Tribute to Samar Gantang di Festival Seni Bali Jani 2025
Samar Gantang dalam Tribute di Festival Seni Bali Jani 2025/Foto: ist
ANAK-anak muda memainkan gamelan itu dengan manis. Mereka, tidak hanya menyajikan tabuh-tabuh baru, tetapi juga menjadi edukasi dengan menyajikan sosok Samar Gantang, guru dan sastra asala Tabanan.
Itulah Utsawa (Parade) ”Tribute to Samar Gantang” yang disajikan Haridwipa Gamelan Group serangkaian dengan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-7 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, Jumat 25 Juli 2025.
Penonton terpesona. Samar Gantang yang giat dan memiliki dedikasi dalam mengembangkan sastra Bali disajikan dalam bentuk garapan seni yang artistik. Penonton benar-benar merasa terhibur, sekaligus belajar dari sosok sastrawan asal Tabanan ini.
Samar Gantang banyak melahirkan karya sastra. Kali ini, sosok kesastrawan Samar Gantang yang pernah menerima Hadiah Sastra Rancage 2003 itu diulas dalam pentas seni dengan menyajikan berbagai tabuh dan dipadu dengan penampilan Samar Gantang membacaka puisi.
Parade ini menyajikan komposisi musik Sekaa Tani, merupakan kelompok petani yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam bidang pertanian. Namun, di era globalisasi keberadaan sekaa subak, sekaa nandur, sekaa manyi tergerus oleh perkembangan teknologi.
Garapan tabuh ini ditata oleh I Gusti Nengah hari Mahardika dan I Putu Hery Eka Prasetya sebagai penata gerak. Lalu tari Sang Hyang Sampat. Ini sebuah tradisi secara turun temurun dilakukan di Desa Puluk-Puluk Tabanan Bali setiap satu tahun sebelum Ngusaba Gede di Pura Bedugul.
Tujuannya untuk nangluk merana (penolak bala) melindungi tanaman padi dari serangan hama dan penyakit. Tradisi ini ditransformasikannya menjadi sebuah karya musik dan tari oleh I Gusti Nengah Hari Mahardika dan I Putu Hery Eka Prasetya sebagai penata tabuh dan tari.
Karya Musik Mandolin “Jatiluih” mengajak penonton merasakan keindahan kearipan local yang ada di Jatiluwih.
Keindahan Jatiluwih merupakan warisan budaya leluhur agraris pertanian diinterpretasi menarik menjadi karya kreativitas musik tradisional dengan menggunakan instrumen Mandolin Pupuan Tabanan. Anak-anak muda dari Haridwipa Gamelan Group itu memainkan muasik dengan enerjik.
Karya Musik Urip Cepuk Dua, karya musik dan tari ini bermakna pertemuan dua nafas kehidupan dalam konteks seni antara Hari Dwipa Gamelan Group dengan Naluri Manca. Penyatuan kekuatan dalam nafas hidup seni pertunjukan Bali dengan tema Spirit for Bali.
Sinopsis Subak Ngalah justru menjadi sajian yang lebih memukau. Fenomena alih fungsi lahan pertanian, mengetuk abstraksi jiwa yang belum terbendung dengan mengekspresikannya menjadi karya puisi Subak Ngalah, Dewi Sri Angasi-asi dan Om Bom Om. Subak Ngalah ini menyajikan karya dan penyair I Gusti Putu Bawa Samar Gantang. [B/darma]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali