Teater Legion 28 Tasikmalaya Pentaskan ‘Megatruh’ di Festival Seni Bali Jani: Suarakan Tanah Adat yang Digusur

 Teater Legion 28 Tasikmalaya Pentaskan ‘Megatruh’ di Festival Seni Bali Jani: Suarakan Tanah Adat yang Digusur

Teater Legion 28 Tasikmalaya Pentaskan ‘Megatruh’ di Festival Seni Bali Jani/Foto: darma

TEATER “Megatruh” oleh Teater Legion 28 Tasikmalaya tampil dalam ajang Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-7, Sabtu, 26 Juli 2025. Pementasan ini menjadi oase reflektif bagi para penonton yang memadati Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali.

Bukan hanya penikmat teater lokal, apresiasi juga datang dari luar daerah bahkan mancanegara. Penonton yang hadir, tak hanya merasa terhibur, tetapi juga sebuah pembelajaran hidup yang patut direnungi.

Naskah dan penyutradaraan Bode Riswandi mengalir seperti doa yang penuh keluh kesah—mewakili mereka yang kehilangan tanah, kampung, bahkan suara.

Di balik keindahan visual, keheningan teater itu menyuarakan keresahan atas hadirnya Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tak jarang melindas hak hidup warga adat.

Baca Juga:  “Teater Keliling” Kemas Menarik Kekayaan Nusantara

“Alam dibabat atas nama pembangunan. Tapi di sana ada manusia, ada sejarah, ada cinta, ada kehidupan yang seharusnya didengar,” ujar Bode lirih.

Teater Legion 28 Tasikmalaya Pentaskan ‘Megatruh’ di Festival Seni Bali Jani/Foto: darma

Naskah itu diawali dari, dua orang tua berdiri di panggung. Satu mewakili yang terusir dari kampung adatnya, satu lagi representasi kekuasaan yang menggusur. Mereka saling menyimpan luka, dendam, dan diam.

Namun ada yang tak mereka tahu—anak-anak mereka diam-diam saling mencintai. Dan dari cinta itulah, “Megatruh” menyampaikan pesan paling sederhana namun paling kuat: damai hanya bisa lahir dari cinta, bukan amarah.

Simbol-simbol kuat pun bermunculan. Salah satunya adalah sosok patung hidup di atas panggung, tanpa telinga. Diam. Tegak. Membisu. “Itulah bangsa ini… yang lupa mendengar. Padahal suara rakyat tidak selalu harus diteriakkan, cukup didengar,” tambahnya.

Baca Juga:  ’The Brief History Of Dance’: Persembahan Teater Garasi Jogjakarta di Festival Seni Bali Jani 2025

Lebih dari sekadar pentas, Megatruh adalah kritik sosial yang dibungkus estetika tinggi. Olah tubuh, vokal, interaksi panggung, hingga manajemen properti dijalankan nyaris tanpa cela oleh 42 anggota tim Teater Legion 28.

Mereka datang dari Tasikmalaya dengan semangat yang sama: ingin menyampaikan jeritan mereka yang tertindas, tanpa perlu marah-marah.

Bukan kali pertama Legion 28 tampil di Bali. Pada FSBJ 2023, mereka menyabet Juara I di kategori Lautan Bernyanyi. Namun penampilan tahun ini terasa berbeda, lebih dalam, dan lebih menyentuh.

“Megatruh adalah suara hati orang-orang yang tanahnya digusur, sejarahnya dihapus, dan harapannya dibungkam. Tapi cinta masih ada. Dan cinta bisa menyelamatkan semuanya,” tutup Bode. [B/darma]

Related post