Jro Mangku Made Sriyarta Biasa Membaca dan Merawat Lontar dengan Baik
Jro Mangku Made Sriyarta yang tinggal di Lingkungan Penaban, Kelurahan Karangasem memang rajin dan tekun merawat lontar yang merupakan warisan leluhurnya. Selain merawat, lontar-lontar itu juga sering dibacanya, sehingga kondisi lontar masih dalam keadaan baik.
Walau demikian, ada beberapa lontar milik Jro Mangku Made Sriyarta dalam keadaan rusak. Lontar adalah sebuah media dokumentasi ilmu pengetahuan tradisional Bali. Dahulu, lontar Bali kuno digunakan sebagai medium komunikasi untuk bersurat kepada kerabat atau bahkan menjadi buku catatan harian.
“Dari 13 cakep lontar yang dimiliki Jro Mangku Made Sriyarta, hanya 10 cakep lontar yang bisa kami identifikasi,” kata Kordinator Penyuluh Bahasa Bali, Kabupaten Karangasem, Ni luh Widiastiti disela-sela Festival Konservasi Lontar, Sabtu 24 Pebruari 2024.
Sisanya, yakni 3 cakep lontar itu dalam kondisi rusak, sehingga Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Karangsem hanya bisa merawat dan merapikan saja. Halamannya tidak beraturan, dan beberapa halaman ada yang rusak, bahkan hilang.
Setelah melakukan perawatan, Tim Penyuluh kemudian melakukan identifikasi, sehingga dapat dicatat Jro Mangku Made Sriyarta memiliki 4 embat-embatan, dan 9 cakepan. Jenis lontar itu, seperti kakawin, tatwa, kewisesan, bomantaka, wariga (pratiti samut Padha), dan kidung.
Umur lontar tersebut berpariasi. Ada yang usianya sudah puluhan tahun, ada juga yang baru, karena memang pemilik suka membaca lontar. Lontar yang lama, usianya puluhan tahun itu sebagian besar kondisinya sudah agak rusak dan tidak berisi colofum, sehingga tidak diketahui dengan jelas usianya.
Sementara untuk lontar yang baru itu, umurnya sekitar 2- 3 tahunan. Jro Mangku Made Sriyarta sangat rajin melakukan perawatan terhadap lontar-lontar itu, sebelum Tim Penyuluh Bahasa Bali datang. Lontar itu hanya dibersihkan dengan kuas dan di angin-anginkan saja.
“Pemilik lontar, yakni Jro Mangku Made Sriyarta kebetulan adalah orang yang senang nembang (manyanyi lagu suci) dan makekawin, sehingga beliau sering membaca lontar. Ini biasa dilalukan bersama tetangganya yang juga suka matembang, dan salah satu kerabat jauh yang kebetulan seorang penulis lontar,” ungkap Widiastiti.
Seusai melaukan konservasi dan identifikasi, Jro Mangku Made Sriyarta berpesan untuk terus melanjutkan dan meningkatkan program perawatan lontar ini, karena sangat membantu pemilik lontar yang masih banyak tidak tahu bagaimana cara merawat lontar dengan baik.
“Apalagi saat ini, generasi muda kurang perhatiannya terhadap keberadaan lontar. Jangankan merawat lontarnya mengetahui isi lontar yang dimilikinya saja mereka tidak tahu,” kata Widiastiti menirukan pesan Jro Mangku Made Sriyarta. [B/*/darma]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali