Penyuluh Bahasa Bali Konservasi dan Identifikasi Lontar di Pupuan, Gianyar

Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar berhasil melakukan konservasi dan identifikasi lontar milik I Nyoman Nganin. Lontar-lontar ini merupakan warisan dari leluhurnya yang masih disimpan dan rutin diupacarainya. Setelah Tim Penyuluh melakukan konservasi, menemukan sebanyak 30 lontar yang dimiliki, terdiri dari 20 cakep lontar dan 10 lontar embatan. “Adanya upaya festival konservasi lontar dari Pemerintah Provinsi Bali melalui Tim Penyuluh Bahasa Bali ini sangat membantu warga dalam menjaga lontar-lontarnya,” kata Nganin disela-sela kegiatan itu, Jumat 24 Pebruari 2023.
Memang, dari 30 lontar yang dimilikinya, sebanyak 10 lontar yang tidak dapat diidentifikasi karena keberadaanya rusak. Lontar tersebut diupacarai setiap hari Raya Saraswati. Sebelum melakukan upacara, I Nyoman Nganin mengawali dengan membersihkan lontar-lontar tersebut dari debu, namun tidak menggunakan minyak sereh sebagai pengawet. “Saya menyambut dengan positif kegiatan festival konservasi lontar ini. Saya berharap perawatan lontar dapat dilakukan secara berkala,” ujarnya.
Nyoman Nganin mengaku sangat jarang membaca isi lontar setelah orangtuanya meninggal dunia. Apalagi dengan penglihatan yang sudah mulai berkurang, sehingga hampir tak pernah memegang lontar. Walau demikian, lontar-lontar itu terus diupacarai setiap Rahinan Saraswati. “Dengan adanya program ini masyarakat yang memiliki naskah lontar yang awam dengan tata cara perawatan naskah lontar sangat merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini,” sebutnya.
Festival konservasi lontar serangkaian Bulan Bahasa Bali ke-5 itu melakukan perawatan kemudian mengidentifikasi lontar yang ada. Dari kegiatan itu, tim penyuluh menemukan berbagai jenis lontar, seperti lontar tutur, usada, wariga, kanda, mantra. “Kami sudah berusaha mencocokan lembaran yang ada, namun tetap tidak bisa. Selain itu, benyak pula lontar yang tidak dapat diidentifikasi karena faktor kerusakan,” ujar Koordinator (Baga) Bidang Konservasi Lontar, Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar I Wayan Suparsa, SPd.
Suparsa mengatakan, kegiatan konservasi dimulai dengan observasi kondisi fisik lontar dengan membersihkan debu, kotoran rayap atau ngenget, dan mengurut kembali jika halaman naskahnya acak karena terlepas dari cakepannya. Selesai melakukan konservasi awal tersebut kemudian dilanjutkan dengan tindakan pengawetan menggunakan minyak sereh yang dicampur dengan alkohol 90-95 persen. Alat pendukung yang digunakan dalam kegiatan konservasi ini terdapat kuas lebar 3-4 centimeter, plaster, kain lap, dan benang jika ada tali pengikat lontar yang perlu diganti. [B/*]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali