Desa Budaya Kertalangu, Destinasi Hijau di Tengah Kota Denpasar
Jika merasa jenuh, jalan-jalanlah ke Desa Budaya Kertalangu. Desa ini berada di wilayah Desa Kesiman Kertalangu, tepatnya di Jalan Bypass Ngurah Rai No.88, Denpasar. Desa Budaya Kertalangu memiliki alam persawahan sebagai sebagai salah satu daya tarik. Sawah hijau, menawarkan suasana sejuk dan damai. Area persawahan yang luas mencapai 80 Ha dan didukung dengan sarana prasarana seperti area parkir, toilet umum, Gong Bali Resto dan Warung D’tukad serta kolam renang juga kolam pancing.
Ketika jalan-jalan di sana, maka akan menemukan sebuah monumen berupa tugu perdamaian dunia. Tugu ini dikelilingi patung tokoh tokoh dunia serta bendera negara-negara independen dunia sebagai simbol persatuan dan juga perdamaian. Indahnya Gunung Batukaru dan Gunung Agung saat berada di persawahan itu. Potensi alam persawahan ini menjadi kekuatan utama bagi desa tersebut, karena tidak semua desa memiliki lahan pertanian yang masih aktif. “Kawasan Desa Budaya Kertalangu ini berdiri sejak 2008,” kata Perbekel Desa Kesiman Kertalangu, I Made Suana, ST, Minggu 26 Pebruari 2023.
Sebagai destinasi, Desa Budaya Ketalangu bahkan sudah di SK kan, karena itu sebagai sebuah cara untuk melestarikan lahan pertanian yang berada di Desa Kertalangu. Di kawasan terbuka hijau kota ini dibuat hanya 19 persen dari luas lahan, dan bangunannya yang tidak permanen. Mulai 2008 sampai 2011, kawasan desa ini mendapat perhatian dari Menteri Pariwisata Jero Wacik saat itu, untuk menjaga lahan sawah aktif, sehingga menjadi konsep wisata yang memang luar biasa.
Sebagai destinasi di tengah kota, Desa Budaya Kertalangu menjadi tempat terbuka hijau yang dijadikan tempat untuk menghilangkan kepenatan, sekaligus sebagai wisata edukasi. Sayangnya, desa ini sempat meredup di tahun 2015. Banyak yang merindukan destinasi ini kembali bisa menampung warga yang ingin menikmati alam persawahan yang asri. Maka itu, ketika I Made Suana dipercaya sebagai Perbekel desa budaya ini kembali diberi nafas dengan membangun beberapa wahana baru untuk memberikan pilihan kepada pengunjung.
Jogging trek, tempat untuk berolahraga atau untuk me-refresh pikiran kemudian menata areal jogging trek mulai 2017. Areal jogging trek ini sebagai tempat jalan-jalan di areal persawahan dengan rute sekitar 1.1 Km. Masyarakat termasuk wisatawan bisa melakukan rutinitas jogging trek setiap pagi dan sore hari. Jogging trek yang ditata kembali memberikan kesempatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk menjajakan hasil karyanya, termasuk para petani yang menjual hasil pertaniannya langsung di tempat itu.
Wayan Guntik dan Nyoman Karsi, dua petani di subak itu biasa menjajakan hasil pertaniannya kepada para pengunjung. Di pinggir areal jogging trek itu mereka menjajakan hasil pertaniannya secara sederhana. Mereka menjual sayur kangkung, sereh, jagung, sayur gondo, pisang, pepaya dan banyak lagi lainnya. Jenisnya, tentu tidak sama setiap harinya, karena tergantung hasil kebun yang sudah dipetiknya. Wanita yang sudah nenek-nenek, dalam setiap harinya bisa menjual hasil dagangannya, Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.
Masyarakat yang sebelumnya hanya bisa menikmati suasana alam, namun sejak 2019 jogging trek itu dilengkapi dengan res area, untuk memberikan pengetahuan tentang pertanian. Jenis atraksi ini, menjadi salah satu keunikan tujuan wisata khusus di Kota Denpasar. Pemerintah Desa Kesiman Kertalangu lalu menciptakan suatu inovasi dalam bentuk pusat edukasi pertanian untuk anak-anak dalam upaya menjaga lahan terbuka hijau desa yang dikenal dengan nama Wisata Edukasi Subak Teba Majalangu. Sasaran dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah para siswa mulai dari jenjang PAUD/TK, SD, dan SMP.
Namun sebelum itu, pihak desa telah melakukan koordinasi dan mendapat dukungan dari BPD dan LPM juga sekolah-sekolah yang ada di desa ini untuk membuat Wisata Edukasi Teba Majalangu tersebut. “Ini sebagai upaya mempertahankan lahan pertanian tetap asri, disamping sebagai tempat untuk belajar tentang pertanian. Hal ini juga untuk memberikan ruang kepada anak-anak yang sangat jarang berinteraksi dengan lingkungan, serta sebagai ajang mengenal budaya pertanian,” papar Perbekel Suana.
Teba Majelangu sebagai tempat yang asyik mengenal pertanian di Bali. Para siswa benar-benar menikmati tempat belajar di alam yang memang sesuai dengan kurikulum saat ini, yakni merdeka belajar. Dulu, semua rumah memiliki teba karena memiliki areal yang cukup luas dan besar. Sekarang di Denpasar sangat jarang memiliki teba, sehingga Teba Majelangu ini menjadi teba masyarakat sebagai tempat untuk aktivitas.
Kegiatan siswa, diajarkan terkait dengan system jaringan irigasi, tata cara pertanian Bali mulai dari proses pembibitan, pengolahan lahan, menanam padi, merawat padi, sampai dengan proses panen. Selain kegiatan edukasi subak juga terdapat berbagai paket wisata lainnya seperti belajar matekap, belajar membuat canang, belajar tentang hewan, belajar tentang tanaman organik, kegiatan cooking class, serta kegiatan perkemahan. Untuk para pecinta kuliner bisa mencicipi laklak Bali yang tersedia di warung tegik poh yang ada di tengah kawasan Teba Majalangu.
Sarana dan prasarana yang terdapat di kawasan teba majalangu adalah Patung Semut sebagai Icon Wisata, Kandang Siap, Kandang Kelinci, Kandang Sampi dan Kandang Bebek sebagai tempat pembelajaran hewan. Selain itu juga terdapat kebun organik dan lapangan yang luas sebagai tempat outbond Mengusung konsep edukasi pertanian, Teba Majalangu juga dilengkapi dengan Museum Subak Mini dimana anak-anak dapat melihat dan belajar tentang alat pertanian tempo dulu. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali