Sanggar Paripurna Bona Suguhkan ‘Ki Barualis’ Ungkap Sejarah Desa Beng Gianyar

 Sanggar Paripurna Bona Suguhkan ‘Ki Barualis’ Ungkap Sejarah Desa Beng Gianyar

Sendratari kolosal Ki Barualis pentas serangkaian HUT ke-253 Kota Gianyar/Foto: ist

Sendratari kolosal bertajuk “Ki Barualis“ digarap dengan sangat apik. Boleh dibilang, seni drama dan tari ini merupakan perpaduan dengan teknik modern. Artinya kolaborasi antara seni tradisi dengan kamajuan jaman, sehingga tak hanya indah tetapi sangat kreatif.

Jika penataan lampu dan sound sudah biasa, tetapi kini dipadu dengan smok sulat asap yang mampu mendukung suasana. Kostum para penari juga disuguhkan sangat atrakstif. Ada yang menggunakan bahan-bahan alami dibuat seperti modern.

Bahkan ada tokoh, bukannya menggunakan kostum yang meriah, tetapi justru dilukis sederhana dan menarik. Belum lagi penggarapan adegan yang sangat menarik, serta iringan yang mendukung.

Artinya, antara tari dan iringan serta gerong (sinden) dan dalang menyatu dalam sebuah sajian seni yang apik. Gabungan dari semua elemen seni itu menjadi kan garapan ini semakin memikat penonton.

Baca Juga:  Menebar, Menggali, dan Berkreasi dengan Bli Ciaaattt

Maka itu, pecinta seni terutama seni pertunjukan terlihat memadati open stage Balai Budaya Gianyar, tempat pementasan “Ki Barualis”, pada Rabu 17 April malam. Masyarakat hadir untuk menyaksikan pementasan Sendratari Kolosal persembahan dari Sanggar Paripurna Bona.

Malam itu, pementasan sendratari itu untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-253 Kota Gianyar. Sajian seni ini didukung oleh seniman-seniman yang memiliki jam terbang, sehingga tampil menghibur.

Sendratari kolosal Ki Barualis pentas serangkaian HUT ke-253 Kota Gianyar/Foto: ist

Namun, terpenting dari sajian seni itu adalah nilai-nilai positif yang tersirat dalam tari dan cerita melalui ungkapan dalang. Sendratari “Ki Barualis” menceritakan perebutan senjata tombak sakti yang diperoleh Dewa Manggis Kuning dari seorang wanita tua yang berubah menjadi bidadari.

Dikisahkan, Dewa Manggis Kuning yang tinggal di Alas Bengkel bersama parajuritnya diusik oleh kedatangan pasukan Guwak yang dipimpin oleh Raja Buleleng, I Gusti Anglurah Panji Sakti. Laskar Gusti Panji Sakti datang menunggangi gajah ke Alas Bengkel.

Kedatangannya itu, ingin menaklukan Dewa Manggis Kuning guna mendapatkan senjata sakti milliknya. Mulai dari Buruan, Bangunliman, penepi Desa Ambengan penyerangan dilakukan dengan membakar Alas Bengkel beserta isinya.

Baca Juga:  Patung JAS, Nasibmu Kini

Dewa Manggis Kuning yang mendengar hal itu menjadi murka, beliau langsung memimpin laskar Watek Sikep Penamun yang bersenjatakan bambu runcing, dan barisan pering gading untuk mencegah terjadinya banyaknya korban.

Berkat Laskar Watek Sikep Penamun dan kecekatan Dewa Manggis Kuning yang mengeluarkan ajian Panglimunan. Ajian ini memunculkan para roh gaib yang membuat pasukan Gusti Panji Sakti merasa kewalahan.

Laskar Gusti Panji Sakti lari tunggang langgang meninggalkan Alas Bengkel yang sekarang diberi nama Desa Beng. Sawah tempat gajah makan kacang-kacangan sebelum terjadi perang, sekarang dinamai Subak Kacang Bedol.

Sendratari kolosal Ki Barualis pentas serangkaian HUT ke-253 Kota Gianyar/Foto: ist

Tumbak sakti yang berhasil melukai alis Gajah diberi nama “Ki Barualis“. Semenjak itu di Tukad Panti Desa Beng dibangun pariyangan tempat melukat, memuja Dewa Manggis Kuning. Setelah mendapat kesucian dan kesejahteraan, maka Desa Beng menjadi tenteram, makmur berkat karisma Dewa Manggis Kuning.

Baca Juga:  Keberhasilan Kerja Kurator Kunci Pelaksanaan Hajatan Seni-Budaya 

Artistik Direktor yang juga Ketua Sanggar Paripurna Bona, I Made Sidia memang lihai dalam menggarap seni kolosal. “Ki Barualis merupakan senjata sakti yang dimiliki oleh Ida Dewa Manggis Kuning yang merupakan penglingsir pendiri Kerajaan Gianyar,” paparnya.

Garapan tersebut sengaja diangkat untuk mengingatkan sejarah kepada masyarakat Gianyar khususnya pada generasi muda. Selain itu, beberapa tahun kebelakang ini masyarakat sudah mendapat banyak cobaan mulai wabah virus corona dan lainnya, sehingga garapan ini sebagai psebuah perenungan untuk kebeikan ke depan.

Sanggar Paripurna ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar agar membangkitkan semangat generasi muda, masyarakat yang pernah tertimpa bencana corona virus. “Cerita ini kami angkat agar masyarakat Gianyar tahu sejarah, tepatnya sejarah Desa Beng yang dulu bernama Bengkel,” ucapnya.

Dosen Pedalangan ISI Denpasar itu menambahkan, pada itu, Gusti Panji Sakti Raja Buleleng ingin menguasai Bali dan terjadilah suatu konflik. “Sekarang kita bisa mewarisi tempat-tempat yang bersejarah, ada Bangunliman hingga Alas Bengkel yang sekarang menjadi Desa Beng,” tutupnya. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post