Pameran ‘BUILD UP’: Empat Seniman Bangun Proses Eksploratif dalam Perjalanan Karier Sebagai Perupa

 Pameran ‘BUILD UP’: Empat Seniman Bangun Proses Eksploratif dalam Perjalanan Karier Sebagai Perupa

Pameran ‘BUILD UP’ di ARTspace ARTOTEL/Foto: doc.balihbalihan

Empat perupa asal Tampaksiring, Gianyar menggelar pameran bersama bertajuk “BUILD UP” di ARTspace ARTOTEL Sanur Lantai Dasar. Pameran seni rupa itu dibuka oleh I Made Dollar Astawa pada Selasa, 8 Oktober 2024 dan akan berlangsung hingga 8 Januari 2025. Seniman dan pecinta seni, khususnya seni rupa hadir meramaikan acara pembukaan tersebut.

Empat seniman tersebut, adalah Made Bayak, Nyoman Suarnata, NPAAW, dan Raka Jana. “Pada hamparan lembar demi lembar bidang gambar bersisi empat, kita berjumpa empat ragam gagasan dan karakter visual,” kata Made Susanta Dwitanaya yang bertigas sebagai kurator dari pemeran Build Up tersebut.

Made Susanta mengatakan, empat perupa yang menggali pokok persoalan yang bersumber dari serangkaian eksplorasi, dari naratif hingga formalis, dari representasi hingga abstrak. Kita dihadapkan pada ragam warna yang membentangkan dinamika mutakhir seni rupa Bali.

“Made Bayak, Nyoman Suarnata, NPAAW, dan Raka Jana, adalah empat perupa Bali dengan ragam gagasan dan eksplorasi visual yang berbeda. Keempatnya memiliki pernyataan artistiknya tersendiri,” papar pria yang sering menjadi kutaror seni rupa ini.

Baca Juga:  Ferdy Thaeras Pamerkan ‘Cosmic Echoes’ ARTOTEL Sanur - Bali

Pokok persoalan yang mereka gumulipun berbeda, sehingga jika mereka dipertemukan dalam satu ruang pameran, maka kita akan mendapati satu komposisi mozaik yang tersusun dari kepingan-kepingan puzel pernyataan artistik yang tak seragam.

Made Bayak dengan gagasanya yang konsen pada wilayah seni dan aktivisme melahirkan karya- karya yang sarat dengan muatan kritis tentang berbagai fenomena dan isu yang melanda Bali hingga persoalan global mulai dari isu ekologis hingga sosial.

Konsen Bayak pada isu ekologis misalnya melahirkan satu formulasi artistik pada persoalan medium karya-karyanya dari penggunaan material upcycle plastik kemasan pada seri karya plastycology-nya hingga penggunaan pigmen-pigmen warna alam pada karya karya terkininya.

Hal itu memperlihatkan bagaimana isu lingkungan yang menjadi basis kekaryaan Bayak dihadirkan menjadi pernyataan artistik yang menubuh hingga pada pilihan material karyanya. “Pada titik ini material bukan berhenti hanya sekedar bahan baku pembuat karya tapi pilihan material menjadi wahana yang signifikan dalam sebuah pernyataan artistic,” terangnya.

Baca Juga:  Pentas di Jakarta, Teater Monolog Drupadi Padukan Sastra dan Drama Visual

Nyoman Suarnata adalah perupa yang bergerak dalam jelajah stilistik visual dari kecenderunganya mengeksplorasi visual naifistik hingga realistik, dengan eksplorasi garis hingga teknik drawing dan pencampuran material cat akrilik, pastel, hingga pensil.

Atau penjelajahannya menghadirkan bentuk-bentuk imajinatif , terdeformasi, terstilirisasi hingga hadirnya ikon ikon budaya popular seperti mainan dan figur-figur superhero. “Gagasan Suarnata bergerak dalam eksplorasi pada persoalan memori tentang masa kanak-kanak hingga beririsan pada berbagai tema-tema kontekstual yang terjadi hari ini,” ungkapnya.

NPAAW sejak dua atau tiga tahun terakhir kerap menghadirkan susunan bidang-bidang geometris persegi layaknya susunan PNG atau fixel dalam gambar gambar digital dengan pilihan pilihan warna bernada komplementer terkadang bernuansa metalik seperti silver hingga menghadirkan kesan dan cita rasa digital, industrial dan teknologis.

Kecenderungan abstrak yang pada mulanya NPAAW hadirkan sebagai background karya yang sebelumnya menghadirkan representasi objek dan figur realistik, sejak setahun terakhir ini hadir menjadi pokok persoalan utama yang ia eksplorasi.

Baca Juga:  Ida Nyoman Sugata Dalang dan Penulis Sastra dari Abang

Kecenderungan abstraktif itu untuk hadir sepenuhnya dalam karyanya secara otonom tanpa kebutuhan untuk menghadirkan representasi objek. Ia juga kerap menghadirkan karya yang menampilkan bagaimana ia menghadirkan susunan dan layer bidang geometris tersebut pada karya-karyanya.

Lakban atau plaster kertas yang menjadi material penunjang yang ia gunakan dalam menghadirkan bidang-bidang geometris dalam karyanya terkadang masih tetap ia pertahankan dan ekspose. Bagaimana proses pelepasan lakban yang sebagian masih menempel dan sebagian menjuntai yang ia rangkai dan komposisikan menghadirkan nuansa instalatif sekaligus performatif.

Sedangkan Raka Jana yang dikenal sebagai pelukis yang berangkat dari dunia desain grafis dan ilustrasi sejak beberapa tahun terakhir karya-karyanya cukup menarik perhatian dalam perkembangan terkini seni rupa Bali.

Secara konseptual karya-karya Raka Jana menghadirkan eksplorasi yang berangkat dari kosa rupa budaya visual Bali yang Ia formulasi dan padukan dengan pendekatan visual anime maupun gaya visual yang kartunal membentuk karakter visual Raka Jana yang khas.

Baca Juga:  Wayang Seni Ritual, Dulu Dimainkan oleh Saman

“Berbagai figur, objek, ornamen dalam budaya visual Bali yang lekat dan mengakar secara tradisional dalam masyarakat Bali dieksplorasi dengan cita rasa artistik dan budaya popular hari ini,” ujar Made Susanta yang juga penulis dan peneliti ini.

Nilai tradisi dalam karya karya Raka Jana menjadi suatu yang dinamis dan akrab dengan memori visual generasi kini yang sudah sangat familiar dengan berbagai visual seperti anime, kartun dan lain sebagainya.

Latar belakangnya sebagai seorang desainer grafis dan illustrator menghasilkan kepekaan dan progresifitas tersendiri pada proses kreatif Raka Jana dalam memformulasikan gagasan kedalam pernyataan artistik secara visual melalui garis maupun warna warna pada karyanya sehingga dapat terekognisi secara luas oleh publik terutama kalangan muda.

Pada akhirnya momentum pameran yang mempertemukan empat perupa kontemporer Bali dalam satu ruang pameran yang berjudul “BUILD UP” ini adalah sebuah momentum untuk melihat bagaimana ragam gagasan dan dinamika artistik yang dihadirkan oleh empat perupa dengan gagasan dan kecenderungan artistik masing masing ini yang menjadi bagian dari perkembangan mutakhir seni rupa Bali.

Baca Juga:  Sanggar Citta Usadhi Mengwi Tampil di PKB ke-44 Sajikan Arja Klasik dengan Penari Remaja

Karya-karya yang terlahir adalah akumulasi dari bagaimana keempat perupa dalam membangun artistik mereka dalam proses kreatif yang dijalankan. “Artistik yang hadir dan menjadi pernyataan keempat seniman ini dibagun atau ter-build up dari proses eksploratif tiada henti dalam perjalanan karier sebagai perupa,” pungkasnya. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post