‘Dancing With Marya’ di 2025 Tainan Arts Festival: Mang Tri Menari Bersama Arsip
Mang Tri Ray Dewantara persembahkan ‘Dancing With Marya’ di 2025 Tainan Arts Festival/Foto: dok. Mulawali Institute
KETIKA Mang Tri Ray Dewantara, penari dan koreografer muda asal Bali mempersembahkan karya terbarunya “Dancing with Marya” dalam 2025 Tainan Arts Festival di Yong Kang Social Education Center, Taiwan, penonton menyambut meriah.
Gerak dan ekpresinya yang selalu hidup, mampu memikat setiap penonton yang hadir. Ia juga mengintegrasikan wiraga (raga), wirama (irama), dan wirasa (rasa), sehingga emosi dan karakter tersampaikan dengan kuat kepada penonton. Maka tak heran, ia tampil mempesona.
Sebab, dalam karya itu, Mang Tri menari bersama arsip. Ia mampu menyelaraskan tubuhnya dengan arsip yang menampilkan I Ketut Marya tahun 1931 yang direkam oleh seniman Meksiko Miguel Covarrubias.
Mang Tri menghubungkan dua horizon waktu–masa kolonial dan masa kini–untuk menelusuri bagaimana Kebyar Duduk dibentuk oleh pandangan Barat sekaligus oleh mekanisme internal di Bali sendiri, terutama melalui pendidikan dan pariwisata yang menuntut “keaslian” dan “pakem”.
Pertunjukan ini bermula sebagai performance lecture dan berkembang menjadi pengalaman tubuh yang hidup. Dengan menari di antara arsip dan imajinasi, Mang Tri berupaya menghidupkan kembali tari yang selama ini membeku dalam dokumentasi dan institusi.
Mang Tri yang menghadirkan Dancing with Marya, bukan hanya sebagai pesembahan seni ekpresif, tetapi sebagai ruang reflektif untuk membayangkan ulang bagaimana tubuh dapat menjadi medium sejarah, arsip, sekaligus perlawanan terhadap fiksasi bentuk.
Karya ini dipresentasikan dalam 2025 Tainan Arts Festival, sebagai bagian dari program internasional festival tersebut.
Melalui Dancing with Marya, Mang Tri berupaya menafsir ulang arsip tari Bali–khususnya Kebyar Duduk–sekaligus mengundang penonton untuk menyaksikan bagaimana arsip dapat bernapas kembali melalui tubuh penari dengan menghadirkan pertemuan yang cair antara masa lalu, masa kini, dan kemungkinan masa depan.
Keberangkatannya ke 2025 Tainan Arts Festival, karya ini menjalin kerja sama dengan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya.
Ini program prioritas nasional yang menjaring, mengembangkan, dan mempromosikan talenta seni budaya Indonesia, serta menghubungkannya dengan peluang pengembangan dan akses pasar di tingkat nasional maupun global.
“MTN Seni Budaya, khususnya dukungan Rekognisi Internasional, saya pahami sebagai bagian dari kerja kebudayaan,” kata Mang Tri.
Kehadirannya, lanjut Mang Tri, sebagai upaya mendorong percakapan agar praktik tari dari Indonesia dapat dibaca, dipertemukan, dan dipercakapkan dalam konteks global yang sering kali memiliki cara pandang sendiri terhadap ‘tradisi’.
Memang, setelah intens menelusuri jejak tari Bali melalui riset dan penciptaan, koreografer yang telah banyak menghasilkan karya seni itu sangat percaya diri mempersembahkan karya Dancing with Marya di 2025 Tainan Arts Festival, sekaligus menjadi penanda penting dalam perjalanannya sebagai koreografer.
Sebelumnya, Dancing with Marya telah dipentaskan dalam Kunstenfestivaldesarts pada tahun yang sama di Brussel, Belgia, dan mendapat perhatian atas pendekatannya yang reflektif terhadap sejarah tari Bali.
Karya ini berangkat dari penelusuran kritis terhadap arsip Kebyar Duduk–tari yang diciptakan oleh I Ketut Marya (I Mario), tokoh legendaris yang dikenal karena improvisasinya terhadap irama gamelan kebyar yang dinamis dan penuh energi.
Karya ini diproduksi oleh Mang Tri bersama Mulawali Institute, lembaga interdisipliner berbasis di Bali yang berfokus pada riset dan penciptaan pertunjukan, serta dikoproduksi oleh Indonesian Dance Festival dan 2025 Tainan Arts Festival.
Seiring perjalanannya ke berbagai konteks internasional, Dancing with Marya juga menjadi bagian dari upaya memperluas ruang pertemuan antara seniman Indonesia dan dunia. [B/darma]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali