Di Akhir September, Band Indie Taiwan Mengguncang AXEAN Festival 2024 di Bali

 Di Akhir September, Band Indie Taiwan Mengguncang AXEAN Festival 2024 di Bali

The Dinosaur’s Skin/Photos: TAICCA

Orang-orang yang hadir tampak senang dan riang. Maklum, mereka datang dalam acara yang memang menjadi hobynya. Saat itu, Bali kembali menjadi pusat perhatian para pencinta musik indie Asia saat AXEAN Festival 2024 digelar di Jimbaran Hub.

Acara ini berhasil membawa nuansa segar dengan menghadirkan tiga band indie asal Taiwan, yakni The Dinosaur’s Skin, I’m Difficult, dan The Chairs. Ketiganya berhasil mencuri perhatian publik Indonesia dengan gaya musik unik yang masing-masing mereka bawakan, membuat festival ini menjadi panggung yang berkesan untuk mereka dan para penonton.

Pertunjukan dari The Dinosaur’s Skin menjadi salah satu momen yang tidak terlupakan. Dengan konsep yang mereka sebut sebagai Jurassic Pop, band ini terdiri dari dua anggota dengan nama panggung Trex dan Triceratops.

Mereka membawa penonton ke dunia prasejarah melalui musik yang bercerita tentang kehidupan dinosaurus yang telah punah, namun bangkit kembali untuk berkomunikasi dengan umat manusia.

Baca Juga:  Denpasar - Abu Dhabi Terkoneksi, Etihad Airways Terbang Langsung ke Bali

“Kami adalah bagian dari spesies yang sudah punah, dan kami menggunakan musik untuk berbicara dengan manusia modern,” ujar mereka saat diwawancarai sebelum penampilan mereka.

Lagu-lagu yang mereka bawakan mengambil sudut pandang dinosaurus, dengan tema besar tentang berkomunikasi dan menjalin hubungan kembali dengan dunia yang ditinggalkan. Di Taiwan, band ini telah memiliki penggemar setia yang secara khusus meminta mereka untuk tampil di Indonesia, sebuah keinginan yang akhirnya terwujud di festival ini.

Sambutan hangat dari penonton Indonesia membuat The Dinosaur’s Skin merasa diterima dengan baik, tidak kalah dari antusiasme yang mereka dapatkan di Taiwan. Trex dan Triceratops juga mengumumkan bahwa mereka akan merilis album terbaru berjudul I Dig You pada 23 Oktober mendatang, sebuah album yang mereka katakan sebagai karya terpenting setelah sebelumnya hanya merilis single dan EP.

Album ini sendiri memiliki makna ganda, di mana “dig” dalam bahasa slang Inggris berarti “menyukaimu,” namun secara harfiah juga berarti “menggali.” Sebuah permainan kata yang cocok dengan konsep dinosaurus yang mereka usung.

Baca Juga:  SMK Festival Diwarnai Pentas Seni, Kampanye Hidup Sehat dan Penggunaan Bahan Ramah Lingkungan

Sementara itu, I’m Difficult yang tampil untuk pertama kalinya di Indonesia juga membawa cerita mereka sendiri. Band ini terdiri dari Hsuan (synth bass, vokal), Ernest (keyboard, vokal utama), Eason (gitar, vokal), dan Jason (drum).

Mereka mengungkapkan betapa mereka merasa tersentuh dengan sambutan luar biasa dari penonton Indonesia. “Ini pertama kalinya kami ke Indonesia, dan penonton di sini begitu ekspresif, berbeda dengan di Taiwan atau Jepang di mana audiens seringkali lebih malu-malu,” ujar Ernest, sang vokalis utama.

Penampilan mereka di atas panggung dipenuhi energi, sejalan dengan vibes yang mereka dapatkan dari penonton. “Mereka benar-benar mengekspresikan apresiasi mereka terhadap musik kami, dan itu memberikan kami dorongan besar untuk tampil sebaik mungkin,” tambahnya.

I’m Difficult juga mengaku bahwa mereka ingin kembali ke Indonesia setelah pengalaman yang sangat berkesan ini, terutama karena Indonesia menjadi salah satu tempat di mana musik mereka diterima dengan sangat baik.

Baca Juga:  Bulan Bahasa Bali 2022 Maskot “Angsa Putih”, Tema “Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening”

Band ini juga tidak lupa menceritakan tantangan yang mereka hadapi dalam perjalanan karir mereka. Meski sudah meraih berbagai penghargaan musik di Taiwan dalam beberapa kategori, mereka tetap merasa harus terus mengeksplorasi diri.

“Kami ingin mengeksplorasi lebih dalam, karena di dalam setiap orang pasti ada kesulitan yang harus diterima, dan itu adalah bagian yang harus kita keluarkan dalam karya musik,” kata mereka. Pesan inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa musik mereka begitu diapresiasi di panggung internasional.

The Chairs/Photos: TAICCA

Band ketiga, The Chairs, membawa aliran musik rock folk yang terinspirasi dari The Beatles. Trio ini terdiri dari Zhong (vokal, gitar), Jing (vokal, gitar), dan Benson (bass), dan mereka telah merilis lima album yang mendapat perhatian di berbagai belahan dunia.

Namun, meskipun banyak terinspirasi oleh The Beatles, mereka mengaku sedang mencari suara orisinal mereka sendiri untuk menghindari repetisi gaya yang terlalu mirip dengan band legendaris asal Liverpool tersebut. “Kami senang sekali bisa tampil di Bali. Ini pertama kalinya kami ke sini, dan sambutannya sungguh luar biasa,” ujar Jing dengan penuh antusias.

Baca Juga:  Denfest ke-14 Digelar 10 - 23 Desember Menyebar di Empat Kecamatan

Dia menambahkan bahwa mereka terkesan dengan bagaimana penonton di Indonesia ikut menyanyikan lagu-lagu mereka. “Ini pengalaman yang luar biasa. Kami merasa sangat terinspirasi oleh suasana di Bali, dan saya sudah memikirkan untuk menulis lagu baru tentang tempat ini agar memori ini selalu dikenang.”

Inspirasi dalam menulis lagu bagi The Chairs datang dari berbagai sumber, termasuk film, buku, slogan menarik yang mereka lihat, hingga pengalaman pribadi. Setiap lirik yang mereka tulis mencerminkan pandangan hidup, cinta, dan berbagai emosi yang mereka alami.

Penampilan mereka di AXEAN Festival ini juga dianggap sebagai kesempatan besar bagi mereka untuk menampilkan karakter musik mereka yang semakin matang. AXEAN Festival sendiri merupakan platform yang sangat penting bagi para musisi indie Asia untuk memperluas audiens mereka.

Acara yang awalnya diselenggarakan secara virtual selama masa pandemi pada 2020 kini menjadi acara langsung yang mempertemukan talenta-talenta musik dari seluruh Asia, termasuk Taiwan, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Kehadiran The Dinosaur’s Skin, I’m Difficult, dan The Chairs di panggung festival ini menunjukkan bahwa musik Taiwan semakin diakui di kancah internasional.

Baca Juga:  Peluncuran Buku “Dari High Heels Ke Sendal Jepit”

Dengan dukungan dari Taiwan Creative Content Agency (TAICCA), ketiga band ini berhasil memperkenalkan musik mereka ke audiens baru, termasuk Indonesia yang ternyata memberikan sambutan hangat dan antusiasme yang tinggi. Festival ini tidak hanya mempertemukan musisi dari berbagai negara, tetapi juga membuka peluang kolaborasi internasional di masa depan, dengan penonton Indonesia sebagai salah satu yang paling bersemangat.

AXEAN Festival 2024 telah membuktikan bahwa pertemuan antara musik indie Asia dan audiens internasional membawa energi baru yang segar. Festival ini, melalui penampilan memukau dari ketiga band asal Taiwan tersebut, memberikan gambaran betapa musik tidak mengenal batas budaya, dan setiap nada dapat menyatukan penonton dari berbagai latar belakang dengan cara yang luar biasa. [B/pran]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post