Melukis Topeng Malangan di CHANDI 2025
Delegasi melukis Topeng Malangan di CHANDI 2025/Foto: dok. Kementrian Kebudayaan
TOPENG Malangan memiliki akar sejarah panjang yang terinspirasi dari kisah Mahabarata, epos epik India kuno tentang perebutan kekuasaan dan takhta Kerajaan Kuru antara dua keluarga sepupu, Pandawa (putra Pandu) dan Korawa (putra Dretarasta).
Dalam setiap pertunjukan, topeng tidak hanya menjadi media seni, tetapi juga sarana penyampai nilai dan karakter. Setiap warna pada topeng melambangkan makna tertentu, sementara ukiran serta bentuknya mencerminkan watak tokoh yang dibawakan.
Hal itu diungkapkan oleh Handoyo, Pimpinan Sanggar Padepokan Seni Topeng Asmorobangun, Kabupataen Malang, Jawa Timur ketika menjadi narasumber pada lokakarya melukis topeng khas Malang kepada para delegasi Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy and Innovation (CHANDI) 2025 di Bali, Kamis 4 September 2025.
Gelaran forum budaya tingkat tinggi internasional itu secara khusus memperkenalkan proses pembuatan Topeng Malangan dikerjakan dengan keterampilan tinggi. Kayu pilihan seperti sengon, kembang, nangka, beringin, pule, atau mentaos.
“Kayu itu dipahat menggunakan tatah ukir, gergaji, dan patuk sangkal. Tahapan pembuatan meliputi pembentukan dasar, pengukiran ornamen, penghalusan, hingga pewarnaan dan finishing,” kata Handoyo.
Pada tahap lanjutan, lanjut Handoyo yaitu mewarnai, topeng dilapisi cat dasar putih, kemudian diberi warna utama sesuai karakter tokoh—misalnya merah untuk keberanian, hijau untuk kebijaksanaan, atau putih untuk kesucian.
“Bagian wajah seperti mata, bibir, dan hidung dilukis dengan detail, sementara ornamen dipertegas dengan warna kontras. Sebagai penutup, lapisan pelindung diaplikasikan agar warna lebih awet dan bercahaya,” paparnya.
Penyelenggaraan lokakarya ini diikuti tidak kurang dari 20 peserta terdiri dari delegasi dalam dan luar negeri dengan antusias. “Saya merasakan kesan mendalam terhadap pengalaman mengikuti kegiatan ini,” ucap salah satu peserta asal Taiwan, Ryan.
Sebelum mulai melukis, para instruktur menjelaskan sejarah topeng Malangan dan hubungannya dengan masyarakat Indonesia. “Saya berasal dari luar negeri, ini pengetahuan baru yang sangat menarik. Saya merasa sejarahnya sangat bermakna,” ujar Ryan.
Melalui perhelatan CHANDI 2025, Kementerian Kebudayaan menegaskan komitmennya untuk melestarikan warisan budaya, memberdayakan perajin lokal, serta memperkenalkan seni tradisi Indonesia di panggung internasional.
Dengan demikian, CHANDI 2025 tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga wujud nyata usaha kolektif bangsa dalam merawat budaya dan menyalakan kreativitas lintas generasi. [B/rls]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali