Jeda Sekolah, Murid-murid SD Negeri 1 Peliatan Menggali Pengetahuan di Museum ARMA

 Jeda Sekolah, Murid-murid SD Negeri 1 Peliatan Menggali Pengetahuan di Museum ARMA

Anak-anak ini datang ceria dengan wajah yang cerah, secerah matahari pagi itu. Sinarnya tak hanya menembus celah ranting pohon bertuah, juga bangunan berarsitektur tradisional Bali yang kokoh. Kehadirannya yang lembut dan tak memihak, menghangatkan bathin anak-anak itu untuk selalu bersemangat menjaga bayangan daun sinar Surya itu.

Pagi seperti jam sekolah, puluhan anak yang merupakan murid-murid SD Negeri 1 Peliatan Ubud melakukan kunjungan ke Museum ARMA, pada Kamis 10 Oktober 2024. Kunjungan ini bukan hanya sekedar berwisata, tetapi lebih dari pada itu, yakni mencari, memahami dan belajar tentang keindahan yang ada pada setiap koleksi Agung Rai Museum of Art (ARMA) itu.

Murid SD Negeri 1 Peliatan dari kelas I hingga kelas VI itu datang membekali diri dengan alat tulis, bahkan perlengkapan menggambar. Sebab, setelah menyaksikan apa yang dilihatnya, mereka akan mengungkapn kembali melalui seni menggambar dan mewarnai gambar. Tangan mereka juga kreatif memotret hingga merekam momen yang ada.

Untuk memudahkan dalam memberikan penjelasan tentang koleksi yang ada, kehadrian mereka kemudian dibagi menjadi tiga kelompok yang masing-masing dipandu oleh seorang petugas yang mengunjung koleksi di Bale Daja (koleksi klasik), Bale Dauh (koleksi kontemporer) dan areal Lobby untuk pameran regular yang menghadirkan seniman local nasional dan internasional.

Baca Juga:  Juggan Sky, An Eclectic Beer Garden Pilihan Bagi Para Pecinta Bir

Kelompok I yang memulai kunjungannya dari Bali Daja sebelum memasuki ruanga diberikan penjelasan dan aturan oleh pemandu. Beberapa diantaranya, pengunjung tidak boleh menyentuh benda yang ada, tidak boleh ribut dan tidak boleh bermain. Semua anak mesti tertib dan jangan menyentuh agar tidak rusak dan merupakan benda yang dilindungi.

Neo+ Kuta Legian lestarikan lingkungan hidup dengan melepas tukik/Foto: ist

Anak-anak boleh melihat dan mengamati, tetapi jangan sampai memyentuhnya. Semua benda itu memiliki nilai sejarah yang dibangun berabad-abad lamanya. Makanya, benda yang ada di museum ini memiliki nilai sejarah di pajang di museum untuk memberikan pengetahuan peradaban nenek moyang di masa yang lalu.

Museum ARMA memamerkan koleksi lukisan pada dua gedung, yaitu Bale Daja yang menyajikan koleksi klasik dan Bale Dauh memajang lukisan kontemporer. Museum mengoleksi sejumlah lukisan di antaranya karya Raden Saleh, Walter Spies, dan Johan Rudolf Bonnet, dan I Gusti Nyoman Lempad. Ada pula lukisan Kamasan tanpa nama yang dilukis di atas kertas Welantaga.

Dirinya mengaku sanggat senang. Murid-murid SD bisa datang ke Museum ARMA, dan enjoy menikmati ratusan koleksi yang ada. Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi tempat mencari ilmu pengetahuan bagi genarsi muda ini. “Kami menjemput bola dengan datang ke sekolah-sekolah mengundang mereka berkunjung ke ARMA,” kata General Manager ARMA Museum & Resort, Made Suhartana.

Baca Juga:  Bulan Bahasa Bali 2020 Digelar Sebulan

Usai menyaksikan beragam koleksi seni, seluruh siswa kembali ke areal Open Stage mengikuti lomba melukis untuk Kelas IV, V dan VI serta mewarnai gambar untuk kelas I, II dan III. Kegiatan lomba ini menjadi bumbu bagi murid-murid SD No 1 Peliatan ketika hadir di ARMA Museum Resort untuk mengisi jeda semester mereka.

Ini, memang salah satu program di Museum ARMA sebagai cara untuk mendekatkan diri dengan masyarakat, khususnya anak-anak generasi penerus pada budaya Bali. “Utamanya, para pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak-anaknya melihat sebuah museum dengan koleksi seni, aktivitas seni dan lingkungan sekitarnya,” jelas pria ini kalem.

Neo+ Kuta Legian lestarikan lingkungan hidup dengan melepas tukik/Foto: ist

Meenurutnya, ilmu pengetahuan itu juga ada di museum. Karena museum sebagai tempat mengenyam pendidikan. Apalagi, kegiatan ini diikuti dengan lomba melukis dan mewarnai. Itu menjadi bumbu untuk menikmati museum secara lebih dekat dan menikmati isinya. “Siswa berkunjung ke museum merupakan program ARMA sejak dulu, sebelum pandemi secara rutin dan konsisten menjalankannya,” tegasnya.

Menurut Suhartana, kedatangan anak-anak dari Paud, Taman Kanak-kanan, SD, SMP hingga perguruan tinggi melakukan kunjungan dan menggali pengetahuan ke museum ini. Bahkan, mahasiswa dari Instiut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang datang secara reguler mengunjungi museum sebagai implementasi dari kurikulum merdeka belajar.

Baca Juga:  Ted van der Hulst Pamerkan ‘Aristocrats’ di Museum ARMA Ubud

Bagi murid yang berkunjung ke ARMA itu gratis. Hanya saja diperlukan surat permohonan, komunikasi, sehingga kedatangan para siwa ini betul-betul dipersiapkan. Kedatangan siswa ini, juga diwajibkan untuk melakukan kegiatan seni, bukan hanya berkunjungan dan menikmati koleksi seni yang ada.

ARMA dengan luasan sekitar 7.5 hektar sangat terbukan untuk melakukan kegiatan. Museum juga memfasilitasi sound sistem, alat gambar, dan pemandu yang memberikan keterangan saat di museum. Pelayanan ini, untuk menumbuhkan rasa Bali, budaya seni mereka. “Jumlah kunjungan wisatawan ke museum perhari antara 60-70 orang yang didominasi oleh wisatawan mancanegara,” sebutnya.

Kepala SD 1 Peliatan, Wayan Dangin mengaku, sebelumnya sudah melakukan kunjungan namun hanya mengunjungi museum saja. Untuk kunjungan kali ini dikolaborasikan dengan kegiatan melukis dan mewarnai gambar.

“Setelah anak-anak menyaksikan koleksi pameran baik itu yang bergaya tradisi atau modern, sehingga keluar dari ruangan itu mereka bisa mengekspresikan melalui lomba menggambar,” jelasnya.

Baca Juga:  I Made Oka Astawa Pamerkan 57 Karya di Lv8 Resort Hotel, Canggu Bali

Anak-anak akan dapat membandingkan antara seni tradisional dan modern, sehingga mereka bisa menggali apa yang dilihat lalu diimplementasikan di sekolah. Kebetulan ada jeda sekolah, kami mohon ijin untuk melakukan kegiatan melukis dan mewarnai.

Dulu, sempat melihat kekayaan museum ARMA melalui pameran seni. “Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan seni budaya Bali, disamping seni lukis juga melihat barong yang memang menjadi keseharian mereka bergelut dibidang seni,” paparnya senang. [B/puspa]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post