Desa Wisata Pinge Tawarkan Panorama Alam Asri dan Indah

 Desa Wisata Pinge Tawarkan Panorama Alam Asri dan Indah

Desa Wisata Pinge terletak di Desa Baru, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.

Jika merasa jenuh dengan suasana pantai, berwisatalah ke desa wisata yang sejuk dan adem. Bali memiliki beragam desa wisata yang menawarkan kekhasan desa masing-masing. Salah satunya Desa Wisata Pinge. Desa ini terletak di Desa Baru, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali yang menawarkan panorama desa yang asri dan indah.

Desa ini sangat dekat dengan Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Margarana dan Bedugul atau sekitar 19 Km dari Kota Tabanan, dan sekitar 40 Km dari Kota Denpasar.

Desa ini terkenal dengan kearipan lokal dengan filosofi Tri Hita Karana, yakni hubungan harmonis antara manusia dengan lingungan (Palemahan), harmonis dengan sesama (Pawongan) dan harmonis dengan Tuhan Yang Maha Esa (Parhyangan). Pinge ditetapkan sebagai desa wisata sejak tahun 2004. Desa Pinge memang berbeda dengan desa wisata lainnya.

Maka wajar, berada di desa ini, akan terasa nyaman, karena memberikan fibrasi yang kuat. “Ide awal menjadikan Pinge sebagai desa wisata karena adanya keinginan untuk tetap mempertahankan kearipan local,” kata Ketua Pengelola Wisata Desa Pinge, A.A Ngurah Arimbawa.

Baca Juga:  % White Mocha dari % Arabica Penuh dengan Kelezatan Lembut Khas Cokelat Premium

Desa Pinge memiliki udara sejuk, bersih dan bebas dari polusi. Masyarakatnya ramah, dan masih kuat dengan budaya ketimuran. Telajakan rumah (public area) masih ada, dan hijau karena ditanami tumbuhan lokal nan asri. Binatang lokal seperti kumbang, kupu-kupu dan binatang lokal lainnya beterbangan mengisap sari bunga.

Suara alam selalu menghibur. Angkul-angkul (pintu masuk rumah) masih mengedepankan budaya, pekarangan rumah bersih dan tertata rapi. Rumah-rumah penduduk mengedepankan konsep kosala-kosali (aturan di dalam membangun rumah).

Di setiap rumah, warga membagi pekarangannya menjadi tiga, ada sanggah, merajan merupakan areal suci (parhyangan), ada rumah tempat istiarahat (pawongan) dan dan teba (palemahan). Teba yang berada di pekarangan belakang, namun kebersihan dan keasriannya sangat dijaga dengan baik.

Uniknya, masing-masing rumah memiliki pintu ke samping untuk bersosialisasi dengan tetangga. Adanya pintu tersebut, juga sebagai cerminan bahwa masyarakat Desa Pinge masih menjunjung rasa kebersamaan, kekeluargaan bukan individual sebagai implementasi dari ajaran dalam pawongan.

Baca Juga:  Lobby dan Restaurant The Patra Bali Resort & Villas Kini Lebih Elegan

Rumah penduduk dibangun berjejer menghadap ke jalan raya yang masing-masing dibatasi dengan tembok pembatas yang biasa disebur penyengker dan pintu gerbang langgam arsitektur tradisional Bali yang disebut angkul-angkul.

Di dalam pekarangan rumah, terdapat bangunan tradisional bale daja (bangunan di bagian utara), bale dangin (timur), dan bangunan lainnya yang memiliki fungsi terkait dengan tradisi dan adat-istiadat masyarakat setempat. “Kami memang mempertahankan posisi bangunan yang diwariskan para leluhur,” imbuh pria kalem ini.

Disamping itu, masyarakat Desa Pinge juga menjaga dan melestarikan Pura Natar Jemeng yang menyimpan benda-benda peninggalan purbakala berupa patung ganesha, linggayoni dan kiranti dengan status cagar budaya. Masyarakat juga menjaga Pura Subak Pinge, Pura Puseh, Pura Penataran, Pura Melanting, Pura Pura Dalem sebagai warisan para leluhur jaman dulu.

Hal tersebut, mencerminkan peradaban masyarakat Pinge masih tinggi. “Kami meyakini, semua itu menjadi modal menjadikan Pinge sebagai desa wisata. Setidaknya, itulah harapan masyarakat Desa Pinge,” jelas Arimbawa meyakinkan. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post