Ni Luh Putu Linda Jessica Maharani: Juara I Lomba Dharmawacana Berbahasa Bali UDG 2025, Cinta Dharmawacana Sejak SMA

 Ni Luh Putu Linda Jessica Maharani: Juara I Lomba Dharmawacana Berbahasa Bali UDG 2025, Cinta Dharmawacana Sejak SMA

Ni Luh Putu Linda Jessica Maharani/Foto: darma

KETIKA tampil dalam ajang lomba Dharmawacana Remaja Putri Berbahasa Bali dalam Utsawa Dharma Gita (UDG) Bali ke-32 tahun 2025, gadis ini tampak biasa-biasa saja. Busana, rias dan penampilannya biasa saja, tak beda jauh dengan peserta lainnya.

Tapi, berbeda ketika tampil. Ia justru lebih percaya diri yang mampu mengundang decak kagum penonton. Strukturnya jelas, relevan dengan ajaran agama, serta penyampaian yang santun melalui penguasaan topik (wicara), bahasa tubuh (wiraga), intonasi (wirama), dan penghayatan (wirasa). .

Itulah penampilan Ni Luh Putu Linda Jessica Maharani, merupakan duta Kabupaten Badung yang tampil memukau di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, Senin 27 Oktober 2025. Saat tampil, ia bagai seorang dalang yang menyampaikan materi dengan lugas dan tegas.

Salah satu yang membuat penonton terpesona, di balik suara lembutnya, tersimpan semangat besar untuk membawa nilai-nilai Dharma kepada generasi muda. Maka wajar, ia dipilih sebagai Juara I Lomba Dharmawacana Remaja Putri Berbahasa Bali UDG Tingkat Provinsi Bali itu.

Baca Juga:  ‘Raksadhanu’ Dramatari Arja dari Komunitas Napak Tuju

Putri dari pasangan Ketut Pasek Winata dan Ni Wayan Winarsi ini tak menyangka bisa tampil sebagai pemenang. Saat mengikuti lomba, ia hanya ingin tampil baik, dan bisa membuat orang mengerti dari materi yang dibawakannya.

“Dulu saya nggak terlalu suka berbicara di depan umum. Tapi ketika melihat orang berdharmawacana, saya merasa tenang. Mereka bisa membawa pengaruh baik bagi orang lain. Dari situ saya ingin menjadi orang yang berdampak,” kata gadis kelahiran Kerobokan, Kuta Utara 3 Juni 2007 ini.

Mahasiswi berusia 18 tahun yang tengah menempuh studi di Universitas Udayana, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu memang tumbuh dalam keluarga yang penuh dukungan. Kedua orang tuanya selalu memberinya semangat untuk berkreativitas.

Meski kini piawai berbicara di depan publik, namun Putu Linda-sapaan akrabnya mengaku bukan tipe orang yang gemar tampil. Kecintaannya pada Dharmawacana bermula sejak SMA, berawal dari ajang Porseni Dharmawacana di Badung.

Baca Juga:  Generasi Muda Bali Debat “Mabasa” Bali, Aksinya Mirip Politikus di TV

Saat kali pertama tampil, ia berhasil meraih juara pertama, dan langsung dilirik pembina sekolah untuk tampil di tingkat provinsi. “Itu pengalaman pertama yang membuka jalan saya ke Utsawa Dharma Gita tahun ini,” kenangnya.

Baginya, Dharmawacana bukan sekadar lomba. Kegiatan ini merupakan wadah untuk melatih kemampuan komunikasi dan berpikir reflektif—keterampilan yang sejalan dengan studinya di administrasi publik.

“Pemerintahan yang baik harus punya komunikasi yang baik. Nah, dalam kegiatan Dharmawacana ini, saya benar-benar belajar hal itu,” akunya malu-malu.

Terkait dengan persiapan menuju ajang tingkat provinsi ini, Putu Linda mengaku melakukan dengan disiplin. “Saya harus tahu waktu, kapan latihan hafalan, kapan melatih intonasi. Semua hasil hari ini adalah buah dari kemarin,” ujarnya sungguh-sungguh.

Baca Juga:  Penyuluh Bahasa Bali Identifikasi Lontar Milik Ketut Jenin di Jembrana

Lalu, soal menjaga suara, gadis ini pun punya trik tersendiri. Ia mengurangi makanan manis dan minuman dingin. Namun, ketika ditanya soal mebrata atau meditasi, ia menjawab dengan bijak,

“Menurut saya itu opsional. Ilmu bisa dipelajari dengan banyak cara. Namun, yang penting kita memahami Dharma dan bisa menularkannya kepada orang lain,” jawabnya.

Meski tidak terlalu professional, Putu Linda berharap Dharmawacana tetap menjadi agenda rutin setiap tahun. Kegiatan ini sebagai bentuk nyata upaya melestarikan budaya Bali, terutama sastra dan seni Bali.

“Semoga lebih banyak anak muda dilibatkan lewat pelatihan, karena sekarang makin banyak yang lupa dengan akar budaya sendiri,” harapnya.

Baca Juga:  Seniman Cilik Mainkan Gender Wayang, Penonton Terpesona

Meski di tengah tren modern, Putu Linda tetap mampu menebar pesona tradisi. Bahkan teman-temannya pun kagum. “Mereka bilang, ‘keren banget kamu masih mau berdharmawacana di zaman sekarang.’ Walau mereka belum tertarik ikut, setidaknya mereka mendukung,” ujarnya sambil tertawa ringan.

Kini, dengan gelar Juara I Dharmawacana Remaja Putri UDG XXXII 2025, Ni Luh Putu Linda tidak hanya membanggakan Kabupaten Badung, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda Bali.

Dengan tutur santun dan pemahaman mendalam akan ajaran Dharma, ia menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan seiring, jika dijalani dengan cinta dan kesadaran. “Bukan seberapa keras kita berbicara, tapi seberapa dalam makna yang kita sampaikan,” pungkasnya. [B/darma]

Related post