I Wayan Seregeg dan I Wayan Mudita Adnyana Menerima Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama

 I Wayan Seregeg dan I Wayan Mudita Adnyana Menerima Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama

I Wayan Seregeg dan I Wayan Mudita Adnyana menerima Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama/Foto: ist

Dua sastrawan Bali, yakni I Wayan Seregeg, SPd dan I Wayan Mudita Adnyana begitu bersemangat ketika namanya dipanggil untuk menerima penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama. Langkahnya pelan, bahkan dipapah agar bisa naik di atas stage.

Usianya memang sudah uzur, tetapi ketika tampil dalam bentuk tizer dalam membicarakan aksara, sastra dan bahasa Bali, mereka berapi-api. Itu membuktikan, kedua tokoh sastra ini tentu memiliki kiprah penting dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur Bali itu.

Dua sastrawan Bali itu menerima penghargaan pada acara penutupan Bulan Bahasa Bali (BBB) VI yang berlangsung di Gedung Kesirarnawa, Taman Budaya, Provinsi Bali, Sabtu 2 Maret 2024. Penghargaan diserahkan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra mewakili Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya.

Kiprah kedua tokoh senior dalam melestarikan bahasa, aksara, dan sastra Bali itu tentunya menjadi teladan bagi masyarakat Bali khususnya generasi muda. “Semoga menjadi teladan khusus nya para generasi muda,” kata Sekda, Dewa Made Indra yang saat itu didampingi Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha.

Baca Juga:  Made “Dolar” Astawa: Tak Hanya Seni Lukis, Tapi Hal Hal Disekitarnya.

I Wayan Seregeg kelahiran, Desa Timpag, Tabanan, 31 Desember 1940 memang memiliki keahlian dibidang Sastra Jawa Kuno. Selain itu, ia juga piawai dalam mesanti (matembang lagu-lagu suci). Karena itu, ia sering didapuk sebagai pembina kakawin dan seni sastra.

Pria lulusan Sarjana Pendidikan ini juga sering dipercaya sebagai guru penatar Bahasa Bali, serta menjadi dewan juri dalam lomba bidang sastra, baik di tingkat kecamatan atau Kabupaten Buleleng. Ia juga pembina Sekar Agung, Kekawin untuk palajar tingkat SMA, Porseni Pelajar.

Seregeg yang kini beralamat di Banjar Mekar Sari, Desat, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng itu biasa tampil sebagai narasumber, salah satunya dalam rangka Temu Kekeluargaan dan Orientasi Studi oleh Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Ia sebagai pembinaan Sastra Jawa Kuno di Yayasan Bangun Sastra Denpasar, serta aktif dalam organisasi sebagai Ketua Widya Sabha Kecamatan Gerokagak, Wakil Ketua Widya Sabha Kabupaten Buleleng, penditri dan Pembina Sekaa Santi Widya Sabha, dan Pembina Kekawin.

Seregeg yang hidupnya untuk aksara, bahasa dan sastra Bali itu semat menerima penghargaan Wija Kusuma dari Pemerintah Kabupaten Buleleng, Dharma Kusuma dari Pemerintah Provinsi Bali, dan penghargaan dari intansi lainnya. Ia juga pernah sebagai Juara Harapan II PT Telkom (2008).

Baca Juga:  Lomba “Nyurat Aksara” Pacu Anak-anak Belajar Bahasa Bali

Sementara I Wayan Mudita Adnyana merupakan seniman sastra dan penulis aksara Bali dalam lontar, seperti errata Yudha, Sutasoma, Sarascamuscaya, Bhagawad Gita, Tantri, Kekawin Lubdaka, Bomantara, Gatutkacasraya dan lainnya.

Pria kelahiran Tenganan, 31 Desember 1930 ini biasa menulis awig-awig desa adat, prasasti, babad dan pemancangah. Sering pula membuat seni prasi, dan pernah sebagai peserta sayembara sastra daerah (1973). Ia juga pernah sebagai narasumber temu seniman tua di Taman Budaya Bali, (1996).

Belakangan kemudian, dipercaya sevagai narasumber workshop wayang prasi (2017) dan sebagai Peserta Kebudayaan Kecunduk Peringatakan Tahun ke-60 Hubungan Diplomatik Indonesia – Jepang (2018). Saat lomba dulu, ia sebagai pemenang II Menulis Lontar dan Prasi Bali (1984).

Mudita Adnyana yang hanya tamatan Sekolah Rakyat (SR) tahun 1944 itu memiliki prestasi dan komitmen dalam melestarikan aksara, bahasa dan sastra Bali itu, sehingga diberikan penghargaan, baik itu dari dalam negeri ataupun luar negeri.

Ia meraih penghargaan Dharma Kusuma Madya dalam Bidang Sastra oleh Gubernur Bali (1987). Sementara ditingkat nasional, menerima Anugrah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi dalam bidang menulis Lontar dan Prasi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2019).

Baru-baru ini, Mudita Adnyana menerima penghargaan tingkat internasional Bali Bhuwana Nata Kerthi Maestro Seni Prasi oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar (2023. Saat ini, ia juga telah banyak memiliki anak didik, khususnya dalam mempelajari aksara Bali.  [B/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post