Konservasi Lontar di Tabanan, I Made Suarsa Diwarisi Kalender Tradisional Bali Kuno

 Konservasi Lontar di Tabanan, I Made Suarsa Diwarisi Kalender Tradisional Bali Kuno

Ada yang menarik ketika Festival Konservasi Lontar berlangsung di Banjar Kuwum Mambal, Desa Kuwum, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Rabu 22 Pebruari 2023. Tim Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Tabanan mengidentifikasi sebuah “Tika” (Kalender Tradisional Bali Kuno) disamping 15 cakep lontar. Tika merupakan benda, umumnya terbuat dari kayu untuk melihat hari, rerahinan dan menentukan dewasa ayu atau hari baik. Tika sering juga disebut dengan kalender kuno yang digunakan oleh umat Hindu di Bali.

Konservasi lontar yang berlangsung di rumah I Made Suarsa, diawali dengan “Maturpiuning” (upacara) dari pemilik lontar. Selanjutnya, membersihkan lontar dari debu menggunakan kuas halus. Jika ada tulisan yang buram dan kurang jelas, dilakukan penghitaman dengan buah kemiri yang dibakar dan sudah dihaluskan. Lalu, proses pembersihan lagi. Setelah betul-betul bersih lalu pembaluran dengan minyak sereh dicampur alcohol. Lalu, diangin-anginkan supaya cepat kering. “Kami mengidentifikasi dengan membaca kalimat awal dan akhir pada lontar, serta mencari judul serta katagori jenis lontar,” kata kata Baga Lontar Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Tabanan, I Nyoman Widana, A.Ma., S.Pd.B., M.Pd.H.

Tim Penyuluh di Kabupaten Tabanan yang berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali itu melakukan perawatan dan konservasi lontar warisan leluhur I Made Suar. Dari 15 cakep lontar yang ada, Tim Penyuluh hanya bisa mengidentifikasi sebanyak 14 lontar saja. Sementara 1 cakep lontar tidak bisa diidentifikasi karena kondisi yang rusak. Dalam 1 cakep lontar tersebut terdapat beberapa jenis lontar, sehingga tidak dapat megindentifikasinya. “Kondisi lontar di sini cukup baik. Walau demikian, ada beberapa lontar yang telah dimakan rayap. Lontar tersebut disimpan dalam keropak dan diletakkan di Piasan Merajan,” ucap Widana.

Baca Juga:  Sanctoo Suites & Villas Tunjukkan Eksistensi Bahasa Bali

Dalam konservasi ini, Tim Penyuluh Bahasa Bali dari Disbud Provinsi ada 4 orang, dari Penyuluh Bahasa Bali Tabanan 5 orang dan 13 orang dari Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di masing-masing desa dinas se-Kecamatan Marga itu berhasil mengidentifikasi lontar yang ada, yaitu Lontar Tutur, Wariga, Kekawin, Kanda dan Lontar Usadha.

Konservasi Lontar
Tika yang ditemukan di rumah I Made Suarsa di Banjar Kuwum Mambal, Kuwum, Marga, Tabanan.

Dari 5 jenis lontar tersebut, Tim Penyuluh berhasil mengidentifikasi sebanyak 14 judul lontar, dengan judul, antara lain Pandewa Sraya, Wekasing Aksara Mawisesa, Tutur Sang Hyang Wiswakarma, Padewasan, Panlasaning Tutur Utama (Kuranta Bolong), Witing Tastra Hanacaraka, Mantran Wong Agring, Wariga (Padewasan), Kakawin Niwatakawaca, Sanghyang Durga, Usadha Sakaluir Ipinakit, Krakah, Iti Paputusan ri Sarira, dan Wariga (Padewasan).

Memang, lontar tersebut dalam kondisi sangat baik karena pemiliknya telah merawat dengan baik. Setiap hari Raya Saraswati, lontar-lontar ini diupacarai. Sebelum melakukan upacara, pemilik lontar ini mengawali dengan membersihkan lontar-lontar tersebut dari debu, namun tidak menggunakan minyak sereh sebagai pengawet. “Karena itu, selain mengkonservasi lontar yang ada, kami juga memberitahukan kepada pemilik lontar cara merawat, dengan menggunakan minyak sereh,” paparnya.

Pemilik Lontar, Suarsa mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Provinsi Bali, Gubernur Bali yang telah melaksanakan ajang Bulan Bahasa Bali sebagai bentuk menjaga dan melestarikan aksara, bahasa dan sastra Bali. Demikian pula, Disbud Provinsi Bali bersama Penyuluh Bahasa Bali telah melaksanakan Festival Konservasi Lontar, sehingga tetamian lelangit yang berupa Naskah Lontar tetap terawat dan terjaga dengan Baik. “Dari festival ini, lontar warisan leluhur kami menjadi terawat,” ucapnya penuh syukur. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post