Festival Konservasi Lontar di Puri Ageng Mengwi. Tim Penyuluh Bahasa Bali Identifikasi 16 Cakep Lontar

 Festival Konservasi Lontar di Puri Ageng Mengwi. Tim Penyuluh Bahasa Bali Identifikasi 16 Cakep Lontar

Tim Penyuluh Basaha Bali Kabupaten Badung identifikasi 16 cakep lontar Puri Ageng Mengwi/Foto: ist.

Pagi yang cerah itu seakan memantik langkah para Penyuluh Bahasa Bali dalam menjalankan misinya untuk melestarikan warisan budaya leluhur berupa lontar. Sebagai partner dari Dinas Kebudayan Provinsi Bali, mereka tak mengenal lelah merawat lontar yang ada di masyarakat.

Pada, Kamis 22 Pebruari 2024, Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Badung bergegas menuju Puri Ageng Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Mereka melakukan konservasi dan identifikasi lontar milik Anak Agung Gede Agung, Penglingsir Puri Ageng Mengwi.

Sebanyak 22 orang tim Penyuluh Bahasa Bali diturunkan untuk melakukan perawatan terhadap lontar-lontar kuno itu. Kondisi lontar milik mantan Bupati Badung yang juga Anggota DPD RI itu tergolong masih bagus. Namun, ada beberapa lontar yang lembaran lepas dan hilang.

“Lontar-lontar warisan penglingsir Puri Ageng Mengwi ini terawat dengan baik, sehingga kami hampir tanpa kendala melakukan identifikasi. Beberapa lembaran lontar ada yang hilang,” kata Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Badung, Wayan Budana.

Baca Juga:  Penyuluh Bahasa Bali Identifikasi Lontar Milik Ketut Jenin di Jembrana

Tim Penyuluh Bahasa Bali ini mulai melakukan konservasi dan identifikasi mengawali dengan ngaturang pejati, untuk memohon kelancaran dalam proses perawatan. Tim kemudian merawat sebanyak 16 cakep lontar yang dibersihkan dengan menggunakan minyak sereh dan bubuk kemiri.

Khusus untuk Lontar Geguritan Sucita Subudi keberadaannya kurang terawat, halamannya tidak lengkap dan dalam kondisi teracak. Penyuluh sudah melakukan intendifikasi, namun tetap saha ada beberapa halaman yang hilang.

Ada pun isi lontar warisan Puri Ageng Mengwi itu, seperti sesana : mantri sesana : tata cara pemerintahan, penguasa wilayah (raja) dan tanda mantri (pejabat kerajaan), tutur dasabayu (kanda/kadyatmikan), dan kakawin Ramayana.

Ada pula geguritan sucita subudi (tidak lengkap halaman acak), Babad Mengwi (3 cakep), Pamancangah (sejenis babad), dan sisanya pipil drue puri. “Ada Lontar Mantri Sasana menjelaskan tentang kepemimpinan. Ini yang menarik,” tutup Budana. [B/*/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post