Sejumlah Petarung Muay Thai Rebut Sabuk Kejuaran Nasional di Ajang Summer Fights
Bagi yang suka dengan olahraga Muaythai, jangan lewatkan event bergengsi Summer Fights ke-4 yang digelar di International Conference Center Bali, Jl. Bypass Ngurah Rai, Simpang Dewaruci, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Olahraga seni beladiri Muaythai di penghujung tahun 2022 ini, pasti berbeda dari tiga event sebelumnya. Summer Fights kali ini memperebutkan sabuk kejuaraan di kategori middleweight, lightweight, dan welterweight. “Kami mengundang pecinta Muaythai menyaksikan keuaraan ini,” ujar Promotor Summer Fight, Marcos Manurung pada press conference, Sabtu 17 Desember 2022.
Perhelatan ini digelar pada Minggu, 18 Desember 2022 yang dimulai pukul 16.00 Wita. Sabuk yang diperebutkan telah diotorisasi oleh Muaythai Professional Indonesia (MPI), sehingga para pemenang akan diakui sebagai petarung professional, dan boleh mengajukan tantangan terhadap para pemegang sabuk kejuaraan. Mereka juga bisa bertarung di ajang-ajang level internasional. Sabuk akan diperebutkan dalam laga Serieal vs Raymond (middleweight), Rahman vs Maruli (welterweight), dan Brandon vs Fahri (lightweight). “Kami berencana akan membawa petarung-petarung Indonesia ke kancah internasional. Tahun depan akan membawa mereka untuk berlaga di Thailand,” ujar Marcos serius.
Perhelatan ini menjadi semakin special, sebab juga akan mengetengahkan match di nomor perempuan. Winnia vs Sri dijadwalkan akan bertarung di kelas semi pro. Di laga-laga internasional, kehadiran match perempuan tentu bukan hal asing lagi. Namun, di Indonesia yang masih begitu patriarkis dan penuh bias gender, pertarungan Winnia dan Sri merupakan satu dobrakan spektakuler. Sudah barang tentu Summer Fight 2022 akan menjadi salah satu penanda dalam kaitannya dengan isu-isu feminisme di Indonesia.
Keistimewaan Summer Fight 2022 tidak berhenti di situ. Setelah ritual Wai Khru yang menggambarkan tradisi sportif, respek, dan kekesatriaan, perhelatan akbar yang akan menggemuruhkan International Conference Centre Bali itu dikejutkan oleh first match dua petarung muda belia yang sangat menjanjikan. Dalam beberapa tahun ke depan, mereka digadang-gadang akan menjadi petarung profesional yang berlaga di event-event kelas dunia. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi promotor Summer Fight demi kepastian regenerasi Muaythai di Indonesia. “Pecinta Muaythai di Indonesia makin banyak,” ujar Marcos.
Dirinya, ingin membuka ruang selebar-lebarnya agar mereka bisa menapaki karir di dunia yang digelutinya. Sayangnya, setelah tiga kali digelar, event Summer Fight di Bali sama sekali belum mendapat dukungan dari pemerintah. Padahal event ini sangat strategis jika menjadi bagian dari sektor kepariwisataan, atau biasa disebut sport tourism. “Berdasar data panitia penyelenggara, 65 persen dari dua ribu penonton summer fight adalah wisatawan mancanegara. Mereka datang ke Bali pertama-tama karena memang ingin menyaksikan Muaythai match,” paparnya.
Karena itu pula, sejak event yang pertama, Summer Fight sudah dikemas secara internasional. Sebut saja, misalnya dari MC dan komentator yang menggunakan bahasa inggris. Bahkan wawancara dengan para petarung pun langsung dialihbahasakan oleh penerjemah. “Kami sangat terbuka jika harus berkolaborasi dengan pemerintah. Namun jika tidak pun tak apa,” pungkas Marcos. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali