Generasi Muda Perlu Pembinaan “Tata Titi Mabaos” dan “Anggah-ungguh Basa” Bali

 Generasi Muda Perlu Pembinaan “Tata Titi Mabaos” dan “Anggah-ungguh Basa” Bali

UPMI Bali gelar pelatihan Mabaos Bali bagi Kepala Lingkungan dan Kelian Banjar se-Kelurahan Penatih/Foto: ist.

Berbahasa Bali? Ah, jangan khawatir! Anak-anak muda di Pulau Dewata kini sudah biasa berbicara dengan menggunakan Bahasa Bali. Bahkan, anak-anak juga para remaja, baik yang tinggal di desa atau di kota tampak lancar  ketika bercakap-cakap menggunakan bahasa Ibu masyarakat Bali itu.

“Gairah berbahasa Bali, termasuk di kalangan generasi muda kini semakin meningkat,” kata Guru Besar Bahasa dan Sastra Bali Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali, Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suwija, M.Hum., pada Pelatihan Tuntunan Mabaos (berbahasa) Bali bagi Kepala Lingkungan dan Kelian Banjar se-Kelurahan Penatih, Minggu 10 Desember 2023.

Namun, sayang pada saat anak-anak muda itu berbicara menggunakan Bahasa Bali belum disertai dengan pemahaman mengenai tata titi mabaos (tata aturan berbahasa) Bali. Terutama anggah-ungguh basa (tingkatan tutur). “Karena itu, perlu pembinaan yang intensif mengenai tata titi mabaos Bali dan anggah-ungguh basa Bali,” lanjut Prof. Suwija.

“Selain karena adanya triwangsa, anggah-ungguh basa juga sebagai bentuk penghormatan bagi lawan bicara, baik karena usia yang lebih tua maupun karena kedudukannya dalam masyarakat. Karena itu, anggah-ungguh itu tetap penting dalam mabaos Bali,” tegas narasumber itu.

Prof. Suwija juga menyinggung penggunaan Bahasa Bali yang kurang sesuai tata titi serta anggah-ungguh basa Bali dalam lagu-lagu berbahasa Bali belakangan ini. Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Bali memiliki komitmen kuat untuk melestarikan bahasa, aksara dan sastra Bali, seperti tercermin dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 80 tahun 2018.

Penggunaan Bahasa Bali secara tulis baik, juga memprihatinkan. Hal itu terlihat dari pesan pendek di ponsel, seperti WhatsApp yang kerap diwarnai singkatan. “Ucapan Om Swastyastu sering kali disingkat dengan singkatan OSA. Itu menunjukkan kurangnya kesadaran terhadap penggunaan Bahasa Bali yang baik dan benar,” paparnya.

Baca Juga:  Ogoh-ogoh Dibakar, Simbol Merelekan Kembali ke Unsurnya

Untuk itu, para tokoh dan pemimpin masyarakat diajak untuk menjadi contoh dalam penggunaan Bahasa Bali yang baik dan benar. “Kami berharap, para tokoh dan pemimpin di masyarakat mesti terus meningkatkan keterampilan berbahasa Bali sesuai tata titi dan anggah-ungguh basa Bali,” harap Prof. Suwija.

Hal yang sama juga dirasakan Lurah Penatih, Wayan Murda. Saat membuka pelatihan tersebut, Lurah Murda menekankan keterampilan mabaos Bali sangat penting bagi masyarakat Bali, terutama saat upacara yadnya, seperti manusa yadnya atau pawiwahan.

“Penerapan aturan berbahasa Bali yang baik dan benar juga harus diperhatikan di kalangan pemuda atau remaja, karena banyak para pemuda yang belum paham akan aturan mabaos Bali,” sebut Lurah Murda.

Pelatihan yang dipandu oleh Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), UPMI Bali, Ida Ayu Agung Ekasriadi itu merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) Program Studi PBID, FBS, UPMI Bali serangkaian Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kelurahan Penatih. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post