wisatawan untuk berselancar (surfing). Gaya dan motifnya sungguh menarik. Pilihan warna juga tak kalah indahnya. Maka, ketika karya seni lukis itu dipajang dalam sebuah ruang, sungguh memikat hati. Karya-karya seni kreatif itu bagai sebuah magnet yang mampu menarik setiap orang untuk menyaksikan secara lebih dekat. Pesan yang disampaikan begitu kuat, disamping memang indah.
Itulah gambaran pameran bertajuk “Art, Surf and Marine Ecology” (pandemic memories series)
di Amarta Beachfront Resort, hotel yang berlokasi Banjar Pasut, Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali. Pada pameran itu, I Gede Oka Astawa menampilkan sebanyak 19 karya pada papan selancar yang masih masih bisa digunakan berselancar dengan baik. Motif yang disajikan sangat beragam, namun masih tetap bersumber pada tema, yakni “ekologi laut”. Pameran telah dibuka pada Sabtu 3 Desember 2022, dan berlangsung hingga 15 Desember 2022.
Oka Astawa mengatakan, ide karya ini lahir ketika masa pandemi Covid-19. Saat itu, dunia pariwisata terpuruk, sehingga orang-orang mengantungkan hidup di dunia wisata pantai mengalami kesulitan, Papan surfing merupakan salah satu sebuah simbol pariwisata Bali, sebagian besar wisatawan pasti akan mengunjungi pantai. “Pada saat pandemic, papan surfing sebagai kebutuhan pokok wisatawan dalam berwisata di pantai seakan tidak ada nilainya. Disaat sebagian besar orang meninggalkan papan surfing, disaat itulah saya melihat barang ini (papan surfing) sebagai ide kekaryaan saya untuk menandai proses seni saya dimasa pandemic,” ungkapnya.
Melalui karya ini, Oka Astawa ingin menandai masa pandemi ini dengan sebuah karya unik dan menarik. Papan surfing sebagai salah satu artepak peninggalan dimasa pandemi, dan ini sebagai sebuah karya seni untuk merespon situasi disaat pandemi. “Itu kalau secara personal. Tetapi, kalau secara umum, karya-karya ini diharapkan menjadi sebuah kenangan bahwa kita pernah melewatkan masa-masa kelamnya industri pariwisata, dan terus membangun kesadaran bersama tentang pentingnya menjaga ecologi khususnya laut. Karena laut merupakan salah satu aset terbaik kita di Bali,” ungkapnya.
Pria kreatif ini menjelasdkan, pandemi Covid-19, merupakan wabah yang merubah tatanan kehidupan masyarakat di seluruh dunia, yang disebut dengan new normal. Covid 19 berdampak sangat berat bagi perekonomian terutama yang mengandalkan perekonomian dalam sektor pariwisata. Denyut pariwisata di Bali ikut berhenti saat Bandara I Gusti Ngurah Rai sempat menutup penerbangan. Kuta yang merupakan pusat pariwisata Bali saat ini tampak mati suri. Mereka yang menggantungkan hidup disektor pariwisatapun harus banting setir mencari pekerjaan lain.
Bali yang dulunya hiruk-pikuk dengan kunjungan wisatawan domestik dan mencanegara, namun pandemi Covid-19 seakan menghentikan seluruh aktivitas warga, dan di objek-objek wisata. Hal itu, beda dengan sebelum pandemi Covid-19 yang melanda sebagian besar dunia. Ribuan turis mancanegara menyempatkan kunjungan kedestinasi wisata di pulau Bali. Di objek-objek wisata tersebut setiap hari tak henti-hentinya dikunjungi para turis mancanegara. Terlebih pada akhir tahun, pesanan kamar hotel dan villa semua penuh untuk mengisi liburan dan menyaksikan seni budaya dan panorama alam Bali yang eksotik. Keindahan panorama dan kuatnya tradisi serta seni masyarakat Bali menjadi sebuah karunia tuhan yang penuh kharisma untuk dinikmati oleh masyarakat dunia. “Dalam merespon fenomena di masa pandemi ini, saya melalui ecoko project membuat inisiatif baru yaitu ecoko surf yang mengusung ideologi art, tourism and marine ecology,” berbernya.
Wisata di Bali tak lepas dari keindahan alam dan budayanya. Salah satu keindahan alam yang menjadi magnet terbesar di Bali adalah wisata pantai, terutama bagi wisatawan mancanegara. Mereka ke Bali karena terpikat oleh keindahan pantai dengan gelombangnya, terutama bagi mereka yang berburu ombak untuk surfing. Bahkan, surfing menjadi salah satu ikon pariwisata Bali, sekaligus menjadi salah satu penanda artepak dari catatan sejarah dimasa pandemi ini. “Untuk itulah, saya mengangkat surfing sebagai ide kekaryaan saya dimasa pandemi sebagai bentuk respon saya terhadap pandemi ini yang membuat sengsara manusia, tidak hanya di Bali bahkan seluruh dunia,” pungkas Oka Astawa. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali