Dengan Semangat Kartini, Chef Ida Ayu Puspaari Kreatif Ciptakan Fusion Food
Wanita Bali memang tangguh. Mereka tak hanya mengurus keluarga, tetapi juga banting tulang membantu perekonomian keluarga. Sebut saja Ida Ayu Puspaari, Corporate Chef Komaneka Resorts Ubud yang selalu kreatif dalam mengolah menu untuk para tamu. Hasil olahnnya itu bahkan menjadi ujung tombak, untuk kembalinya wisatawan memilih tempat makan itu. “Menyajikan menu dengan taste yang khas kepada setiap tamu, adalah tantangan kami sebagai chef wanita,” kata Ida Ayu Puspaari, Kamis 21 April 2022.
Memang, memasak sesungguhnya tugas seorang wanita. Namun kenyataannya, hampir di seluruh dunia profesi seorang chef justru banyak dipegang oleh laki-laki. Sebut saja dalam dunia perhotelan, tidak banyak wanita yang bekerja sebagai chef. Padahal kalau dilihat dari kodratnya, wanita adalah orang yang paling banyak berurusan dengan masalah dapur. “Chef wanita memang minoritas dalam dunia perhotelan, saya merasa biasa saja. Laki-laki dan perempuan dalam satu posisi chef memiliki hak dan tangung jawab sama,” papar suami Ida Bgs Kt Suastara S.pd ini kalem.
Semua pekerjaan chef, baik laki ataupun wanita semuanya sama, tidak ada yang membedakan karena sudah sama-sama dalam posisi sebagai chef. Sebagai seorang chef tidak cukup dengan kemampuan memasak saja, tetapi juga diperlukan keterampilan lain terutama dalam penyajian menu-menu yang diolah. Pariwisata Bali yang berlandaskan budaya, maka menu-menu yang diolah juga memgangkat kuliner Bali. “Kami memang mengangkat kuliner Bali ke dunia internasional. Caranya dengan mengkombinasikan bahan-bahan kuliner Bali dengan bahan-bahan international yang biasa disebut fusion food,” sebut ibu dari Ida Ayu Mas Suasparini,SE dan Ida Bgs Gde Suarganatha ini.
Perempuan kreatif ini, sudah banyak memproduksi olahan menu yang memadukan unsur tradisional, namun masuk dalam lidah orang asing. Sebut saja diantaranya, crab meat ubi jalar, babi guling sandwich, sereh cabe sorbet, dan lainnya. Semua menu produksinya itu telah diterima wisatawan, sehingga ia selalu krteatif untuk menciptakan menu-menu baru atau paling tidak mengkreasikan menu yang sudah ada menjadi baru. “Saat ini, pariwisata Bali berangsur pulih, namun belum banyak pesanan menu karena hunian hotel masih sepi,” ungkapnya.
Walau kunjungan wisman sudah mulai menggeliat, tetapi Ida Ayu Puspaari masih merasakan dampak pandemic itu. Karena itu, dirinya berharap dalam situasi seperti ini ada penurunan harga sembako, sehingga bisa dijangkau oleh masyarakat yang masih terdampak. “Jujur, saat pandemic saya harus mencari kerja sampingan, sehingga bisa memenuhi ekonomi keluarga. Saya membuka angkringan dan berbagi ilmu dengan mengajar ke kampus-kampus,” jelas perempuan yang tinggal di Kabupaten Gianyar ini..
Ida Ayu Puspaari mengaku, profesi sebagai seorang chef memang pilihyannya. Sejak kecil, ia memiliki hobi memasaka sejak kelas IV SD kls 4. Ia biasa membuat jajan untuk dijual agar mendapat tambahan biaya sekolah. “Dorongan itu datang karena Bali sebagai tujuan wisata dunia. Saya juga ingin membangkitkan bahan-bahan yang sudah hampir punah sebagai masakan tradisional untuk dikemas sebagai masakan yang diminati dunia international, seperti menggunakan sayur bulun balon, jepen-jepen, gonde dan lainnya,” imbuhnya.
Chef Ida Ayu Puspaari juga sempat belajar dari bibinya yang seorang cook di salah satu hotel di Bali. Ia banyak belajar di luar jam kerja sebagai petugas laundry di hotel. “Saya awalnya bertugas di laundrye, setelah tahun 1992, kemudian dipercaya sebagai chef. Saya belum pernah mengalami tantangan karena saya menikmati pekerjaan yang saya geluti. Saya harus bisa mengatur waktu, antara pekerjaan dan rumah tangga,” pungkasnya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali