Lokakarya Tari Tradisional Bali di CHANDI 2025: Tradisi Keagamaan Hingga Pelestarian Budaya

 Lokakarya Tari Tradisional Bali di CHANDI 2025: Tradisi Keagamaan Hingga Pelestarian Budaya

Lokakarya Tari Tradisional Bali di CHANDI 2025/Foto: ist

I Ketut Suteja, Gusti Ayu Ketut Suandewi dan I Gede Oka Surya Negara merupakan tiga dosen jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Bali menjadi pembicara dalam lokakarya kebudayaan bertajuk Tari Tradisional Bali di Ruang Batoor, The Meru Sanur 4 September 2025.

Lokakarya serangkaian dengan konferensi kebudayaan bertajuk Culture, Heritage, Art, Narratives, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 pada hari kedua itu diselenggarakan oleh Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia mulai dari tanggal 2 – 5 September 2025.

I Ketut Suteja menyampaikan, pada dasarnya Tari Bali adalah tari yang berdasarkan ajaran agama. Tari tradisi Bali muaranya tetap dari ajaran agama Hindu karena di setiap upacara agama selalu disertai dengan tarian sebagai rasa bangga masyarakat dalam konteks nilai vertikal.

“Ini yang menjadi dasar munculnya tarian di Bali,” kata I Ketut Suteja dalam pengantar materi sebelum lokakarya itu.

Baca Juga:  B-PART Kembali Digelar, Angat Tema ‘Raga Ruang Ragam’

Lalu, tentang keberlanjutan dari perjalanan tari tradisi Bali itu, I Ketut Suteja menjelaskan, tari Bali saat ini tidak hanya berfungsi sebagai media dalam upacara keagamaan, tapi juga muncul sebagai bentuk tarian yang profan tanpa menghilangkan esensi dari nilai vertikal kepada Tuhan.

Lokakarya ini menjadi lebih hidup, ketika para peserta kemudian mencoba secara langsung tari Bali. Saat itu diajarkan, Tari Pendet untuk peserta perempuan dan Tari Baris Tunggal untuk peserta laki-laki.

Khusus untuk peserta Tari Pendet, dimentori oleh Gusti Ayu Ketut Suandewi yang mempelajari gerakan dasar tari Pendet, seperti agem kanan dan kiri, agem ngelung kanan dan kiri, serta seledet atau gerakan mata pada tari itu. Lalu, Tari Baris Tunggal dimentori oleh I Gede Oka Surya Negara.

Salah satu peserta tari dari Sulawesi Tenggara, Waode Alfida Hanafi mengatakan, ini kali pertamanya belajar langsung Tari Bali. Pemilik salah satu sanggar di Kota Kendari ini sengaja memilih lokakarya tari agar dapat mengajarkan gerakan tari Bali ke murid di sanggarnya.

Baca Juga:  Utama Spice Hadirkan ‘Cocoa Love’: Perayaan Manfaat Kakao dalam Perawatan Kulit Alami

“Sanggar kami sering diundang untuk membawakan tari nasional pada acara yang ada di Kota Kendari. Saya sengaja memilih lokakarya ini agar dapat mengajarkan ke anak-anak di sanggar saya pakem tari Bali yang benar untuk nanti saya pelajari lagi lewat media sosial,’ ujarnya.

Lokakarya Tari Tradisional Bali ini merupakan salah satu bentuk dari komitmen CHANDI 2025 untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia dan menjadikan objek pemajuan kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari diplomasi Indonesia secara global. [B/darma]

Related post