Konservasi dan Identifikasi Lontar di Puri Anyar Tabanan. Disbud Bali Merawat 127 Cakep Lontar
Festival Konservasi Lontar serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali sudah ditutup pada Sabtu, 2 Maret 2024. Walau demikian, konservasi dan identifikasi lontar tetap berlangsung. Karena itu, Penyuluh Bahasa Bali yang merupakan partner dari Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali masih melaksanakan konservasi lontar.
Lihat saja, Tim Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali di Kabupaten Tabanan yang melaksanakan konservasi lontar di di Puri Anyar Tabanan. Sebanyak 50 tim itu dengan penuh semangat membersihkan lontar milik Penglingsir Puri Anyar, Gusti Ngurah Agung Sukadana, S.P itu.
“Konservasi lontar kali ini tidak ada kaitannya dengan Festival Konservasi Lontar Bulan Bahasa Bali. Itu berdasarkan permintaan penglingsir dan keluarga Puri Anyar Tabanan,” kata salah satu Staff Disbud Bali, Agung Wiriawan disela-sela kegiatan konservasi lontar di Puri Anyar, Rabu 13 Maret 2024.
Pembukaan kegiatan konservasi lontar itu diawali dari pihak keluarga Puri Anyar Tabanan yang mengucapkan terima kasih kepada Disbud Bali dan Penyuluh Bahasa Bali. Selainjutnya sambutan dari Disbud Bali sekaligus menyerahkan bantuan berupa minyak sereh dan alat alat konservasi kepada pihak puri.
Bantuan dari Pemprov Bali itu untuk lebih meringankan pemilik lontar dalam memelihara dan melestarkan lontar miliknya. Selain itu juga memberikan tehnik dan cara untuk menjaga lontar-lontar agar tetap asri. Hal itu dilakukan agar keberadaan lontar di masyarakat tetap lestari.
Konservasi dan identifikasi lontar itu dilakukan sesuai dengan permintaan masyarakat yang ingin warisan leluhurnya tetap asri dan lestari. Termasuk permintaan konservasi lontar yang dilakukan oleh penglingsir Puri Anyar Tabanan.
Permintaan itu disampaikan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali melalui Disbud, agar lontar milik puri dapat dirawat dan diketahui apa judul dan isinya. Konservasi lontar ini merupakan lontar warisan leluhur di Puri Anyar Tabanan yang masih ada sampai saat ini.
“Pada hari ini, tanggal 13 Maret 2024, hanya melakukan kegiatan pembersihan lontar dari debu-debu. Juga dioleskan minyak sereh untuk menjaga lontar tersebut agar tulisannya lebih terang, bisa dibaca, dan tetap awet,” ucap Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali di Kabupaten Tabanan, I Nyoman Budi Partawan.
Lontar yang dibersihkan milik Puri Anyar Tabanan ini berjumlah 127 cakep. Sedangkan target pembersihan bisa diselesaikan dalam satu hari. Setelah pembersihan terhadap lontar-lontar tersebut, maka akan dilanjutkan dengan melaksanakan identifikasi pada Jumat tanggal 15 Maret 2024 mendatang.
Budi Partawan menegaskan, jenis lontar keseluruhan belum dapat dipastikan, karena belum melakukan identifikasi. Namun, saat melakukan pembersihkan itu, diketahui ada beberapa jenis lontar, seperti Lontar Usada, Babad, Tutur, dan Wariga.
Untuk kegiatan identifikasi akan dilakukan pada 15 Maret 2024. Semua tim penyuluh yang berjumlah 50 orang itu akan tetap dilibatkan, sehingga kegiatan identifikasi cepat selesai. Pada saat itu, akan diketahui jenis lontar yang ada di puri tersebut.
Penglingsir Puri Anyar, Agung Sukadana mengatakan, lontar ini sama sekali belum pernah dibuka sebelumnya. “Kami selaku keluarga puri tidak berani membaca lontar yang ada. Jika isi lontar tersebut nantinya bisa berdampak negative,” imbuhnya.
Namun, setelah diadakan koordinasi bersama Baga lontar Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Tabanan, pihak puri baru mengerti akan petingnya perawatan terhadap lontar. Apalagi setelah mendapat pengertian dari staf Disbud Provinsi Bali, pihak puri semakin yakin menjaga lontar yang diwarisi leluhurnya.
“Apalagi, Pegawai di Disbud Provinsi Bali itu juga bagian dari keluarga puri, dan keluarga besar puri Anyar, sehingga kami akhirnya mengerti bahwa warisan leluhur ini perlu dilakukan perawatan,” ucapnya dengan wajah berseri-seri.
Lontar-lontar ini sebelumnya tidak pernah dilakukan perawatan. Hanya saja pada hari-hari tertentu menghaturkan banten. “Saya berharap kegiatan perawatan lontar masyarakat ini, sebaiknya terus dilanjutkan dan tetap dilaksanakan,” harap Agung Sukadana.
Agung Sukadana lalu berharap kepada masyarakat di tempat lain yang memiliki peninggalan berupa pustaka lontar, agar dapat memahami bahwa lontar harus dirawat agar tidak rusak dan punah. “Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Penyuluh Bahasa Bali. Karena merekalah ujung tombak didalam upaya pelestarian warisan budaya berupa lontar ini,” tutupnya. [B/*/puspa]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali