Konservasi Lontar Cokorda Agung Anggadwipa Indrawan
Tim Penyuluh Bahasa Bali yang menjadi partner Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melakukan upaya penyelamatan lontar di Kabupaten Bangli. Kegiatan bertajuk Festival Konservasi Lontar serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali IV berlangsung di Rumah Cokorda Agung Anggadwipa Indrawan,S.H yang beralamat di Banjar Pande, Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli. “Kami sangat bersyukur dengan adanya Tim Penyuluh Bahasa Bali yang telah membantu merawat lontar warisan leluhur. Kami pun mendapatkan ilmu, khususnya dalam merawat lontar,” kata Cokorda Agung Anggadwipa Indrawan disela-sela festival itu, Selasa 8 Pebruari 2022.
Festival Konservasi Lontar khususnya di Kabupaten Bangli ini, memang berhasil mengidentifikasi dan melakukan perawatan terhadap lontar-lontar kuno, namun juga memberikan edukasi. Alat, sarana dan proses perawatan lontar yang dilakukan oleh
itu juga menjadi perhatian masyarakat, utamanya pemilik lontar. “Kami mendapatklan pengalaman dari apa yang dilakukan oleh Tim dalam mengidentifikasi dan upaya perawatan lontar ini,” imbuhnya.
Lontar-lontar yang menjadi tetamian (warisan dari leluhurnya) memang jarang disentuhnya, kecuali diupacarai. Ia dan anggota keluarganya juga tidak pernah membacanya, karena tidak tahu aksara Bali. “Kami tidak memiliki generasi pembaca lontar. Keberadaan lontar-lontar ini sudah lama, namun tidak pernah ada yang merawatnya. Kami hanya mebanteninnya (upacarai) saja. Kami bersyukur ada Tim Penyuluh Bahasa Bali yang mengidentifikasi. Kalau tidak, kami pasti tak akan tahu jenis lontar yang kami miliki,” akunya polos.
Dengan adanya konservasi serangkaian Bulan Bahasa Bali ini, pihaknya mengaku mendapat pelajaran utamanya cara merawat lontar yang dimilikinya. Apalagi, tim yang datang itu memberikan penjelasan yang sangat lengkap, sehingga menjadi pengalaman berguna dalam melestarikan lontar yang terkait dengan aksara. “Atas saran dari tim konservasi, maka kami akan membuatkan tempat yang khusus yang terbuat dari kaca, sehingga lontar-lontar dalam keadaan aman dan terlindungi dari rayap dan binatang lainnya. Kami juga akan segera melakukan digitalisasi lontar yang masih utuh, sehingga isi lontar lebih cepat bisa dipelajari generasi muda,” ujarnya.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Bangli, Putu Dedi Handana, S.Pd.B., M.Pd mengatakan, dalam kegiatan festival ini Tim Penyuluh Bahasa Bali berhasil mengidentifikasi 21 cakep lontar dari 26 cakep lotar yang ada di rumah Cokorda Agung Anggadwipa Indrawan. Sementara sisanya, sebanyak 5 cakep lontar dalam keadaan rusak. “Kebedaraan lontar milik Cokorda Agung Anggadwipa Indrawan dalam keadaan kurang terawat. Maklum, pemilik tidak tahu cara merawatnya, sehingga banyak dimakan rayap,” paparnya.
Dari 26 cakep lontar yang ada terdiri dari Lontar Tingkahing Pemangku, Tutur, Kaputusan Rambut Katomah, Wariga, Kaputusan Siwa Sumedang dan lainnya. Lontar-lontar yang ada jarang, bahkan tidak pernah dibuka dan dibaca. Kalaupun dibuka, itu karena akan diupacarai, seperti pada Hari Raya Saraswati dan hari suci lainnya. “Kami melihat lontar ini jarang disentuh. Itu mungkin karena pemilik belum membacanya,” ungkap pria enerjik ini.
Setelah Tim Penyuluh Bahasa Bali melakukan konservasi di Bangli, sudah banyak lontar telah terindentifikasi dan terawat dengan baik. Lontar itu milik warga di Kabupten Bangli ini. Dari semua kecamatan, lontar yang sudah terindentifikasi paling banyak ada di Kecamatan Bangli. Jenisnya beragam, antara lain Kadiatmikan, Tutur, Wariga, dan Usada. “Sampai tahun ini, sudah 274 cakep lontar yang dikonservasi di Kabupaten Bangli, dan dari 274 cakep lontar, sebanyak164 cakep lontar yang teridentifikasi,” ungkap Putu Dedi Handana. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali