Festival Seni Bali Jani Ajang Berkembangnya Teater di Bali Ida Bagus Anom Ranuara : Teater Penting Dalam Dunia Pendidikan
Teater Angin SMAN 1 Denpasar tampil sebagai pamungkas dalam Pawimba (Lomba) Teater serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) III tahun 2021. Teater yang didukung actor-aktor muda berbakat ini tampil memukau. Penonton yang hadir secara terbatas di Gedung Natya Mandala, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Kamis 28 Oktober 2021 itu terkesima dengan kisah dengann melibatkan konflik atau emosi yang tersusun manis. Gerak, dengan dialog dan akting para pemainnya tampak kuat, sehingga kisah itu tampak sangat jelas dan pesannya sampai kepada para penikmatnya.
Meski demikian, teater-teater lain juga tak kalah menariknya. Dari 10 peserta, semunya tampil dengan bak. Pawimba teater ini khusus diikuti dari kelompok teater sekolah setingkat SMA di seluruh Bali. Peserta teater tersebut, yaitu Teater Padang Lalang SMAN 2 Banjar, Teater Petir SMK Bintang Persada, Teater Kontras SMAN 1 Singaraja, Teater Tiga SMAN 3 Denpasar, Teater Galang Kangin SMAN 4 Singaraja, Teater Jineng SMAN 1 Tabanan, Teater SMA 2 Abiansemal, Teater Genta Malini SMAN 1 Gianyar, Teater Galang Kangin SMAN 2 Amlapura dan Teater Angin SMAN 1 Denpasar.
Penampilan teater sekolah diajang Festival Seni Bali Jani (FSBJ) III menjadi catatan penting dalam perkembangan seni teater di Pulau Dewata. Paling tidak, gambaran generasi muda khususnya di kalangan pelajar dalam menggeluti seni olah tubuh, olah vocal dan olah rasa itu masih terasah. Bahkan, penampilan para pelajar kali ini tampak lebih kreatif dalam menyajikan seni peran itu. Para sutradara, tak hanya mengolah dari segi teknik pentas, tetapi juga membedah setiap makna yang ada dalam kisah yang diangkat.
Masing-masing grup teater ini tampil secara bergiliran dan dinilai dewan juri. Setiap hari, mulai Minggu (24-28) ada dua grup teater yang menyajikan kemampuannya dalam mementaskan teater. “Setelah melihat pementasan teater dalam FSBJ 2012 ini, ada perkembangan teater di Bali, tetapi tidak terlau jauh,” kata Koordinator Juri, Drs. Ida Bagus Anom Ranuara.
Anom Ranuara mengaku, soal perkembangan teater remaja sangat sulit mengukurnya karena hanya bisa menyaksikan pementasan teater dalam setahun sekali, tepatnya pada FSBJ saja. Jika ingin mengukur perkembangan teater ditingkat remaja mestinya ada pementasan teater minimal setiap tiga bulan atau empat bulan sekali. Nah, minimnya pementasan itu maka agak sulit mengikuti perkembangan teater. “Tahun-tahun lalu ada juga pementasan teater, seperti di Fakultas Sastra juga di tempat lain, saya melihat kualitasnya hampir setara seperti dalam FSBJ kali ini,” sebutnya.
Dalam pawimba teater FSBJ ini, teater dari Denpasar, Singaraja dan Gianyar yang tampaknya mempertahankan kualitasnya. Ketiga teater ini tampil kreaatif seperti sebelum-sebelumnya. Sementara di kabupaten lain, seperti Tabanan, Jembrana, Bangli, dan Klungkung, ketika pemain yang duluan pergi lalu datang pemaian baru, maka tampak mulai dari nol lagi. Maka itu, setiap pementasan, mereka seakan-akan mulai dari nol lagi, seperti mulai belajar kembali. “Berbeda dengan di tiga kabupaten tadi, walaupun pemainnya baru, tetapi nampaknya mereka mendapat pembelajaran dari yang terdahulu. Artinya ada keberlanjutan,” ungkapnya.
Hal itu menunjukan adanya pembinaan yang gesit, utamkanya dari guru-guru sastra, sehingga taetar di Denpasar, Singaraja dan Gianyar mampu bertahan. Artinya, kalau dulu kualitasnya baik, sekarang dia berusaha tetap mempertahankan kualitas terbaik itu. “Singaraja mempunyai nama dipertahankan, Denpasar punya nama juga dipertahankan begitu juga Gianyar. Walaupun itu tidak secara keseluruhan, tetapi sekolah mempertahankan kualitas itu dengan baik. Tradisi-tradisi yang ada dipertahankan. Misal di Gianyar ada Malini sebagai pemain terbaik, lalu kualitas itu dipertahankan,” paparnya.
Anom Ranuara kemudian menegaskan, penampil teater sekarang kemajuan yang signifikan sekali belum ada. Kedua masalah naskah sebagai bahan baku dari pertunjukan itu, tidak banyak juga membantu. Misalnya saja, naskah yang dilombakan sekarang ini hanya satu dua yang memiliki kualitas panggung. Ini pementasan panggung, namun naskah yang diberikan justru dibuat oleh bukan orang panggung, sehingga terkadang sulit mementaskan dalam panggung. Ada naskah yang banyak ngomong, tetapi sulit dipentaskan di panggung. Antara naskah dan pementasan mesti singkron.
Katakan naskah panggung akan dipertunjukan dipanggung, maka harus singkron. Sastra dan dioalog-dialognya itu harus disesuaikan dengan hukum panggung. Nah. kalau membuat naskah untuk pertunjukan televise itu beda lagi. Mestinya, naskah-naskah yang diberikan ini adalah naskah yang yang dibuat oleh orang panggung, sehingga menyatu. Pengarang dan penulis naskah yang bukan basic-nya panggung, ada yang sulit dipentaskan. “Itu terasa sekali. Bahkan ada naskah yang tidak dipakai. Kalaupun naskahnya juara, tetapi terkadang susah dimainkan dan susah dipangungkan,” bebernya.
Jadi dari sisi, kualitas naskah perlu ditingkatkan. Nah, yang bertugas dalam hal itu adalah pemerintah yang salah satunya dengan mengadakan sayumbara, lomba, bisa mencari dalam bank naskah, dan pada lomba seperti FSBJ saat ini. Dalam hal ini, pemerintah didukung oleh staff ahli kebudayaan yang memiliki orang sastra, orang teater yang mengerti naskah drama untuk panggung. Hal itu yang perlu disebarkan kepada peserta. Sebab, dengan memberikan naskah-naskah yang bagus, maka hasilnya dipanggungpun akan bagus pula.
Naskah yang bagus belum tentu digarap secara bagus. Ibarat kain bagus, tetapi tukang jahitnya jelek. Jadi, naskah bagus akan bisa menggarap teater secara bagus. “Nah, dalam FSBJ kali ini yang bisa menggarap bagus itu hanya beberapa kabupaten saja. Kalau pemerintah memiliki dana dan fasilitas, kedepan grup-grup teater perlu dibina lagi, perlu dibuatkan event semisal 3 bulan atau 4 bulan sekali. Setelah tiga bulan, lalu dievalusi seberapa mereka maju dan seterusnya,” usulnya.
Menurut Anom Ranuara, pendidikan teater dalam dunia pendidikan sangat penting dan sangat jelas. Pendidikan teater bisa melibatkan mereka bermain, membentuk karakter mereka, nilai-nilainya juga didapat. Orang teater, biasanya akdemisnya juga bagus. “Saya punya contoh Putri Koster bermain teaternya bagus, akademisnya juga bagus. Dia orang cerdas. Teater adalah pendidikan disiplin, dari mulai latihan hingga pentas. Membaca naskah dapat nilai, bicara terlatih menghadapi umum dan terlatih menjadi cerdas,” bebernya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali