Gong Kebyar Tiga Kategori “Mebarung” di Festival Seni Budaya Badung Ke-14

 Gong Kebyar Tiga Kategori “Mebarung” di Festival Seni Budaya Badung Ke-14

Tari Banda Yowana yang disajikan oleh Gong Kebyar Dewasa dalam Festival Seni Budaya Badung ke-14/Foto: dok.balihbalihan

Atraktif, dan sungguh menawan. Penampilan Gong Kebyar dari duta masing-masing kecamatan di Kabupaten Badung diwarnai kreativitas. Seluruh kecamatan semuanya mengirim dutanya dalam ajang Festival Seni Budaya Badung ke-14 tahun 2023 itu. Walau ini lomba gong kebyar antar kecamatan, tetapi serasa tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB).

Mereka sungguh berkualitas, memiliki teknik tinggi, sehingga mampu memukau pengunjung yang hadir. Gending (lagu), busana, hiasan, penampilan dan dekorasi serta pendukung penampilan lain diatas panggung benar-benar digarap, sehingga setiap duta yang tampil selalu memetik tepuk tangan yang meriah.

Lomba gong kebyar itu menampilkan 3 kategori, yakni Sekaa Gong Anak-anak, Sekaa Gong Wanita dan Sekaa Gong Dewasa. Para peserta tampil “mebarung” (tampil dua sekaa dalam satu panggung) secara bergiliran dari 6 kecamatan di Kabupaten Badung, yaitu Kecamatan Kuta Selatan, Kuta, Kuta Utara, Mengwi, Abiansemal dan Petang.

Masing-masing peserta dari semua kategori itu menampilkan tabuh kreasi yang bersifat baru. Sementara untuk materi tari itu berbeda, pada setiap katageori. Untuk kategori Gong Kebyar Anak-anak menampilkan Tari Tedung Sari, kategori Gong Kebyar Wanita menampilkan Tari Papendetan, dan kategori Gong Kebyar Dewasa menyajikan Tari Banda Yowana.

Masing-masing peserta tampil dengan kualitas dan kreativitas dalam memainkan alat musik gamelan. Kekhasan daerah masing-masing tentu dipertahankan, sehingga selalu saja ada yang unik. Mereka tampil mempertahankan gengsi daerahnya, sehingga antara peserta yang satu dengan lainnya memiliki keunggulan yang beda.

Festival yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) ini sungguh menghibur, sekaligus mengedukasi. Meski materinya hanya dua yakni tabuh kreasi dan tari kreasi, namun masing-masing sekaa tampil memikat. Hal itu tampak dari kehadiran penonton yang membludak.

Baca Juga:  Tampil di PKB, Tiga Gong Kebyar Duta Kota Denpasar Puncaki Mebarung dengan ‘Amertaning Wimala Bhuana’

“Ini kegiatan positif. Ajang ini untuk memberikan ruang dan waktu kepada generasi muda menampilkan kreasi dan kreativitasnya dalam berkesenian. Itulah yang menjadi pedoman utama dalam kegiatan Lomba Gong Kebyar serangkaian Festival Seni Budaya Badung ini,” kata dewan juri I Wayan Widia, S.SKar, didampingi I Gusti Lumbung dan I Ketut Rudita, S.Sn.,M.Si Kamis 9 November 2023.

Selain yang tampil memang penabuh-penabuh muda, para penggarap yang tampil juga anak-anak muda yang memang diberikan kesempatan. Sejak lama mereka belum maksimal mengisi kegiatan khususnya dalam berkesenian, karena dulu memang tak pernah ada. Para pembina senior kemudian mendorong anak-anak muda tampil, sehingga generasi itu terus menyambung.

Sekarang ini, merupakan kesempatan anak-anak muda untuk melimpah-ruahkan inspirasinya yang lama terpendam. Maka wajar, setiap peserta yang tampil dalam ajang ini saling menumpahkan berbagai ragam kreasi. Semangat para peserta juga tampak berbeda.

Semangat Gong Kebyar Dewasa dalam Festival Seni Budaya Badung ke-14/Foto: dok.balihbalihan

Pensiunan Pegawai Negeri Sipil di Disbud Badung itu juga mengatakan, luapan kreativitas para peserta saat ini juga sebagai tampak dari pandemi yang membatasi bentuk keramaian. “Namanya bakat terpendam, ketika tumpah saat ini, maka bermunculan warna-warna baru seperti yang kita saksikan,” tegasnya.

Menjadi acuan lomba, masing-masing duta bisa bermain secara tradisi dan bisa bermain secara kreasi. Maka itu, materi lomba gong kebyar ini menghadirkan dua materi yaitu kreasi dalam tabuh dan tradisi dalam tarian. Hal ini sekaligus sebagai parameter untuk menguji generasi apa masih menghargai budayanya. Ternyata generasi muda masih mencintai seni tradisi.

“Lihat saja penampilan para peserta. Meski saat ini, ragam musik berseliweran di YouTube, tetapi para peserta yang tampil saat ini rasanya tak berpengaruh hal itu. Penampilan mereka tampak kuat dengan teknik-teknik tradisi. Pengaruh irama musik luar itu justru mengisi kreasinya,” ujar seniman karawitan ini senang.

Baca Juga:  Anak-anak dan Remaja Menari-nari Ketika Lomba Baleganjur di Festival Seni Budaya Badung

Seluruh peserta menyajikan teknik yang masih kuat dengan tradisi. Namun, mereka juga lihai dalam pengembangan. Apalagi, event ini memang dirancang oleh Pemerintah Kabupaten Badung sejak dari awal dengan berbagai pemikiran yang bagus. Ini benar-benar menjadi panggung bagi anak-anak muda untuk mengekspreikan jiwa seni yang terpendam.

Penampilan Sekaa Gong Kebyar Anak-anak juga tak kalah menariknya. Semua peserta yang tampil bagus-bagus. Hanya saja, karena ini dinilai dewan juri, sehingga harus membandingkan kreativitas dan teknik menjadi kunci penilian itu. Teknik mainnya apik dan tak melebar kemana-mana. Hal itu juga peran pembina yang memang berpengalaman.

Berbeda dengan penampilan Sekaa Gong Wanita yang masih bervariasi. Artinya, wanita itu banyak batasnya. Ada yang memiliki waktu luang untuk megambil kegiatan ini, sehingga mereka tampil bagus. Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang jarang memiliki waktu memainkan gamelan, sehingga perbedaan itu tampak jelas sekali. Ada yang bagus, ada pula yang kurang.

Hal senada juga dikatakan juri Rudita, setelah menyaksikan penempilan dari masing-masing peserta, secara umum mereka mempunyai teknik yang hampir sama. Walau demikian, dewan juri memiliki spesifik untuk menjadikan pertimbangan dalam menilai kembali.

Hal itu, karena dewan juri melihat beragam instrument yang dimiliki dalam barungan gong kebyar itu. Secara umum, untuk peserta Gong Kebyar Dewasa yang tampil itu “semare” (terlihat sama dan merata). Lonjakan-lonjakan yang ada tidak begitu jauh, tidak jelek sekali dan tidak bagus sekali.

“Dalam sebuah keutuhan teknik, mungkin dalam satu-kesatuan gong kebyar dalam pola-pola permainan itu harus sama kekuatannya. Namun, ada beberapa menjadi pertimbangan kami kalau melihat dari segi teknik. Ingat, mebarung itu memberikan kesan berkompetisi dalam kompetensi,” papar Sokir, pria asli Mengwi Badung yang juga pelawak Bali ini.

Baca Juga:  “Gema Dharma Gita” Bangkitkan Kaderisasi Kidung di Banjar Mukti

Namun, yang menjadi tantangan dalam sajian ini adalah tabuh kreasi. Karena mencipta baru maka harus bisa menonjolkan kreativitas seni terbaru itu. Seorang komposer betul-betul ditantang untuk menyajikan karya baru pada sebuah pesta budaya ini. Karena itu yang akan menjadi ciri khas seorang composer.

Menariknya, lanjut Rudita tempat pentas megah Balai Budaya Giri Nata Mandala ini juga menjadi salah satu panggung prestisius bagi para seniman di Badung khususnya. Bisa tampil di Balai Budaya Giri Nata Mandala ini merupakan kebanggaan tersendiri, karena itu juga menjadi cita-cita meraka. [B/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post