Pameran di Sika Gallery Ubud, Sumadiyasa Menjaga Hutan lewat Karya “Forest”

 Pameran di Sika Gallery Ubud, Sumadiyasa Menjaga Hutan lewat Karya “Forest”

Karya Sumadiyasa yang berjudul Forest I dan Forest II dipamerkan di Sika Galery Ubud/Foto: ist

Apa bisa menjaga alam dengan seni? Entah bisa atau tidak, tetapi perupa Made Sumadiyasa meyakini, lewat karya seni yang indah dapat menggugah hati para penikmat seni. Apalagi, bagi mereka yang memang pecinta seni, maka makna, warna, pesan dan simbol-simbol yang ada akan dapat dibacanya.

Karya Sumadiyasa yang berjudul Forest I dan Forest II berbahan cat air di atas kertas berukuran 55 x 75 cm mengingatkan untuk menjaga hutan. Lewat karya seni itu, diharapkan dapat menggugah masyarakat untuk melestarikan hutan. Sebab, hutan yang gundul akan berdampak buruk terhadap kehidupan manusia.

Agar makna tersebut dapat ditangkap khalayak umum, dua karya dari perupa kelahiran Lalang Linggah, 8 Februari 1971 Tabanan, Bali itu dipamerkan bersama sejumlah seniman di Sika Galery Ubud. Pameran telah dibuka pada 12 Desember 2023.

Forest I dan Forest II menyampaikan pesan, bahwa manusia tidak bisa terlepas dari hubungannya dengan alam. Karena, sebenarnya manusia adalah bagian integral dari ekosistem alam itu sendiri. “Maka, kerusakan alam akan berdampak buruk terhadap kehidupan manusia,” kata Sumadiyasa.

Dalam konteks itu, masyarakat Hindu mengenal konsep Bhuwana Agung (makrokosmos) dan Bhuwana Alit (mikrokosmos), hubungan integral alam dengan manusia. Makrokosmos adalah alam lingkungan. Sedangkan alam mikro, tiada lain manusia itu sendiri.

Dari konsep itu, Sumadiyasa sangat intens mengingatkan semua pihak untuk serius mengawal alam, dalam hal ini hutan agar terjaga kelestariannya. “Jika alam makro rusak, kehidupan manusia akan rusak dengan sendirinya. Karena itu, jangan mencoba-mencoba merusak alam,” sebut anggota Sanggar Dewata Indonesia ini.

Populasi kehidupan di planet bumi ini semakin meningkat pesat, sehingga eksploitasi alam, terutama hutan, tidak dapat dihindari. Dalam dua karyanya berjudul “Forest”, sebagai representasi visual paru-paru dan jantung,

Baca Juga:  “Warna Bali” Pameran 14 Perupa di Gala Rupa Balinesia Art Space Kuta

“Lewat karya seni itu, saya ingin menyampaikan pesan yang sangat mendalam. Tujuannya untuk mengingatkan dan membangkitkan kesadaran kita sebagai manusia untuk menjaga keharmonisan dengan alam,” tegasnya.

Karya seni yang mengingatkan keharmonisan juga juga sempat dipamerkan dalam rangkaian acara konferensi internasional Global Healing I, 2004. Saat itu, Sumadiyasa menggelar pameran tunggal bertajuk One World, One Heart, di ARMA Museum Ubud, Bali.

Karya-karyanya saat itu, menyoroti tentang perdamaian hidup bersama di bumi dan menjaga keharmonisan dengan alam. Bukan hanya dalam karya seni, untuk urusan alam dan hutan juga diimplemnatsikan di studio lukisnya sekaligus tempat tinggalnya di Batuan Gianyar.

Ia menanam berbagai jenis tanaman dan tumbuh subur yang mampu menyejukkan lingkungan sekitar. Hal itu dilakukan bersama keluarga kecilnya yang belajar mencintai alam. Ketika sayang pada alam, maka alampun juga sayang terhadap masnuia.

“Lewat karya senirupa ini, saya ingin selalu belajar menebarkan cinta-kasih untuk merawat lingkungan. Dukungan Istri, Nyoman Henni Kesari dan anak-anak selalu mendorong upaya untuk menggaungkan kecintaan terhadap alam,” tutupnya. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post