Sanggar Qakdanjur Awali Seni Pentas Virtual Disbud Bali

Sanggar Qakdanjur dengan karya bertajuk “Ayo Kreatif, Mari Produktif” sudah launching tampil di kanal YouTube : Disbud Prov Bali bertepatan dengan hari raya Tumpek Wayang, Sabtu, 13 Juni 2020. Selain Sanggar Qakdanjur, juga tampil Sanggar Uyah Lengis dengan karya Return-Mewali Mulih, dan Komunitas Kertas Budaya dengan karya Sebuah Negeri di Kujur Tubuhku. Ketiga sanggar seni itu tampil dalam Seni Pentas Virtual yang digelar Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali. Ada 50 kelompok atau sanggar yang difasilitasi pentas virtual dengan persiapannya sejak sebulan lalu.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Wayan “Kun” Adnyana mengatakan, sebanyak 202 komunitas seni, sanggar atau yayasan seni dari berbagai pelosok di Pulau Dewata bakal meramaikan pementasan yang memanfaatkan teknologi tersebut. Kegiatan ini memberikan ruang kepada para seniman bisa tetap kreatif berkarya di tengah pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). “Gelombang pertama dipilih 10 komunitas yang karyanya ditampilkan di kanal Youtube : Disbud Provinsi Bali,” kata Kun Adnyana yang didampingi Kabid Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Disbud Provinsi Bali Ni Wayan Sulastriani.
Sisanya bertahap untuk minggu-minggu berikutnya hingga Juli 2020. Pementasan seni virtual ini telah melalui proses kuratorial oleh tim yang ditunjuk Disbud Bali. Selain itu, karya yang ditampilkan harus menggelorakan optimisme, persatuan dan kesatuan bangsa, estetika, edukasi, tetap kreatif dan tidak boleh menampilkan produk komersial tertentu. “Jika menggunakan property, tidak boleh berbahan plastik sekali pakai dan Styrofoam, tidak boleh menampilkan unsur pornografi,” tegasnya.
Akademisi ISI Denpasar ini menegaskan, pemaknaan virtual dalam peragaan dan pementasan seni dapat dimaknai setidaknya dari tiga sisi. Pertama virtual dimaknai sebagai tayangan yang ditampilkan dalam jaringan atau “online”. Kedua, virtual dimaknai dari penggunaan piranti atau wahana kreatif misalnya dengan konsep hologram, animasi dan teknik lainnya. Ketiga, virtual dimaknai sebagai konsep estetik yang nirnyata, seperti halnya memunculkan situasi yang tidak ada tetapi dimunculkan di dalam pentas.
Pergelaran mini itu juga diatur jumlah personel yang melibatkan kurang dari 24 orang, mendapat biaya masing-masing komunitas sebesar Rp 10 juta. Anggaran yang dialokasikan untuk 202 komunitas dan sanggar seni di Bali itu total sebesar Rp2,020 miliar yang bersumber dari APBD Bali dan Dana Alokasi Khusus dari Pusat. “Masing-masing komunitas kalau melibatkan 20 orang, jika dikalikan 202, berarti ‘kan ada 4.040 pekerja seni yang sudah diakomodasi,” ucap Kun Adnyana.
Peragaan virtual untuk seni rupa, desain, maupun sastra, dengan durasi 30-45 menit di dalamnya dapat mengakomodasi tutorial penciptaan, wawancara kritik maupun display karya. Untuk seni pertunjukan yang berdurasi 30-45 menit, dalam karya tidak saja ditampilkan ketika pentas, bisa pula disampaikan proses berkaryanya. Kemudian setiap peragaan atau pementasan dibuat dalam format rekaman, video, tayangan berdurasi tiga menit, yang selanjutnya diunggah ke media sosial masing-masing dengan mencantumkan hastag#peragaandanpementasansenibudayaDisbudProvBali2020,#PemprovBaliPeduliDampakCovid-19, #SenimanBaliTetapBerkreasi,#NangunSatKerthiLokaBali.
Penampilan karya ini secara virtual ini pasti beda, sebab dalam penciptaan karya harus tetap disiplin dan mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid -19, seperti social dan physical distancing. Kalaupun harus dipanggungkan dalam satu ruang, maksimal hanya dibawakan oleh lima seniman. Kegiatan ini diselenggarakan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan tiga unit pelaksana teknis dinas (UPTD) di bawah Disbud Bali (UPTD Taman Budaya, UPTD Museum Bali/Museum Le Mayeur, dan UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali). [B/*]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali