Kreativitas Seni Para ASN Warnai Peringatan Hari Jadi Ke-37 Disbud Bali

Peragawan dan peragawati ini memang bukan professional, tetapi saat memperagakan busana, penampilan cukup mempesona. Mereka berlenggak-lenggok memamerkan berbagai jenis model pakaian kerja. Ada yang memperagakan busana bermotif endek, ada pula pakaian bebas rapi. Senyum dan langkahnya begitu indah, sehingga membuat desain busana yang diperagakan menjadi lebih indah. Lebih menariknya lagi, para peraga busana itu merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN), namun begitu lihai melenggak lenggok di atas panggung.
Itulah suasana peringatan hari jadi ke-37 Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Art Center Provinsi Bali, Selasa 10 Januari 2023. Para model dari berbagai bidang yang ada di Dinas Kebudayaan itu tampak semakin mantap, ketika diiringi lagu yang dibawakan secara live oleh ASN dibidang yang lain. Penampilan mereka seakan memberi hiburan yang berbeda kepada para undangan yang terdiri dari Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Periode 1989-2021, Budayawan, Seniman, Pelaku Seni, Tim Ahli Cagar Budaya dan Mitra Kerja Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Para ASN yang bertugas dalam bidangnya itu juga piawai dalam melantunkan lagu-lagu lawas ataupun lagu yang sedang trendi di masa ini. Mereka tampil berpasangan, ada pula yang tampil sendiri dengan kekuatan olah vokalnya. Pada deretan berikutnya, penampilan bondres dan joged bungbung yang yang juga dibawakan oleh para ASN. Joged ini dibawakan secara masal dengan pakem tari yang baik dan benar. Bisa saja, penampilan tari joged ini untuk mempertunjukan pakem joged secara baik dan benar, bukan joged porno. Para penari mengajak para undangan untuk menari bersama diatas panggung.
Peringatan yang diawali dengan menampilkan Tari Penyambutan Selat Segara sebagai ucapan selamat datang juga diisi dengan pemberian penghargaan. Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud), Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha memberikan piagam penghargaan kepada pemenang lomba lawar yang pesertanya para ASN diberbagai bidang di Disbud. Penghargaan sebagai ucapan terima kasih kepada ASN yang purna bakti, dan memberikan reward kepada tiga orang ASN yang beraklak. Puncak peringatan diisi dengan pemotongan tumpeng oleh Kadisbud Prof. Arya Sugiartha lalu diberikan kepada Kadisbud periode sebelumnya.
Peragawan dan perawati yang tampil memukau para penonton.
Kadisbud Prof Arya Sugiartha mengaku senang dan bangga dengan perayaan yang disiapkan ini. Hari jadi Disbud Prof, Bali itu sesungguhnya tanggal 5 Januari, namun karena dalam suasana hari Raya Galungan maka diundur menjadi hari ini. Momentum peringatan hari jadi ini betul-betul dijadikan introspeksi apa tugas dan seberapa yang udah dijalankan. “Kita mengemban satu bidang yang menjadi hulunya pembangunan Bali. Membangun kebudayaan itu penting karena akan berdampak sistemik pada bidang lain. Tanpa ada kebudayaan tak ada masa depan,” ungkapnya.
Indonesia mendapat bonus karena memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, mulai dari Aceh hingga Papua. Sementara, Bali memiliki kebudayaan yang tergolong unik, karena itu Bali sering disebut sebagai pulau dewata, sorga karena budayanya yang unik. “Oleh karena itu tugas kita adalah membangun dan menjaga kelestarian budaya. Karena itu, Gubernur Koster membuat regulasi Perda No. 4 tahun 2020 tentang penguatan dan pemajuan kebudayaan. Semua itu tentunya sebagai cara penguatan kebudayaan Bali,” sebut mantan Rektor ISI Denpasar ini.
Selama 37 tahun, setiap pemimpin di Dinas Kebudayaan Provinsi Bali semuanya hebat-hebat yang membuat kebudayaan tidak pernah mendapatkan tekanan. Hal itu dirasakannya, ketika menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Indonesia (Institut Seni Indonesia sekarang) hingga menjabat Rektor selalu dekat dengan dinas kebudayaan. “Di masa pandemi Covid-19 ini, Dinas Kebudayaan tak pernah Refocusing, padahal dinas lain dilakukan Refocusing. Itu artinya, kebudayaan sangat penting untuk masa depan Bali,” ucapnya.
Kadisbud Prof. Arya Sugiartha juga mengatakan, kebudayaan Bali dalam kondisi tidak baik-baik saja, karena gempuran itu selalu ada. Gempuran dari luar itu harus tetap diwaspadai. Sedikit saja lengah, maka budaya akan tergerus. Sekarang, Gubernur Bali sudah menguatkan secara sistemik, mulai dari regulasi dan yang terpenting desa adat. “Menguatkan jauh lebih susah dari pada memajukan. Kalau tidak kuat, maka tidak akan mungkin maju. Karena itulah Perda kita adalah penguatan dan pemajuan,” imbuhnya. [B/*]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali