“Golek Ayun-ayun” Tari Klasik Khas Yogyakarta

 “Golek Ayun-ayun” Tari Klasik Khas Yogyakarta

Penampilan tim kesenian Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta ketika berpartisipasi pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV sungguh mempesona. Sebanyak dua tari klasik dan sebuah garapan sendratari yang disajikan diminati pengunjung PKB. Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), tempat tim kesenian ini, Jumat 1 Juli 2022, tampak lebih ramai dari biasanya. Penonton menikmati pertunjukan seni itu hingga selesai

Penampilan Tim Kesenian Yogyakarta ini berawal dari Tari Golek Ayun-ayun. Tari ini merupakan tari klasik khas Yogyakarta sebagai tari penyambutan. Tarian ini mengandung makna filosofis dan estetika di dalamnya. Adapun kisahnya, menceritakan seorang gadis tumbuh beranjak dewasa yang suka berias diri atau bersolek. Penampilan berikutnya, Tari Klana Topeng. Tema yang menjadi sumber tarian ini mengambil dari cerita Panji, yang menceritakan Prabu Klana Sewandana sedang jatuh cinta kepada seorang wanita yang bernama Dewi Sekartaji. Tarian ini menggambarkan bagaimana Prabu Klana Sewandana “Gandrung Wuyung” dan berhias diri agar wanita tersebut tertarik kepadanya.

Golek Ayun-ayun

Pada sajian terakhir, menampilkan Sendratari Dhaksinarga Kajarwa yang terinspirasi dari cerita Babad Alas Nangka Dhoyong. Konon, ini merupakan cerita sejarah berdirinya Kabupaten Gunung Kidul D.I. Yogyakarta. Dikisahkan Demang Wonopawiro, tokoh masyarakat dari Desa Piyaman yang dibantu oleh Mbok Niti Sari berhasil membuka lahan di dalam Hutan (Alas) Nongko Dhoyong yang dijaga oleh peri cantik bergelar Nyai Gadhung Melati.

Hutan Nongko Dhoyong yang semula berupa rimba belantara yang juga disebut sebagai Wono Asri. Lambat laun berubah menjadi sebuah pemukiman padat penduduk, hingga beralih nama menjadi Wono Sari, lestari dan berkembang menjadi Bumi Dhaksinarga. Dhaksinarga berasal dari kata Dhaksina yang berarti Selatan (Jawa: Kidul), dan Arga yang berarti Gunung, sehingga Dhaksinarga adalah nama lain dari Gunungkidul, yang saat ini menjadi salah satu kabupaten di D. I. Yogyakarta.

Baca Juga:  Meriah Music Celebration di Antida SoundGarden

Golek Ayun-ayun

Dalam proses kreatif dalam penggarapan karya, Tim ini tidak begitu lama. Sebab kesenian yang dibawakan adalah kesenian klasik yang sudah sering ditarikan. Adapun yang dilibatkan adalah seniman-seniman muda berjumlah 30 orang. “Proses kreatif sebetulnya tidak lama. Karena PKB ini menjadi event rutin yang kami ikuti. Jadi ada tiga kesenian yang kami tampilkan, yang mana ketiganya sudah menjadi tari yang klasik dan sering ditarikan oleh kami. Tidak banyak memerlukan latihan, kami hanya tinggal mengkreasikan dan menyesuaikan dengan kebutuhan saat tampil di sini,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunung Kidul, Chairul Agus Mantara.

Tampil berpartisipasi di ajang PKB sejatinya merupakan agenda rutin dari kabupaten ini. Menurutnya, PKB merupakan ajang bergengsi untuk diikuti. “Kami bermitra dengan Pemerintah Provinsi Bali sudah erat ya. Jadi tak terhitung sudah kali kami berpartisipasi di PKB. “Dua tahun selama pandemi ini kami sempat galau. Akhirnya dana yang sebelumnya kami sudah anggarkan (untuk tampil di PKB) harus kami alihkan. Tahun ini dibuka kembali, kami bersyukur bisa diberikan kesempatan untuk bisa berpartisipasi kembali,” ujarnya. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post