Sherry Winata Pamerkan ‘Healing Art Universe’: Maknai Seni Lukis Sebagai Proses Penyembuhan Batin

 Sherry Winata Pamerkan ‘Healing Art Universe’: Maknai Seni Lukis Sebagai Proses Penyembuhan Batin

Karya seni Sherry Winata dipamerkan di Bali International Hospital/Foto: darma

PAMERAN karya seni rupa biasanya digelar di museum atau gallery, tetapi “Healing Art Universe” justru dipajang di rumah sakit, tepatnya di Bali International Hospital Sanur. Karya seni Sherry Winata ini dipamerkan oleh G3N Project.

Kali ini, seniman Sherry Winata menyajikan 7 karya yang ingin memaknai seni lukis sebagai proses penyembuhan batin. Pameran bertajuk “Healing Your Own Universe berlangsung di Auditorium, Lantai II Bali International Hospital (BIH) Sanur.

Jika dilihat sepintas karya seni itu tampak biasa, namun setelah menikmati secara dalam, maka serasa mengurangi stres dan menghilangkan kecemasan. Jiwa menjadi lebih tenang dan positif, mendukung kesejahteraan mental, juga sebuah terapi penyembuhan.

Bentuk dan warna serasa sangat kuat. Apalagi, karya itu menggunakan beberapa batu permata, kristal, mineral dan resin yang melahirkan kekuatan, disamping sebagai edukasi artistik yang efektif. Pameran dibuka, Selasa 16 Desember 2025 dan akan berlangsung selama lima bulan.

Baca Juga:  Waterbom Bali Targetkan Capai Emisi Nol Bersih di Tahun 2033

Kali ini Sherry Winata menyajikan tujuh karya yang merepresentasikan perjalanan personal dan spiritual dalam menyelami alam bawah sadar, kesadaran, hingga kesadaran tinggi manusia.

“Karya ini merepresentasikan perjalanan personal dan spiritual dalam menyelami alam bawah sadar, kesadaran, hingga kesadaran tinggi manusia,” kata Sherry Winata dihadapan para media dan undangan sebelum pameran itu dibuka secara resmi.

Seniman Sherry Winata didampingi Dr. Sheira A menjelaskan karya seni yang sedang dipamerkan di Bali International Hospital/Foto: darma

Bagi Sherry Winata, melukis bukan sekadar aktivitas artistik, melainkan medium untuk mengungkapkan pengalaman batin yang tak mampu diwakili oleh bahasa. Karya demi karyanya itu, lahir dari keheningan—saat pikiran mereda dan hati serta jiwa mulai berbicara.

Dalam ruang tersebut, lukisan menjadi pertemuan antara emosi terdalam, luka yang terpendam, dan pencarian makna hidup. Melalui praktik meditasi, perjalanan spiritual, serta eksplorasi emosi selama bertahun-tahun, Sherry Winata memandang kegelapan batin bukan sebagai musuh, melainkan pesan jiwa yang perlu direngkuh.

Baca Juga:  Realitas Cat Air I Made Dolar Astawa: Seni Rupa di Antara Pariwisata, Representasi, dan Identitas Bali

“Rasa sakit, duka, kemarahan, dan bayangan diri menjadi bagian dari proses alkimia batin—di mana luka berubah menjadi kebijaksanaan, rasa sakit menjadi kekuatan, dan bayangan menjelma keindahan,” jelas Sherry.

Karyanya itu konon terinspirasi dari pemikiran Carl Jung tentang alam bawah sadar. Melalui warna, tekstur, dan bentuk, ia menghadirkan hal-hal yang tak terucapkan ke dalam ruang visual. “Karya saya mewakili emosi yang tak memiliki bahasa, sekaligus peta jalan pulang menuju jati diri,” ujarnya.

Karya seni itu memiliki kedalaman makna dan visual yang kuat, salah satunya karena pilihan material yang tidak sekadar berfungsi estetis, melainkan simbolis. Batu permata, kristal, mineral, resin dan material berlapis dalam karyanya menjadi metafora perjalanan batin—tentang luka, bayangan, dan emosi yang diproses hingga menjelma kejernihan dan cahaya.

Material-material tersebut memantulkan cahaya dengan cara yang tak pernah sepenuhnya statis, menghadirkan pengalaman visual yang berubah-ubah sesuai sudut pandang dan pencahayaan, seolah menegaskan bahwa proses penyembuhan dan kesadaran manusia juga bersifat dinamis.

Baca Juga:  Sekaa Gong Gunung Sari Peliatan Tampil Sebagai Legendaris PKB XLIV

Healing Art Universe, keindahan yang dimaknai bukan sebagai kesempurnaan tanpa cela, melainkan keberanian untuk menerima seluruh bagian diri apa adanya. Melainkan seni menjadi ruang aman tanpa penghakiman, tempat setiap individu diingatkan bahwa dirinya adalah pencipta semesta batinnya sendiri.

General Manager G3N Project, Andry Ismaya Permadi mengatakan, telah melakukan berbagai kolaborasi pameran dengan sejumlah seniman, termasuk beberapa kali dengan Sherry Winata. Kali ini di lokasi yang tidak biasa digunakan untuk pameran, yaitu di Bali International Hospital Sanur.

“Pameran karya Sherry Winata ini mengajak publik untuk memandang seni bukan hanya sebagai pengalaman visual, tetapi juga sebagai proses refleksi, penyembuhan, dan perjalanan menuju keutuhan diri,” terang Andry.

Pameran ini tidak sekadar pajangan visual, melainkan sebuah undangan bagi pasien dan pengunjung untuk menelusuri lorong penyembuhan melalui estetika. Pameran ini membedah perjalanan dari alam bawah sadar menuju kesadaran tinggi.

Baca Juga:  Menjaga Air dengan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali

“Seperti halnya ketika menghadirkan karya mendiang maestro Made Winata sebelumnya, G3N Project memandang langkah pusat medis ini menyatukan teknologi kedokteran modern dengan nilai-nilai estetika adalah sebuah upaya membangun ruang penyembuhan yang utuh,” ujarnya.

Sementara Direktur Bali International Hospital, Dr. Sheira A, MPH, FISQUA mengatakan, kolaborasi seni ini merupakan langkah strategis untuk mengubah stigma rumah sakit yang biasanya terasa tegang dan serius.

“Tujuan pameran ini agar pasien, pengunjung, bahkan karyawan yang lelah setelah bekerja, dapat menikmati keindahan ini untuk menurunkan tingkat kekhawatiran mereka. Kami berupaya menghadirkan healing environment,” sebut Dr. Sheira. [B/darma]

Related post