Jantra Tradisi Bali: Menanamkan Nilai Budaya Pada Anak Melalui Olahraga Tradisional
Empat anak-anak setingkat SMP sedanga berbaris di pinggir garis start. Kedua kakinya berpijak di atas tempurung atau kayu yang berbentuk tempurung. Kedua tangannya memegang tali yang dikencangkan dari tengah-tengah tempurung itu. Setelah, peluit dibunyikan, mereka kemudian berlari dengan kaki berpijak di temperung yang mirip seperti sepatu.
Mereka adu kecepatan berlari diatas tenmpurung. Jika, ada yang jatuh, mereka harus mengulang dari tepat jatuh tadi. Jarak tempuhnya sekitar 50 meter. Setelah sampai di ujung finish, mereka kemudian digantikan oleh temannya yang kakinya sudah berada di atas tempurung. Mereka kemudian lari menuju ujung temopat temannya start tadi, kemudian digantikan oleh temannya.
Begitu seterusnya hingga yang bermaian itu menjadi empat anak, dua anak dari start ke finish, dan dua anak dari finish menuju arah start. Itulah lomba deduplak dalam ajang Jantra Tradisi Bali yang digelar bersamaan dengan Pesta kesenian bali (PKB) XLVI di Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung atau Lapangan Puputan Badung, Sabtu 29 Juni 2024.
Permainan deduplak merupakan salah satu permainan tradisional berlari dengan menggunakan alat berupa alas kaki yang terbuat dari tempurung kelapa atau kayu dibentuk seperti tempurung. Permainan ini membutuhkan keterampilan bergerak dan keseimbangan tubuh dalam berlari. Lomba ini dilakukan secara estafet, sehingga tiap daerah menyiapkan 5 orang untuk satu regu.
Lomba itu berlangsung sangat meriah. Setiap peserta melibatkan sporter, sehingga kalau temannya yang mendapat giliran lomba, mereka bersorak bergembira memberikan semangat pada temannya. Tepuk tangan, hingga teriakan penyemangat tak henti-henti berkumandang sebelum temannya sampai di finish.
Pagi itu, lapangan yang berlokasi tepat di titik nol kilometer Kota Provinsi Bali itu memang menjadi pusat permainan tradisional. Selain permainan deduplak, juga ada lomba megala-gala. Sementara sehari sebelumnya, khusus untuk lomba terompah panjang. Setelah babak penyisihan, para peserta kemudian mengikuti lomba megala-gala dengan sangat seru.
Pada babak penyisihan pertama diikuti oleh 4 kabupaten untuk mencari 2 pememang yang nantinya diadu dalam final. Kemudian babak penyisihan kedua juga mencari 2 pemenang, sehingga ada 4 peserta pemenang yang kemudian lomba dalam babak final. Saat babak final ini kemudian menentukan juara I, II dan Juara III.
Jantra Tradisi Bali, tak hanya menjadi ajang prestasi, tetapi juga sebagai media untuk bisa tampil. Jantra tradisi menjadi ruang bagi para remaja, khususnya bagi mereka yang menekuni olahraga tradisional. Itu sebabnya, peserta jantra tradisi tahun 2024 terus berkembang dari tahun-tahun sebelumnya. Jantra tradisi merupakan tahun ke-5 diikuti oleh semua kabupaten dan kota.
Menariknya, walau ini kegiatan olahraga, tetapi para peserta mengenakan kain mempercantik penampilan. Bahkan, ada beberapa peserta yang mengenakan udeng, untuk hiasan kepala. “Ini terkait dengan budaya, sehingga kita ingin menanamkan itu melalui olahraga,” kata Kepala Bidang Tradisi dan Warisan Budaya Dinas kabudayaan (Disbud) Bali Ida Bagus Alit Suriana.
Menurutnya, piala itu bonus, kalau menang. Intinya, ajang ini untuk menjaga persaudaraan. Sebab, atlet yang dari Denpasar akan kenal dengan saudaranya yang dari Jembrana, Buleleng dan daerah kabupaten lain. Kegiatan jantra tradisional Bali terus berkembang. Hal itu dapat dilihat dari peserta yang diikuti oleh semua kabupaten dan kota di Bali.
Pada tahun-tahun sebelumnya, ada yang mengikuti 1 cabang atau 2 cabang yang diikuti oleh 4 kabupaten dan kota atau 3 kabupaten dan kota. Tahun ini sudah 9 kabupaten dan kota yang ikut berpartisipasi. “Itu artinya pembinaa yang dilakukan di kabupaten dan kota semakin meningkat. Ketika membutuhkan atlet, kabupaten dan kota megirimkan atletnya,” imbuhnya.
Hanya saja di tahun ini, Kabupaten Karangasem dan Jembrana tidak mengikuti cabang secara keseluruhan. “Jantra Tradisi Bali ini merupakan kegiatan apresiasi budaya tradisi untuk penguatan dan pemajuan kearifan lokal, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, pengobatan tradisional, permainan rakyat dan olahraga tradisional,” jelasnya.
Selanjutnya permainan megala-gala putri yang juga tak kalah serunya. Untuk cabang ini, disiapkan dua tempat. Permainan ini dituntut kecepatan luas dan cerdas mengelabui lawan. Permainan ini sangat ketat, karena semua peserta memiliki kekuatan dan strategi jitu untuk mengalahkan lawan.
“Keuntungan anak-anak mengikuti jantra tradisional untuk memberikan pemahaman kepana anak-anak remaja sebagai pewaris dari permainan anak-anak Bali, bagaimana filosofinya. Melalui permainan ini kita menjaga kesehatan, persatuan, menyama braya. Ini sejalan dengan tema PKB Jana Kerthi harkat manusia unggul,” papar Alit Suriana. [B/darma]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali