“Help!” Teater Tanah Air di FSBJ IV Pupuk Gotong-royong, Cinta Tanah Air, dan Menolak Perang dengan Menari
Bocah-bocah ini mengenakan busana yang penuh warna tampil memberi warna panggung tertutup Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa 11 Oktober 2022. Mereka mengumbar ekspresi kegembiraan dengan nuansa gotong royong untuk menaklukkan dua robot pencuri bulan yang merenggut perdamaian. Mereka menari dan menyanyi bersuka ria menolak segala kekerasan dan perang yang dapat menghancurkan kedamaian dunia. Suasana pertunjukan menjadi sangat akrab, ketika salah satu anak mengajak penonton meluncurkan kapal terbang dari kertas yang sudah ditaruh di tempat duduk penonton.
Itulah suasana adilango (pergelaran) “Help!” pertunjukan teater visual oleh “Teater Tanah Air” karya Putu Wijaya yang disutradarai Jose Rizal Manua. Pergelaran “Help!” dibuka dengan penampilan anak menyanyi riang, menyerukan pesan untuk menjaga perdamaian di muka bumi. Penampilan mereka sangat mempesona. Para pemeran bergerak lincah menari-nari di permukaan layar yang bergerak dinamis. Ekspresi gembira didukung permainan cahaya serta dipadu dengan video yang ditembakkan ke layar putih membentang menambah suasana indah. Terkadang memperlihatkan bulan purnama, keelokan alam dan budaya Tanah Air, alam semesta, angkasa luar hingga isi pesawat antariksa.
“Help!” ini bercerita tentang dua robot jahat yang menembak bulan. Dua robot itu juga menculik seorang anak. Upaya penyelamatan bulan masih dilakukan oleh anak-anak yang pantang menyerah. Anak itu akhirnya berhasil diselamatkan oleh teman-temannya karena upaya gotong royong. Robot itu lalu mengurung anak-anak dalam selubung transparan. Namun, dengan semangat persatuan dan cinta tanah air, mereka bisa bebas. Lalu dengan gotong royong mereka menyatukan kekuatan, sehingga robot jahat itu bisa mereka kalahkan, bahkan bulan bisa mereka dikembalikan.
Jose Rizal Manua mengatakan, meski Teater Tanah Air biasa pentas memukau di luar negeri, namun tampil di FSBJ IV ini tentu ada yang beda dari penampilan sebelumnya. Naskahnya sama karya Putu Wijaya, namun dalam penampilan kali ini lebih mengutamakan unsur-unsur air, baik dalam bentuk pantomime ataupun visual film. Hal ini untuk mengekspresikan tema FSBJ IV yakni “Jaladara Sasmitha Danu Kerthi, Air sebagai Sumber Peradaban”. “Tema itu dieksplor dalam visual ada pantomim supaya tidak verbal yang tak hanya bicara tentang air. Secara simbolis dan segala artistik semua diperhitungkan. Maka itu, ada anak kecil yang umur 5 tahun mendongeng tentang air,” sebutnya.
Disamping itu, para pemain-pemain yang sudah pernah tampil di Jerman lalu diganti untuk pentas di Jepang, lalu diganti lagi untuk pentas di Bali. Pemain-pemain baru selalu ada, karena merekrut anak-anak baru, sehingga pengalamannya bisa berganti-ganti secara estafet, dan tak hanya itu-itu saja. “Itu memang sebagai tujuan utama kami dari Teater Tanah Air. Sekarang ini, kami melibatkan anak umur 2 tahun sampai umur 16 tahun. Saya selalu tampil dalam FSBJ pertama hingga saat ini, tetapi kali ini saya menyuguhkan pertunjukan yang lain khusus untuk anak-anak,” paparnya.
Menurut Jose Rizal Manua, ini tentang gotong-royong, tentang cinta tanah air, tentang menolak perang, jadi anak-anak menolak perang dengan menari. Artinya, dari pada berperang lebih baik menari. “Sebut saja Perang di Rusia dengan Ukraina, kita sedih sekali melihat peristiwa seperti itu. Semua itu akan menghancur tujuan sebuah negara, peradaban, kebudayaan karena mengumbar ego. Pesan itulah yang ditawarkan di pertunjukan ini,” pungkasnya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali