Festival Konservasi Lontar Berlanjut di Desa Batuan, Gianyar
Festival Konservasi Lontar serangkaian Bulan Bahasa Bali (BBB) VI masih berlanjut. Kali ini, berlangsung di Kabupaten Gianyar dengan menyasar di dua banjar Desa Batuan, Kecamatan Sukawati. Desa ini tak hanya mewarisi Kesenian Gambuh, tetapi juga memiliki warisan lontar.
Penyuluh Bahasa Bali yang berkejasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melakukan konservasi dan identifikasi lontar milik I Nyoman Parta di Banjar Pekandelan dan lontar milik I Wayan Mudana dari Banjar Peninjoan. Kegiatan itu berlangsung, Rabu 21 Pebruari 2024.
Konservasi lontar ini diawali dengan Maturpiuning (upacara) dari pemilik lontar. Selanjutnya melakukan konservasi dan identifikasi, yaitu membersihkan dari debu menggunakan kuas halus. Tulisan yang buram dan kurang jelas, dihitamkan dengan buah kemiri yang dibakar.
Kemudian, proses pembersihan lagi, dan setelah betul-betul bersih dilanjutkan pembaluran dengan minyak sereh yang sudah tercampur dengan alcohol. Setelah itu, lontar kemudian diangin-anginkan dengan tujuan supaya cepat kering.
“Kami kemudian mengidentifikasi dengan cara membaca kalimat awal dan kalimat akhir pada lontar, serta mencari judul serta katagori jenis lontar,” jelas kata Ida Bagus Ari Wijaya, S.S., M.Si., Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Desa Belega ini, Rabu 12 Pebruari 2024.
Kondisi naskah dari kedua pemilik sangat beragam, ada yang utuh, ada yang tidak utuh, ada juga yang tercecer. “Lontar pada masing-masing pemilik ini disimpan pada kotak kayu, tidak mendapatkan perawatan secara fisik, dan hanya diupacarai ketika hari Saraswati,” paparnya.
Penyuluh Bahasa Bali akhirnya berhasil mengkonservasi sebanyak 58 cakep lontar, dengan rincian milik I Nyoman Parta sebanyak 30 cakep dan milik I Wayan Mudana sebanyak 28 cakep lontar.
Koleksi lontar I Nyoman Parta ada sebanyak 13 cakepan dari jenis Kanda; 9 cakepan dari jenis Tutur/Tattwa; 3 cakepan dari jenis Usadha; 2 cakepan dari jenis Puja/Mantra; 2 cakepan dari jenis Wariga; dan 1 cakepan dari jenis Pakertan.
Sementara koleksi lontar I Wayan Mudana ada 11 cakepan dari jenis Kanda; 6 cakepan dari jenis Wariga; 6 cakepan dari jenis Usadha; 3 cakepan dari jenis Puja/Mantra; 1 cakepan dari jenis Tutur; dan 1 cakepan dari jenis Kidung.
Parta dan Mudana mengaku lontar yang diwarisi itu telah ada sejak masa kakek mereka. Sayangnya, tradisi membaca aksara Bali pada lontar sudah lama terputus. Rencananya, pemilik akan mencari kesempatan dan hari baik dengan mendatangkan pembaca lontar Bali untuk membaca lontar-lontar tersebut secara detail.
“Secara umum kondisi naskah kurang terawat, permukaan naskah kering, sehingga Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Kabupaten Gianyar perlu memfasilitasi masyarakat melakukan perawatan lontar dengan tujuan untuk memperpanjang usia naskah lontar,” paparnya. [B/*/darma]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali