Waringin Emas: Tari Janger Klasik Melampahan Bukti Generasi Muda Mencintai Seni Warisan Leluhur

 Waringin Emas: Tari Janger Klasik Melampahan Bukti Generasi Muda Mencintai Seni Warisan Leluhur

Sekaa Janger Waringin Emas duta Kabupaten Gianyar tampil di PKB 2024/Foto: ist

Jaman dulu, Tari Janger menjadi seni pertunjukan favorit khususnya bagi anak-anak muda. Setiap perayaan ulang tahun sekaa teruna, jenis tarian pergaulan ini jarang absen dalam memeriahkan acara tersebut. Selain sebagai bentuk pelestarian seni budaya, kehadiran tari berkelompok ini sebagai bentuk menciptakan kebersaman dan persatuan.

Tari Janger menjadi agenda utsawa (parade) Pesta Kesenian Bali XLVI Tahun 2024. Duta kabupaten dan kota di Bali menampilkan janger tradisi remaja khas daerah masing-masing. Kabupaten Gianyar mempercayakan kepada Sekaa Janger Waringin Emas Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampak Siring sebagai duta seni.

Sekaa Janger Waringin Emas ini menampilkan Tari Janger Klasik Melampahan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Kamis 4 Juli 2024. Jangan melampahan ini mengangkat lakon “Tri Lingga Murti” sesuai dengan tema PKB XLVI yakni “Jana Kerthi Pramaguna Wikrama”.

Janger merupakan jenis tarian pergaulan, yang ditarikan secara berkelompok dan berpasangan serta dilakukan dengan penuh kegembiraan. Janger umumnya ditarikan oleh kalangan muda mudi. Para penari menari sambil membawakan gending-gending Janger, saling bersahutan antara para penari janger (wanita) dengan penari Kecak (laki-laki).

Baca Juga:  “Men Tiwas Men Sugih” Sesolahan Seni Sastra Virtual Sekdut dan UHN Dalam Bulan Bahasa Bali 2021

Tari Janger Sekaa Janger Waringin Mas membawakan gending-gending bernafaskan relegi, cinta tanah air atau kebangsaan, kemanusiaan, dan cinta alam semesta. Termasuk gending manusia menjalani kehidupan seutuhnya dalam konsep Tri Hita Karana, yaitu berbakti kepada Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam.

Untuk pentas kali ini, janger yang dibina oleh I A A Yuliaswathi Manuaba, SH dan Gede Putra Arya Bagus Gunawan ini melibatkan 14 pasang muda dan mudi merupakan Sekaa Teruna Teruni (STT) Dharma Bakti Banjar Pesalakan. Dalam suguhannya, diawali dengan Pengaksama Janger yang menampilkan gending janger Bali.

Liriknya menyesuaikan, seperti memperkenalkan diri, dan sekaligus menyampaikan ucapan selamat datang kepada penotnon. Dalam gending ini, juga ada ungkapan terima kasih atas kehadiran para hadirin yang menyaksikan pertunjukan janger.

Sekaa Janger Waringin Emas duta Kabupaten Gianyar tampil di PKB 2024/Foto: ist

Lalu, pepeson janger, keluarnya penari janger dengan melantunkan gending medabdaban. Penari janger membawakan gending yang menyatakan, bahwa dirinya belajar menari, meliuk-liukan tubuhnya, tersenyum tulus dan penuh kasih. Menari dengan tatapan mata yang penuh kasih saying. Lalu, berharap semoga berkenan atas semua yang dipersembahkan.

Baca Juga:  I Ketut Gede Rudita Penabuh, Penari dan Pelawak

Pada bagian pepeson kecak, keluarnya penari kecak (laki-laki) dan menari dengan tarian sangat sederhana. Para penari kecak menyuarakan kebersamaan mereka cermin para pemuda di pedesaan. Hidup damai, bersatu dan selalu bergotong royong untuk menyelesaikan masalah bersama.

Jangan dan kecak dalam posisi yang diatur, kemudian melantunkan Gending Manah Iseng, Gending Dong Dabdabang, Mula Kutuh, setalah gending-gending itu kemudian ada bagian penyela yang menampilkan Stambur Kecak. Lalu, kembali menyanyi gending Titiang Lacur, Gending Pesta Kesenian Bali, Gending Putih Putih Saput Anduk.

Kembali menampilkan Stambur Kecak dan berlanjut menyanyi Gending Nguyeg Kacang. Setelah itu masuk dalam bagian lelampahan (lakon) “Tri Lingga Murti” yang mengisahkan diutusnya oleh Senopati Kuturan yang diutus oleh Sri makuta Wangsa Wardana untuk menyelesaikann sengketa 9 sekte yang sedang berkonflik di Bali.

Kemudian panari jangen membawakan Gending Mulih. Dalam penampilannya, Tari Janger Waringin Emas, yakni gong barungan Semar Pegulingan yang beranggotakan 30 orang penabuh. “Sekaa janger ini pertama kali muncul di Kecamatan Tampak Siring,” kata pembina I A A Yuliaswathi Manuaba, SH didampingi Gede Putra Arya Bagus Gunawan usai pentas.

Baca Juga:  Pentaskan “Arjuna Tapa”. Cara Dosen dan Mahasiswa Pedalangan ISI Denpasar Menghidupkan Kembali Wayang Kulit Parwa gaya Bebadungan

Menurutnya, janger tradisi, menjadi pilihan dari Waringin Emas untuk tampil di PKB kali ini. Hal ini sebagai upaya dan bukti bahwa generasi muda Bali tetap menjaga kelestarian dan warisan budaya yang adiluhung. “Waringin Emas memiliki kewajiban untuk tetap menjaga dan merevitalisasi gending-gending Janger yang telah lama ditinggalkan,” tekadnya bersemangat.

Yuliaswathi Manuaba kemudian berharap, gending-gending Janger yang memiliki ciri khas serta mengandung nilai-nilai pendidikan spiritual, sosial, kebersamaan, toleransi, cinta kasih, tanggung jawab, sopan santun, dan kebangsaan agar terjaga dengan baik.

Gending-gending Janger ini, juga menjadi salah satu media mempersatukan generasi muda Bali. Penampilan anak-anak muda ini, sekaligus menjadi bukti bahwa generasi muda kini tetap mencintai dan akan melestarikan seni warisan leluhur.

Yuliaswathi Manuaba menegaskan, karena Janger Klasik ini memiliki keunikan berciri khas, maka dirinya selaku Pembina memberikan warna dari segi kostum dan gending-gending janger klasik tempo dulu. Gending-gending ini memang sangat enak didengarkan. “Gending ini membuat yang mendengar merasakan kehidupan masa lampau,” ucapnya.

Baca Juga:  Ekspresi 10 Komunitas Seni Dalam Pentas Virtual Bertajuk “Bung Karno dan Bali”

Kelian Adat Banjar Pesalakan Desa Pejeng Kangin, I Wayan Sutama mengatakan, Janger Klasik ini merupakan kesenian yang telah ada sejak zaman dulu di Bali. Namun, ironisnya sekarang Janger Klasik sangat jarang dimiliki oleh banjar-banjar maupun Desa Adat di Bali.

“Kebetulan, di Banjar Pesalakan Pejeng Kangin, kami sudah satu tahun mendirikan Janger Klasik. STT kami di sini rutin belajar, yang akhirnya bisa dipercaya tampil di PKB tahun 2024 ini. Janger Klasik ini ditampilkan khusus oleh para remaja dari Banjar Pesalakan,” ucapnya.

Kesenian Janger ini diakui sangat klasik yang bertutur dan berpenampilan lebih dominan cerita rakyat tentang kehidupan sehari-hari mereka. “Jadinya hal ini sangat natural sekali dengan kegiatan masyarakat kita disini. Mungkin ada di bidang pertanian hingga ada lenggak-lenggok tariannya,” ujar Perbekel Desa Pejeng Kangin Dewa Gede Putra. [B/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi seni budaya di Bali

Related post