Warna-Warni Imajinasi Anak SD Ramaikan PKB ke-47

 Warna-Warni Imajinasi Anak SD Ramaikan PKB ke-47

Lomba mewarnai gambar setingkat anak SD di PKB ke-47/Foto: darma

WAH, ini yang beda dari warna Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47. Ratusan siswa setingkat Sekolah Dasar menyulap halaman depan Gedung MMBG Taman Budaya Bali jadi lautan warna dalam Wimbakara (lomba) mewarnai ganbar.

Anak-anak ini tampil dengan semangat tak tertandingi, para bocah menorehkan krayon, pensil warna, bahkan teknik lanjutan seperti dusel dan cukil di atas gambar yang sama. Walau tema dan motif telah ditentukan, tiap anak menunjukkan sentuhan personal yang veda.

Mereka membuat jarya dengan mencerminkan daya imajinasi dan kebebasan berekspresi khas dunia kanak-kanak. Tak ada beban, tak ada ragu. Goresan tangan kecil mereka tegas dan berani. Ada yang menonjolkan gradasi lembut dengan teknik dusel.

Teknik dusel mampu menciptakan efek halus dan kesan tiga dimensi. Ada pula yang menerapkan teknik cukil, mengikis bagian permukaan warna untuk mengungkap lapisan warna di bawahnya, dan hasilnya mencolok, eksploratif, dan artistik.

Baca Juga:  Arma Library Talk; Perbincangkan Perjalanan Rudolf Bonet dan Wujudkan Laboratorium Kreatif Anak Muda

“Teknik mereka luar biasa untuk ukuran anak-anak. Ini bukan sekadar mewarnai, ini panggung ekspresi dan keberanian visual,” puji Ketua Dewan Juri, Dr. Drs. I Made Ruta, M.Si, didampingi juri Dewa Putu Gede Budiarta, S.Sn., M.Sn dan Dra. Ni Made Purnama Utami.

Para peserta kemungkinan besar sudah dibina di sanggar-sanggar seni atau komunitas lukis sejak dini. “Itu visa dilihat dari cara mereka menggores, sudah terasa punya dasar yang kuat. Pilihan warnanya pun berani dan segar — antara realis dan naif,” sebutnya.

Warna realis dan naif ini mencerminkan dunia anak-anak memang ajaib, polos tapi terkesan dalam. Maka tak heran, kegiatan lomba ini mampu menarik perhatian pengunjung PKB ke-47. Mereka menyaksikan, aksi anak-anak dalam seni berguna untuk pendidikkan karakter mereka.

Salah satu peserta, Putu Baskara Raynatta asal Denpasar, mengaku sudah mempersiapkan diri dengan latihan rutin. “Saya bawa krayon, penghapus, saputangan, sampai kuas kecil untuk membersihkan sisa warna. Biar rapi dan tidak berantakan,” ujar siswa kelas IV SD Tulang Ampiang itu.

Baca Juga:  Lomba Gender Wayang Anak-anak di PKB Ke-47: Permainan Membentuk Kepekaan Tubuh, Pikiran dan Moral

Lomba ini bukan hanya soal menang atau kalah, tapi panggung lahirnya seniman-seniman masa depan. Kreativitas, teknik, keberanian berekspresi — semua menyatu dalam kertas, krayon, dan semangat. [B/darma]

Related post