19 Warisan Budaya Bali Ditetapkan Menjadi WBTB Indonesia. Permainan Tradisional Megandu Salah Satunya
Ada yang menarik dalam acara penutupan Bulan Bahasa Bali (BBB) VI yang berlangsung di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Sabtu 2 Maret 2024. Sebanyak 19 karya budaya dari Bali berhasil menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia tahun 2023.
Kepastian itu, setelah Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra didampingi Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha menyerahkan sertifikat WBTB Indonesia yang telah ditetapkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek).
Sebanyak 19 Warisan Budaya Bali telah berhasil ditetapkan itu, terdiri Ngaben, Malukat dan Hari Suci Nyepi (dari Provinsi Bali), Jukut Gonda dan Megandu (Kabupaten Tabanan), Tari Rejang Gede (Kabupaten Karangasem), Loloh Cemcem dan Nganten Masal Pengotan (Bangli).
Sementara Sampi Gerumbungan dan Mengarak Sokok (Kabupaten Buleleng), Tenun Rangrang, Kerajinan Genta, Kerajinan Gamelan Klungkung dan Uha Kusamba (Kabupaten Klungkung), Tenun Cagcag Jembrana, Bumbung Kepyak dan Kendang Mabarung (Kabupaten Jembrana) serta Lukisan I Gusti Made Deblog dan Tari Barus Kupu-kupu Banjar Lebah (Kota Denpasar).
NGABEN itu merupakan, upacara pembakaran jenazah umat Hindu di Bali, termasuk salah satu upacara pitra yajna. Maksud dan tujuan ngaben adalah melepaskan atma dari unsur Panca Maha Butha dan mengantarkan sang atman menuju alam Brahman atau alam ketuhanan.
MALUKAT, sebagai salah satu tradisi umat agama Hindu di Bali yang dilakukan untuk membersihkan diri secara sprititual dari hal negatif. Malukat adalah suatu upacara ritual penyucian diri dengan menggunakan sarana air yang diyakini memiliki aura kesucian.
Air tersebut bisa berasal dari sumber mata air (kelebutan), pancuran, danau, laut (sagara) dan sumber air yang lain diyakini memiliki vibrasi kesucian yang dapat menyucikan pikiran, perkataan dan perbuatan manusia atau umat Hindu di Bali.
HARI SUCI NYEPI adalah hari raya suci Agama Hindu yang berdasarkan sasih atau Tahun Baru Saka yang dirayakan dengan penuh keheningan, menghentikan segala aktivitas yang bersifat duniawi maupun dalam bentuk keinginan dan hawa nafsu.
Umat Hindu di Bali memperingati Tahun Baru Saka dimulai sesudah Tilem IX (Tilem Kasanga), sehingga Hari Suci Nyepi merupakan Hari Raya Tahun Baru Saka yang dirayakan dengan menjalankan catur brata panyepian: amati gni, amati karya, amati lelungan, amati lelanguan.
JUKUT GONDA, merupakan salah satu jenis sayuran yang dikonsumsi untuk lauk-pauk. Jukut gonda dapat diolah sesuai keinginan misalnya diurap, ditumis, dan sebagainya. Tumbuhan gonda telah dikenal sejalan dengan berkembangnya sistem pertanian sawah.
Hal ini dilatarbelakangi pola pertumbuhan gonda hanya dapat tumbuh pada daerah-daerah yang memiliki cadangan air berlimpah, itu biasanya berkembang sistem pertanian padi sawah. Daerah penghasil gonda yang berkualitas baik yaitu Gonda Timpag dan Gonda Sudimara Tabanan.
MEGANDU, permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak di Banjar Ole Desa Daur Puri Marga Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Permainan tradisional berkaitan dengan masyarakat petani di desa setempat.
Permainan tradisional ini sudah berlangsung sejak dahulu, yang dilakukan anak-anak laki-laki maupun perempuan usai musim panen padi, dengan memanfaatkan sisa-sisa panen padi berupa tumpukan jerami di sawah sebagai sarana bermain.
TARI REJANG GEDE, merupakan tarian sacral yang dipentaskan pada upacara Aci Rejang di Banjar Adat Tihingan, Desa Bebandem, Kabupaten Karangasem. Meski dikategorikan sebagai seni pertunjukan, namun Rejang Gede tidak bisa dikatakan sebagai seni profan karena tidak bisa dipentaskan sewaktu-waktu, di sembarang tempat, serta harus melalui sebuah proses sacral.
Tari Rejang Gede dipentaskan diiringi dengan Gong Gede serta menghaturkan banten prani bermakna sebagai ungkapan rasa syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa telah memberikan berkah kehidupan yang baik bagi warga di Banjar Adat Tihingan.
LOLOH CEMCEM, merupakan produk minuman khas yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Adat Penglipuran Kabupaten Bangli. Dalam proses pembuatannya mempergunakan bahan baku utama berupa daun cemcem atau dikenal juga sebagai kedongdong hutan.
Loloh ini menggunkan bumbu tradisional seperti daun cemcem, gula aren, garam, asam, cabai, buah kelapa, dan air. Cita rasa yang khas dan menyegarkan membuat Loloh cemcem diminati tidak hanya oleh masyarakat Bali, namun juga wisatawan domestic dan mancanegara.
NGANTEN MASSAL, di Desa Adat Pengotan pada hakekatnya merupakan proses awal dari pada perwujudan bentuk kehidupan manusia yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tujuan untuk mendapatkan keturunan, mempertahankan kedudukan sosial, dan silsilah keluarga.
Upacara Nganten massal yang dilaksanakan di Bale Agung Desa Adat Pengotan memberikan sebuah arti dalam penyucian kedua pasangan secara sah agama telah berada dalam tahapan proses kehidupan yang baru, dimana di dalamnya terdapat kewajiban-kewajiban serta tanggung jawab baru bagi mereka.
SAMPI GERUMBUNGAN, merupakan salah satu tradisi unik yang terdapat di Desa Kaliasem Kabupaten Buleleng. Tradisi ini terinspirasi dari para petani pada saat membajak sawah. Kegiatan membajak (metekap) menggunakan tenggala/lampit yang ditarik oleh dua ekor sapi inilah kemudian dikemas sedemikian rupa untuk menciptakan sebuah kesenian yang terkait dengan pekerjaan atau profesinya sehari-hari sebagai petani.
Tradisi sampi gerumbungan merupakan wujud syukur kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa atas hasil pertanian yang melimpah dan juga pelestarian budaya agraris yaitu membajak dengan menggunakan sapi dan peralatan tradisional.
TRADISI MENGARAK SOKOK, merupakan salah satu tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yaitu pada bulan Maulid/Maulud yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal oleh masyarakat Desa Pegayaman Kabupaten Buleleng.
Sokok terdiri dari tiang utama yang terbuat dari batang pisang yang didirikan di atas sebuah dulang. Pada tiang tersebut ditancapkan beberapa batang bilah bambu. Pada bilah bambu itulah sirih, kembang, dan buah-buahan dirangkai.
Sokok diyakini membawa keberuntungan dan kejayaan bagi penduduk desa serta sebagai wujud syukur kepada sang pencipta dengan lahirnya Nabi Muhammad. Keberadaan Tradisi Mengarak Sokok menunjukkan adanya akulturasi budaya, toleransi dan kebersamaan antara Agama Islam dan Hindu Bali.
TENUN RANGRANG NUSA PENIDA, merupakan kain tenun khas yang berasal dari Nusa Penida yang pada awalnya dipergunakan sebagai sarana upacara keagamaan. Tenun rangrang berasal dari kata “nyrangnyang” bermakna tembus pandang dengan nilai filosofinya ketika dipakai sebagai bahan sarana banten upacara bermakna tembus pandang, merupakan dasar pelaksanaan yadnya yang tulus ikhlas sehingga diyakini akan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Rangrang merupakan kain bebali berwarna-warni terang dengan inspirasi motif berasal dari keadaan geografis wilayah Nusa Penida yaitu daerah pegunungan dan perbukitan.
GENTA, merupakan sarana atau peralatan kepanditaan yang digunakan saat melakukan loka palasraya atau muput sebuah upacara. Keberadaan pengrajin Genta dibuat oleh masyarakat Desa Adat Budaga Kabupaten Klungkung secara turun-menurun. Menurut sejarahnya masyarakat Budaga tidak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah pada zaman kerajaan Gelgel yang menerima kedatangan orang-orang trah/klan pande dari pulau Jawa.
Kaum Pande inilah kemudian bermukim di Bali menjadi cikal bakal warga pande di Budaga, dan oleh kerajaan Gelgel diberikan tugas mengolah logam menjadi kerajinan Genta, membuat berbagai senjata dan dalam bentuk lainnya
GAMELAN KLUNGKUNG, kerajinan pembuatan gong/gamelan merupakan warisan budaya yang digeluti oleh masyarakat Desa Tihingan, Kabupaten Klungkung secara turun temurun lebih dari sepuluh generasi.
Warisan tradisi berupa teknologi tradisional membuat seperangkat gong/gamelan merupakan hasil olah seni masayarakat khususnya kelompok keluarga Pande di desa Tihingan ini memiliki karakteristik yang unggul, baik dari kualitas bahan, serta bunyi/suara yang dihasilkan, sehingga sampai kini tetap dikenal dan menjadi kebanggaan masyarakat Bali.
UYAH KUSAMBA, merupakan salah satu produk budaya masyarakat Desa Kusamba yang dibuat dengan teknologi tradisional dan dikenal secara turun temurun. Kondisi geografis Desa Kusamba sebagai daerah maritime dengan ekotipe Kawasan pantai yang air lautnya memiliki kandungan natrium berkualitas bagus, menjadikan potensi sebagai penghasil garam yang dikelola dari generasi ke generasi.
TENUN CAGCAG JEMBRANA, secara umum proses pembuatan kain tenun sama dengan daerah lain, namun motif setiap daerah berbeda. Tenun Jembrana masih mempertahankan teknik tradisional mulai cara membuat dan mewarnai bahan tenun dengan bahan alam.
Kain tenun cagcag memiliki fungsi yang sangat penting, selain sebagai pakaian atau pelindung tubuh, juga merupakan sarana dan prasarana ritual keagamaan. Dalam sistem sosial budaya masyarakat tradisional, kain tenun cagcag memiliki keterkaitan sangat erat dengan berbagai aktivitas maupun upacara adat.
BUMBUNG KEPYAK, merupakan kesenian unik yang eksistensinya hanya berada di Lingkungan Dewasana, Kelurahan Pendem Kabupaten Jembrana. Terciptanya kesenian bumbung kepyak terinspirasi dari banyaknya tanaman bambu yang tumbuh di Kelurahan Pendem sebagai daerah dataran tinggi dengan kondisi alam yang berbukit-bukit yang cukup subur dan pada dataran rendahnya banyak tumbuh tanaman bambu.
Karena langkanya hiburan pada masa itu, tokoh masyarakat yang ada di Lingkungan Dewasana memanfaatkan banyaknya tanaman bambu ini sebagai kreativitas untuk menghasilkan seperangkat alat musik seperti yang saat ini dikenal dengan nama Bumbung Kepyak.
KENDANG MEBARUNG, merupakan salah satu jenis gamelan Bali yang termasuk barungan langka berasal dari Kabupaten Jembrana. Kendang Mabarung menggunakan kendang berukuran besar, yang terdiri dari satu instrumen gamelan. Instrumen pokok dalam barungan ini adalah 2 (dua) kendang besar yang panjangnya sekitar 3 (tiga) meter dengan garis tengah sekitar 1 (satu) meter.
Musik yang ditimbulkan cenderung berkesan ritmis, karena pukulan kendang itu sendiri mempunyai pola ritme yang bermacam- macam. Pembawa melodi dalam barungan ini adalah instrumen-instrumen angklung yang berlaras pelog empat nada sama seperti laras Jegog. Kendang Mabarung sering ditampilkan untuk mengiringi balapan kerbau (makepung),dan juga untuk mengiringi upacara manusa dan dewa yadnya.
LUKISAN I GUSTI MADE DEBLOG, yang khas dengan langgam realis-naturalistik adalah temuan baru dalam sejarah seni rupa Bali pada rentang waktu akhir 1930-1940an. Perpaduan teknik melukis realis yang berhasil dipadukan dengan bahasa rupa naratif wayang Bali.
Corak khas Lukisan I Gusti Made Deblok adalah figur-figur yang digambarkan dengan cara mengejar kerealisan bentuk manusia melalui jalan merubah anatomi figur wayang dengan menggambarkan plastisitas anatomi manusia, hal itu diperkuat dengan teknik melukis dengan tinta Cina (hitam-putih) yang sangat halus serta sangat memperhatikan teknik pencahayaan pada bagian tubuh figur-figur.
Khusus dalam hal penggambaran kerumitan bulu-bulu dalam figur Hanoman dibuat sangat detail dan rumit, ekspresi wajah figur-figur wayang ditampilkan dengan kuat terutama dalam figur-figur non-manusia (Hanoman dan Raksasa) dibuat mengadopsi ekspresi wajah manusia.
TARI BARIS KEKUPU BANJAR LEBAH DENPASAR, merupakan seni pertunjukan tari di Banjar Lebah, Desa Adat Sumerta, Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur.Baris Kekupu di Banjar Lebah Sumerta diciptakan oleh seniman kakebyaran asal Banjar Lebah bernama I Nyoman Kaler (alm) dibantu oleh I Wayan Rindi (alm) pada tahun 1930an yang diiringi dengan gamelan Gong Kebyar.
Kemudian pada tahun 1961 Baris Kekupu ditarikan oleh generasi kedua atas permintaan dari keluarga Griya Gede Lebah (sekarang dikenal dengan Griya Gede Tegal Jinga) ketika akan melaksanakan Upacara Mamukur yang idenya terinspirasi dari hiasan kupu-kupu pada damar kurung. Sehingga, sampai sekarangTari Baris Kekupu merupakan pertunjukan wajib pada Upacara Mamukur Griya Gede Tegal Jinga. [B/darma]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali