Menbud Fadli Zon Apresiasi Balinale, Merayakan Keunggulan Sinematik Diikuti 72 Film dari 32 Negara

 Menbud Fadli Zon Apresiasi Balinale, Merayakan Keunggulan Sinematik Diikuti 72 Film dari 32 Negara

Menteri Fadli Zon hadir di penutupan Balinale ke-18 di The Meru Sanur/Foto: ana

MENTERI Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon memberi apresiasi dan mengucapkan terima kasih dengan berjalannya Bali International Film Festival (Balinale) yang sudah 18 tahun memberiksn kontribusi terhadap kebudayaan melalui film. Karena film itu juga produk budaya.

“Ini platform penting dalam memajukan kebudayaan, didalamnya ada unsur acting, satra, musik, suara, tari dan lainnya. Film ini menjadi satu pilihan penting untuk pemajuan kebudayaan,” kata Menteri Fadli Zon pada penutupan Balinale di The Meru Sanur, Sabtu 7 Juni 2025.

Hadir pula sebagai pembicara Andibachtiar Yusuf – Indonesian director, writer, and film producer, Deborah Gabinetti – Founder and Director of Balinale, dan Richard Rowland – Writer and Journalist Specializing in Film & Cultural.

Kalau dibidang kebudayaan, sektor perfilman Indonesia paling maju dibandingkan lainnya. Penonton film Indonesia di bioskop mencapai 81 juta pada tahun 2024, bahkan jumlah film yang diproduksi sineas tanah air sebanyak 204 film.

Baca Juga:  Reuni Agung ISTAKARI Diawali dengan “Majaya-jaya”

Menariknya, banyak unsur yang diangkat dari sebuah karya sinematografi dan film menjadi pilihan penting dalam kemajuan peradaban kebudayaan. Itu karena rkosistem film termasuk paling maju dalam sektor budaya.

Indonesia yang memiliki kekayaan budaya, sehingga memilki banyak peluang menceritakan budaya Indonesia melalui film. Karena itu, dampak yang dihasilkan dari industri film sangat luas. Kekayaan Indonesia yang menyimpan banyak cerita yang tidak habis untuk digali.

Menurut Menteri Fadli Zon, Indonesia sebagai mega diversity yang layak jadi ibukota kebudayaan dunia. “Saya mengapresiasi Balinale dan mendorong munculnya festival film di daerah karena ini penting untuk membangun jaringan terutama di pendanaan,” tegasnya.

Penutupan festival dipimpin oleh Menteri Kebudayaan EI, Fadli Zon di The Meru Sanur/Foto:ist

Penutupan festival hari ini digelar dalam sebuah acara bioskop terbuka tradisional (Layar Tancap) yang menayangkan pilihan film-film Bali dan Indonesia. Acara komunitas ini dihadiri oleh sutradara terkemuka, tokoh terkenal, pemimpin komunitas, dan pemangku kepentingan.

Baca Juga:  Kelas Praksis Mulawali: Sastra dan Performativitas bersama Ugoran Prasad

Malam penutupan menampilkan dua film IMAX yang diproduksi di Indonesia: UNDER THE SEA karya Howard Hall (AS, Kanada) dan BORN TO BE WILD karya David Lickley (AS). Kali ini, Balinale dengan bangga mempersembahkan pemutaran film IMAX 3D pertama di Bali.

Malam sebelumnya, juri Festival Film Internasional Bali mengumumkan pemenang film tahun ini dalam lima kategori, menghargai tim kreatif dan teknis yang luar biasa atas narasi yang memikat dan kualitas pembuatan film mereka.

 

Short Documentary

Winner: AMAL / Hope – Eros Zhao

Pernyataan Juri dalam film ini, sebuah film pendek yang indah dan kisah yang menyentuh hati tentang betapa “sama”-nya kita, terlepas dari perbedaan yang terkadang sangat mencolok. Di dunia yang begitu terpecah belah, film ini menunjukkan bahwa manusia dapat melampaui apa yang memecah belah kita.

Bidikan yang bagus. Teksturnya bagus dan merefleksikan subjeknya dengan sangat baik. Dan adegan musiknya, mereka mengatakan banyak hal, tentang bagaimana kedua musisi ini berhasil menyatu menjadi satu suara. AMAL / Hope adalah nama yang sempurna dan film yang hebat.

Baca Juga:  Peringati HUT Ke-17 GEOKS, Prof. Dibia Luncurkan Lima Buku Puitika Tari Kumpulan Puisi Tentang Jagat Tari

Film Narasi Pendek

Pemenang: The Boy with White Skin – Simon Panay (France)

Juri menyatakan, The Boy With the White Skin” adalah film yang luar biasa dengan realisme tanpa kompromi yang memberikan realisme magis yang halus yang sangat mengganggu dan mengharukan. Sinematografi dan suasananya, dipadukan dengan cerita yang kuat membuat film pendek ini menjadi sebuah karya seni yang layak mendapatkan hadiah utama.

Disebutkan secara khusus:  A Lifelike Fairytale – Rinaldas Tomaševičius (Lithuania), “A Lifelike Fairytale adalah film yang menakjubkan yang menampilkan pertunjukan yang penuh dengan kegembiraan dan energy,” ucapnya.

Pengamatannya yang halus terhadap karakter menolak untuk berpaling dari kebenaran yang pahit sekaligus mengungkapkan keindahan yang sesungguhnya. Disutradarai dan ditulis dengan sangat baik, A Lifelike Fairytale adalah film yang meledak dari layar dan melekat dalam ingatan.

Film Animasi Pendek

Pemenang: Retirement Plan – John Kelly (Ireland)

Pernyataan Juri, Retirement Plan adalah animasi yang indah dan lembut yang mengkomunikasikan emosi yang mendalam tanpa bergantung pada dialog. Pesonanya berasal dari rasa kesederhanaan dan ketulusan yang mendalam, menenun narasi yang menyentuh hati tentang perjalanan penuaan dan pentingnya refleksi diri.

Baca Juga:  Nusantara International Folklore Festival 2025 Digelar di Ubud

“Dengan eksekusi teknis yang kuat dan resonansi emosional yang tulus, film ini meninggalkan kesan mendalam bagi para penonton, yang dapat dirasakan oleh banyak orang,” komentarnya.

Disebutkan secara khusus: Crow, Starfish, Unicorn –  by Xiaoxuan Han, “Crow, Starfish and Unicorn adalah animasi yang menyenangkan yang menggunakan media sepenuhnya untuk menceritakan kisah yang menyentuh hati dengan cara yang lembut dan puitis.

Desain yang rumit dan garis-garisnya sangat luar biasa, dan terasa segar sekaligus abadi. Xiaoxuan Han adalah talenta langka yang pasti akan menerangi dunia animasi selama beberapa dekade ke depan.”

Sebagai Academy Award® Qualifying Festival yang pertama dan satu-satunya di Indonesia untuk Film Pendek Terbaik di ketiga kategori, para pemenang Kompetisi Film Pendek Balinale sekarang dapat memenuhi syarat untuk dipertimbangkan dalam kompetisi Oscar® untuk Film Pendek Terbaik.

Baca Juga:  The Pianist di Antida Soundgarden, Pertemukan Musisi Papan Atas dengan Talenta Muda Bali

 

Film Dokumenter Panjang

Pemenang: Champions of the Golden Valley – Ben Sturgulewski (USA)

Pernyataan Juri, “Champions of the Golden Valley adalah film yang secara visual memukau yang memberikan telaah mendalam tentang kehidupan di negara yang dilanda perselisihan. Dengan berfokus pada persaingan antara pemain ski di pegunungan terpencil Afghanistan, Sturgulewski menyoroti kesulitan wanita untuk diakui, namun tetap semangat dan meneguhkan kehidupan.”

 

Film Narasi Panjang

Pemenang: Seeking Haven for Mr Rambo – Khaled Mansour

Pernyataan Juri, Seeking Haven for Mr Rambo adalah eksplorasi yang menyentuh hati tentang Kairo, penyesalan, dan pencabutan hak, yang semuanya dibungkus dalam kisah sederhana tentang seorang pria dan persaudaraannya dengan anjing kesayangannya.

Ditambah dengan penampilan memukau dari Essam Omar sebagai Hassan, film ini membawa penonton dalam perjalanan yang lebih dalam ke dalam kehidupan bawah tanah Kairo dan masa lalu Hassan yang kompleks.

Penulisan dan penyutradaraan Mansour sangat sensitif namun tajam, membangkitkan emosi yang luar biasa tanpa harus menarik perhatian. Seeking Haven for Mr Rambo adalah sebuah karya dengan kedewasaan yang luar biasa dan yang ketenarannya pasti akan menyebar seiring berjalannya waktu.

Baca Juga:  Penuh Ekspresi, Lomba Bapang Barong dan Makendang Tunggal Yowana Desa Adat Peguyangan

 

Gary L Hayes Award for Emerging Indonesian Filmmaker

 Suintrah – Ayesha Alma Almera (Indonesia)

 

Pernyataan Juri, Suintrah adalah film mencekam yang menarik Anda ke dalam latarnya yang berliku-liku dan menolak untuk melepaskan Anda. Naskah Almera dan Suhendra menciptakan rasa ancaman yang nyata melalui penokohan yang bagus dan – yang terpenting – keheningan.

Penampilan para pemain dalam film ini, terutama dari Landung Simatupan dan Nizar Azza Faezya Tama sangat baik. Suintrah bermain seperti film thriller namun membawa pesan yang kuat dan penting tentang masyarakat modern.

Committee Choice Award Ravens – Mark Gill

Pernyataan Juri, Ravens adalah film yang sangat indah yang mengeksplorasi tema-tema yang sangat kompleks namun tetap menghibur. Asano Tadanobu bersinar sebagai Masahisa Fukase, yang terkadang pedih, lucu, dan bahkan berbahaya.

Dia dipasangkan dengan cemerlang oleh Kumi Takiuchi yang membawa pesona halus dan gravitasi yang nyata sebagai Yoko Fukase. Naskah Mark Gills sangat ketat, dan dengan mulus berpindah dari satu era ke era lainnya di Jepang yang sedang berkembang pesat.

Baca Juga:  Ubud Writers & Readers Festival Ke-22 Angkat Tema 'Aham Brahmasmi: I am the Universe'

Banyak film sepanjang masa telah mencoba untuk menggambarkan kehidupan para seniman, dengan kebutuhan yang tidak masuk akal dan tidak masuk akal untuk berkarya, namun hanya sedikit yang berhasil seperti yang dilakukan oleh Ravens. Mark Gill harus dipuji karena telah menciptakan sebuah film klasik modern.”

 

Dewan Juri Balinale 2025 :

Matthieu Rytz (Canadian) – Visual Storyteller, Donna Smith (United States) – Executive Producer, Sam Buckland (Australia) – Director of Programming Australian Film Institute I AACTA, Agustini Rahayu (Indonesia) – Deputy Minister of Media Creativity, Ministry of Creative Economy, RI.,

Andibachtiar Yusuf (Indonesia) – Director, Dr. Lawrence Blair (United Kingdom) – Director and Writer, Nirartha Bas Diwangkara (Indonesia) – Director and Writer dan Joe Yaggi (United States) – Director and Producer.

Founder and Director of Balinale, Deborah Gabinetti mengatakan, Balinale tahun ini memperluas pengaruh globalnya dalam merayakan hampir dua dekade dalam menghadirkan sinema yang luar biasa ke Indonesia.

Baca Juga:  Balinale Ke-18 Sajikan 70 Film dari 32 Negara: Film Animasi FLOW Membuka Festival 2025

Acara yang berlangsung selama tujuh hari ini menghadirkan lebih dari 72 film dari 32 negara, termasuk 8 film Dunia, 25 film Asia, dan 16 film Internasional, termasuk 23 film Indonesia.

“Festival ini terus mendukung dan mendorong pertumbuhan sinema independen serta mempromosikan suara-suara yang berbeda dan bakat-bakat kreatif,” ucapnya. [B/puspa]

Related post