AHLI Merayakan World Tourism Day Ke-44 dan HUT Ke-3 dengan Meluncurkan E-Book ‘Memberi Arti Garap Potensi’

 AHLI Merayakan World Tourism Day Ke-44 dan HUT Ke-3 dengan Meluncurkan E-Book ‘Memberi Arti Garap Potensi’

Ketua Umum DPP AHLI, I Ketut Swabawa meluncurkan E-Book yang ditandai dengan penandatanganani kotak E-Bok/Foto: doc.balihbalihan

Acara ini tampak kecil dan sederhana, namun menawarkan berbagai kegiatan penting dalam sejarah perkembangan pariwisata di Bali, bahkan Indonesia. Association of Hospitality Leaders Indonesia (AHLI) merayakan World Tourism Day ke-44 dan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-3 dengan berbagai kegiatan penting.

Perayaan tersebut dirangkaikan dengan pengukuhan pengurus DPD AHLI Bali, workshop serta peluncuran E-Book, buku berbentuk elektronik yang ditulis oleh pendiri AHLI. Puncak dari perayaan tersebut diisi dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Ketua Umum DPP AHLI, I Ketut Swabawa di Famous Hotel Kuta, Jumat 27 September 2024.

“Perayaan ini bukan sebatas perayaan, namun lebih bermakna, sehingga diisi dengan peluncuran E-Book berjudul “Memberi Arti Garap Potensi” dengan 228 halaman dalam 3 Bab. Paling penting yang ingin kami sampaikan melalui kegiatan ini, yakni menunjukan konsistensi terhadap komitmen,” ucap Swabawa.

Artinya, perayaan ini tak hanya sebuah selebrasi atau ajang untuk berkumpul membuat acara, seperti pesta dan sebagainya, tetapi ini sudah menjadi sebuah penanda. “Kita mensyukuri industri pariwisata ini telah mempu memberikan peningkatan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, memberikan kesempatan baru bagi masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Baca Juga:  Festival Komponis Perempuan Wrdhi Cwaram: Merayakan Bentuk-bentuk Musikal yang Lahir dari Ekspresi Kekinian

E-book ini ditulis oleh para pendiri AHLI sebanyak 14 orang yang masih eksis, dan hanya 7 yang merespon kemudian masing-masing membuat tulisan terkait dengan pariwisata Indonesia. Tulisan dalam bentuk e-book ini dipilih karena mendukung program pemerintah yang masih menerapkan Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainablility (CHSE).

Sebagai pimpinan pariwisata ini, AHLI tetap menggaungkan dampak yang berkelanjutan. “Maka itu, kami meluncurkan buku elektronik bukan berbentuk kotak, karena kami tak pelit ilmu. E-book ini bisa diakses dari mana saja, oleh siapa saja selama ada kouta internet,” ucapnya.

E-book ini didedikasikan untuk industry pariwisata sebagai sumbangsih buah pekiran para pendiri AHLI kepada pariwisata Indonesia, bahkan dunia. “Pada aspek optimisme pariwisata, AHLI mengajak semua insan parwisata menjunjung tinggi komitmen supaya ingat pada potensi yang harus dirawat, di jaga dan dilestarikam,” imbuhnya.

Pada Bab I mengangkat judul “Optimisme Pariwisata Indonesia” yang terdiri dari tiga tulisan, yaitu Peran Asosiasi Dalam Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia (Ketut Swabawa), Peluang dan Tantangan Pariwisata Indonesia (Ferdy Arminius) dan Pariwisata Sebagai Multi-Trans Sektor Industri (Nyoman Astama).

Baca Juga:  Wariga Relevan Sepanjang Zaman, Melakukan Kegiatan Tak Tepat Waktunya Menjadi Santapan Bhatara Kala

Swabawa menerangkan, optimisme dari segi peluang dan juga prospek yang sangat postif. Tetapi, harus berhati-hati dan harus memikirkan keberlanjutan dari potensi itu. Jangan dieksploitasi semuanya, bahkan habis-habisan, dan tak ada control. Ini yang mesti mesti selalu diingatkan, saehingga pariwisata itu berkelanjutan.

Termasuk bagaimana menyiapakan pariwisata agar semakin lama, tidak semakin mudah diduplikasi, sehingga diutamakan inovasi untuk menguatkan keuntungan dan keunikan berkompetisi. “Hal itu penting, supaya tidak muda di-copy paste oleh destinasi lainnya. Bali memiliki kearipan lokal yang sangat unik karena taksunya,” imbuhnya.

Termasuk pariwisata Indonesia yang memiliki keunikan ragam budaya, alam membentang dari Sabang sampai Meraoke yang sangat luar biasa. Hal ini, menjadi potensi yang mampu menambah length of stay wisatawan tinggal di Indonesia.

Bab II dengan judul “Pengembangan Strategi Pariwisata” terdiri dari 7 judul tulisan, yaitu Pembangunan SDM Pariwisata Melalui Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Link and Match (Rohyan Sosiadi), Semangat Kolaborasi Antar Stakeholders Membangun Kepariwisataan Indonesia (Budi Rahman).

Baca Juga:  Drama Gong Modern ‘Sri Tanjung’ Beber Kisah Legenda Daerah Banyuwangi di Bali Utara

Bisnis Biro Perjalanan Wisata di Tengah Digitalisasi Industri (Edwin), Revolusi Sektor Perhotelan dalam Persaingan Global (Wishnu Handoko dan Christian Gumala), Konsep Pariwisata Multi Dimensi (Guido Andriano)

Strategi Pemasaran dan Revenue Management di Industri Perhotelan (Lalu Aswadi Jaya) dan Praktisi Mangajar: Akselerasi Peningkatan SDM Pariwisata Indonesia (Ketut Swabawa).

Swabawa menerangkan, pada Bab II ini ada tulisan pengembangan dan strategi kepariwisataan yang lebih focus menciptakan pariwisata yang eksis di tengah kemajuan teknologi, namun tidak merubah sendi-sendi dasar dari kepariwisataan, yaitu kultur, sosial budaya masyarakat, warisan budaya luhur berupa sejarah, flora, fauna dan sebagaianya.

Termasuk keramah-tamahan manusiannya. Intinya, apa yang menjadi program Sapta Pesona dalam gerakan sadar wisata menjadi sendi-sendi pengelolaan pariwisata Indonesia. “Lalu yang terakhir memberikan sumbangan, yaitu memberi arti garap potensi yang menggabungkan kata tiga, yang memberi arti dan garap potensi jadi tiga tahun,” paparnya.

Baca Juga:  PKB XLVI Ditarget Pengunjung 1.8 Juta, Sekaa Kesenian Wajib Tandatangai Pakta Integritas Sampah

Pengabungan itu, karena AHLI tidak hanya satu sector saja, melainkan terdiri dari berbagai sector, seperti perhotelan, rumah makan, travel agen, kampus pariwisata, spa welnes, rekerasi dan sebagainya.

Lalu, Bab III berjudul “Mewujudkan Pariwisaya Berkualitas, Berkelanjutan dan Bermatabat” terdiri dari 3 judul tulisan, yaitu Pentingnya Penguatan Penerapan Global Cade of Ethics For Tourism dalam Pariwiswata Indonesia, Gerakan Sadar Wisata dan Sapta pesona di Era Society 5.0, serta tulisan Konsep Pariwisata Berkelanjutan dan Revitalisasi Pembangunan Kepariwisataan Berbasis Masyarakat yang semua itu ditulis oleh Ketut Swabawa.

Menurut Swabawa, pada Bab ketiga itu membahas tentang pariwisata berkualitas, berkelanjutan dan bermatabat. Termasuk pemikirannya tentang GITC jadi tentang global ethic tourism cod. “Dalam tulisan itu mengajak semua untuk bagaimana cara memahami pariwisata dunia khususnya oleh insan pariwisata di Indonesia,” terangnya.

Swabawa mengingtatkan, jangan baru ada tamu sudah merasa senang, mobil macet dan banyak tamu sudah merasa senang, tetapi ingat ada kode etik dunia yang memang harus dipertahatikan. Termasuk pula mensosialisasikan global ethic tourism cod, sehingga kedepannya pariwisata ini bisa bertumbuh secara sehat dan berkelanjutran.

Baca Juga:  Wisatawan Belajar Mendalang, Wayang Sebagai Pedoman Hidup dan Kaya Falsafah

Lebih lanjut dijelaskan Swabawa, momentum perayaan World Tourism Day ini diambil hikmahnya untuk menciptakan sebuah suatu legacy. Apa yang bisa dikontribusikan, dipersembahkan kepada industry yang bisa ditinggalkan untuk pariwisata masa depan, termasuk generasi. [B/puspa]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post