Performing Art dan Pameran Lukisan GSRB di the Kayon Jungle Resort Sampaikan Pesan Harmoni

 Performing Art dan Pameran Lukisan GSRB di the Kayon Jungle Resort Sampaikan Pesan Harmoni

Performing art semarakkan pameran lukisan di the Kayon Jungle Resort/Foto: ist.

Perpaduan antara perupa yang menggores di atas kanvas dengan penari yang meliuk tubuhnya di atas pentas, sungguh mempesona. Apalagi, diiringi musik yang melantunkan lagu-lagu bernuansa local Bali menjadi suguhan seni pertunjukan kreatif yang inovatif.

Kerlip lampu pentas dengan permainan warna, seakan mendukung karakter pada setiap tokoh yang memang kuat. Geraknya lembut, terkadang keras berpadu dengan irama musik yang sangat manis. Setiap gerak memiliki makna yang harmony, saling berhubungan dan sangat indah.

Berbarengan dengan itu, enam perupa yang tergabung dalam Gerakan Seni Rupa Bahagia (GSRB) meresponsnya dengan melukis bersama di atas kanvas berukuran masing-masing 50×50 cm. Ketika tarian itu usai, karya enam perupa juga selesai. Setelah disatukan, lukisan itu berwujud kayonan.

Itulah suasana performing art yang menyemarakkan pembukaan pameran seni lukis para perupa GSRB tersebut. Pembukaan pameran berlangsung di the Kayon Jungle Resort, Desa Bresela, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali Sabtu 16 Maret 2024 malam.

Baca Juga:  Sanggar Seni Kembang Bali dan Komunitas Seni Padma Buddharam Lestarikan Seni dan Budaya Bali melalui “KEMPA Festival”

Performing art tersebut, melibatkan sejumlah personel. Selaku penari Ida Ayu Sita Pradnyaninggrum, sutradara I Wayan Surana, pemusik I Putu Jepri Mahesa (gitar), I Nyoman Ariawan (kajon atau drum box), I Wayan Andi muliawan (suling) dan tim artistik Agus Gery.

Pameran yang bertema Interconnection itu pun dibuka. Pecinta seni, Anny Soerjanto yang membuka pameran seni itu. Pameran akan berlangsung selama dua bulan, yakni hingga 16 Mei 2024. Perupa yang pameran itu adalah I Wayan Sunadi ‘’Doel’’, I Made Somadita, I Made Subrata, Putu Eni Astiarini, Made Rudita ‘’Blit’’ dan I Wayan Surana.

Sesuai dengan tema yang diangkat yakni “interconnection”. Karya masing-masing perupa memiliki keterhubungan atau benang merah yang sama. Yakni betapa pentingnya menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, hubungan harmonis dengan sesama, dan hubungan harmonis dengan alam.

Performing Art Semarakkan Pameran Lukisan di the Kayon Jungle Resort/Foto: ist

Karena itu isu-isu yang diangkat ke dalam karya mewartakan tentang keindahan alam. Nilai budaya Bali, dan fenomena kekinian, juga kritik sosial yang “core”-nya adalah menumbuhkan kesadaran (awareness) untuk merawat spirit harmonisasi.

Baca Juga:  7 Dosen ISI Denpasar Pamerkan 43 Hasil Karya Program P2S di ARMA Ubud. Angkat Tema “Ngerupa Guet Toya”

Artinya, ketika ingin hidup harmonis dengan alam, maka rawatlah alam beserta isinya. Sebab, jika alam raya (makrokosmos) rusak, maka akan berpengaruh buruk terhadap manusia itu sendiri (mikrokosmos).

Dalam konteks merawat harmoni, perupa Made Somadita, Made Subrata dan Putu Eni Astiarini mencoba menyadarkan publik bahwa keberadaan binatang, sangatlah penting untuk menjaga ekosistem alam. Maka, dalam karya-karya mereka, figur-figur binatang dan burung hantu dihadirkan demikian mempesona.

Demikian juga Made Sunadi ‘’Doel’’ lewat karya-karyanya yang mengangkat isu kekinian dan kritik sosial, sesungguhnya ia mencoba menumbuhkan kesadaran agar etika, norma dan kesepakatan nilai tetap menjadi panglima untuk merawat harmonisasi dengan alam dan sesama.

Sementara itu Rudita dengan karya-karya realisnya, ingin mengabarkan bahwa nilai-nilai dan spirit budaya Bali mesti dilestarikan di tengah gempuran budaya asing. Nilai-nilai budaya penting dimaknai, karena sarat edukasi atau “sesuluh” hidup.

Karena itu Rudita sengaja menyuguhkan figur penari atau gadis Bali, lengkap dengan aksesoris, sebagai ciri khas atau ikon budaya Bali.

Baca Juga:  Kelompok Bening Gelar Pameran “Echo Energy” di Dewangga Ubud

Sedangkan Surana dengan karya-karya abstraknya, mencoba menyuguhkan keindahan alam, dengan harapan tetap dijaga. Menjaga keindahan dan kelestarian alam, tak hanya sekadar wacana, tetapi aksi nyata. Jika alam indah dan lestari, kehidupan manusia akan selalu ceria dan bahagia.

Pecinta seni, Anny Soerjanto saat membuka pameran tersebut menyampaikan, perupa Bali sangat kreatif dan menginspirasi. Tema-tema yang diangkat dalam karyanya sangat mendalam. Pada pameran seni rupa kali ini, para perupa GSRB menekankan betapa pentingnya keharmonisan.

Keharmonisan hubungan manusia dengan sang Pencipta, dengan sesama dan alam semesta. Keharmonisan itu penting dijaga, agar hidup selalu bahagia.

Resort Manager The Kayon Jungle, I Made Muliadi alias Koko, didampingi F & B Manager Made Yasa dan Spa Manager, Desak Widiastuti menyambut baik pameran perupa GSRB. Karya masing- masing perupa sangat terkoneksi satu sama lainnya.

Artinya, karya-karya tersebut sesuai dengan tema yang diangkat yaitu Interconnection. Kelir Galeri The Kayon Jungle Resort akan selalu memberi wadah bagi para perupa untuk memamerkan karyanya. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post