Generasi Muda Bali Debat “Mabasa” Bali, Aksinya Mirip Politikus di TV
Menyaksikan Wimbakara (Lomba) Debat Mabasa Bali dalam ajang Bulan Bahasa Bali V di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Art Center Bali sungguh menarik. Para peserta tak hanya piawai mendebat, tetapi juga tampil penuh ekspresi. Maka itu, penampilan mereka mirip sebuah pertunjukan yang enak ditonton. Itulah suasana Wimbakara (Lomba) Debat Mabasa Bali yang diikuti generasi muda setingkat SMA/SMK merupakan perwakilan dari kabupaten dan kota di Bali, Senin 20 Pebruari 2023. Mereka tampak lihai dalam berbahasa Bali.
Para peserta tak hanya lihai dalam berdebat, tetapi juga pasih dalam berbahasa Bali. Di samping menguasai bahan, mereka juga berbicara dengan penjiwaan, sehingga seperti sebuah pertunjukan seni teater. Argumentasi atau pendapat disampaikan dengan lugas, baik dari peserta yang berperan Tim Pro (mendukung topik) dan Tim Kontra (menolak topik). Peserta tampil masing-masing memiliki keunggulan dalam menyampaikan topik dengan bahasa Bali alus, secara cepat dan tepat, serta dibarengi dengan berpendapat.
Ajang ini menjadi sangat menarik, ketika masing-masing peserta mempertahankan pendapatnya. Ini pelaksanaan yang sudah ke lima kali, sehingga perkembangannya cukup bagus. Berbeda ketika awal-awal ajang ini digelar masih mencari modelnya. Dalam lomba ini, ada dua topik yang perlu didukung dan perlu dibantah, tolak. “Kami menilai bukan materi topik debat itu, tetapi kemampuan anak-anak untuk mengekspresikan diri dengan bahasa Bali mengenai suatu masalah. Peserta yang tampil kali ini sungguh lumayan, penuh semangat, dan bahasanya bagus,” ungkap dewan juri Drs. I Nengah Medera, M.Hum.
Medera mengatakan, Lomba Debat Mabahasa Bali ini, berawal keinginan agar anak-anak muda bisa mengaplikasikan kemampuan mereka berbahasa Bali, terutama dituangkan dalam bentuk debat. Sebetulnya dalam bahasa Bali, debat itu berbanama wiwada, sehingga ini dipakai dalam utsawa dharmagita tingkat nasional. Disitu ada darma wiwada, salah satu momen sama dengan debat. “Tujuan untuk memberikan ajang bagi anak-anak muda untuk mengekspresikan diri menggunakan bahasa Bali dalam moment diskusi, seperti debat bahasa Bali ini,” ujarnya.
Lomba debat ini yang sudah yang ke lima kalinya, sehingga perkembangannya cukup bagus, Walau demikian, penilaian bukan pada materi topik debat itu, tetapi kemampuan anak-anak untuk mengekspresikan diri dengan bahasa Bali mengenai suatu masalah. Dalam debat ini, mereka memperdebatkan topik yang disampaikan. “Anak-anak muda ini tampil lumayan, penuh semangat, dan bahasanya bagus. “Namun dala penilaiannya, adalah kemampuan berbahasa Bali untuk mengekspresikan dirinya tentang topik yang diangkat,” ucapnya.
Memang semua peserta tampil bagus, namun masih ada yang dalam pengunaan bahasa Bali, utamanya dalam wirasanya. Wirasa itu yang perlu mendapat perhatian. Pemaknaan dari pada isi dengan apa yang diungkapkan itu begitu bagus dan ada kemajuan. Topik mengenai laut “segara kerthi” harus mampu disampaikan oleh masing-masing kelompok yang terdiri dari tiga orang ini. “Ketika berbicara, lalu disanggah oleh lawan, sehingga masing-masing bisa menyimpulkan argument mereka. Itu sangat menarik,” sebutnya.
Juri lainnya, Drs. I Gusti Bagus Lanang Subamia, M.M.Pd ajang ini sangat menarik, khususnya bagi yang hobi menyaksikan debat. Kesempatan ini sangat langka, dan bersyukur ada Bulan Bahasa Bali yang menyajikan materi yang sangat jarang ada. Anak-anak dengan lugas mengungkapkan isi hatinya dalam Bahasa Bali. Karena, tak sedikit peserta yang merasa tertantang untuk belajar Bahasa Bali, bahkan penuh semangat melawan tim lainnya. “Terkadang peserta yang berada di grup pendukung, itu harus melawan grup yang menolak, walaupun terkadang dalam hatinya juga menolak, tetapi ia harus melakukan berbagai upaya mematahkan penolakan dari grup lawan,” ucapnya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali