Tanpa Penonton, 17 Peserta Wimbakara Pidarta Bahasa Bali

Suasana tak kalah serunya berlangsung dalam ajang Wimbakara (lomba) Pidarta Bahasa Bali dilaksanakan di Wantilan, Taman Budaya, Denpasar, Sabtu 13 Februari 2021. Dengan format kegiatan lomba menerapkan prokes ketat dan terbatas diikuti oleh 17 peserta dari berbagai universitas dan perguruan tinggi di Bali. Lomba pidato mengangkat tema “Wana Bhuwana: Utsaha Nglestariang Wana ring Jagat Bali” berlangsung hangat.
Koodinator Lomba Ida Bagus Wiswabajra, S.S., M.Si., menjelaskan, untuk kreteria lomba pidato kali ini para peserta lomba menyiapkan materi atau naskah pidato yang disusun oleh peserta dengan menggunakan Bahasa Bali Alus. Waktu penyajian pidato untuk masing-masing peserta adalah 10 – 12 menit. ” Lomba pidarta yang dinilai, adalah penampilan, pengolahan tema, penguasaan materi, bahasa dan amanat,” terang Wiswabajra.
Dalam lomba kali ini, kemampuan para yowana atau generasi milenial tampil prima. Bekal dan kemampuan berbahasa Bali, yang cukup baik ini juga diamati oleh salah satu dewan juri.
Dr.Drs. I Wayan Sugita, M.Si mengaku salut kepada para yowana (generasi muda) yang mau mempelajari bahasa Bali yang baik dan benar. Terutama dalam berbicara di depan umum yang mampu menggunakan bahasa sesuai tatanan sor singgih atau anggah ungguhing yang berlaku. “Semoga setelah tamat nanti mereka semua mempunyai bekal dan kemampuan berbahasa Bali yang baik, dan itu akan menjadikan bekal untuk ngayah menyama braya, karena ketika mereka turun bermasyarakat, penguasaan bahasa Bali adalah wajib, apalagi mereka adalah calon pemimpin masa depan,” katanya senang.
Walau demikian, lanjut dosen UHN IGB Sugriwa ini, perlu dipahami ada perbedaan antara pidarta dan dharmawecana. Hal itu harus jelas dipahami, karena esensinya memang berbeda. Kalau pidarta bagaimana pembicara harus mampu mempengaruhi, mengajak dan bahkan memprofokasi audient dari mereka tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan dharmawecana tujuannya jelas, yaitu materi agama agar bisa tersampaikan ke pendengar. “Saya selaku orang tua sangat bangga dan salut kepada generasi muda sudah mau memperdalam bahasa, aksara dan sastra Bali. Semoga nglimbak dimasyarakat,” harapnya.
Sementara itu I Putu Eka Guna Yasa,S.S, M.Hum, selaku kurator mengatakan, Pidarta Bahasa Bali antar universitas dalam rangkaian bulan bahasa Bali memberi ruang bagi para mahasiswa untuk melihat realitas, mengkritisi, dan mencari solusi atas berbagai masalah hutan sesuai dengan tema Wana Kerthi Sabdaning Taru Mahottama. “Dari pidato tadi juga muncul pemikiran-pemikiran segar para peserta tentang memanfaatkan potensi hutan. Salah satu peserta memformulasikan hutan sebagai Mahawana, Tapawana, dan Sri Wana,” ungkapnya.
Dalam konteks Mahawana, hutan adalah penyangga kehidupan, tempat sarwa prani hidup, dan saudara tertua manusia dalam tautannya dengan kosmologi Bali. Sementara itu, dalam konteks Tapawana, hutan sesungguhnya adalah tempat bertapa, sumber kerahayuan semesta. Di sisi lain, dalam konteks Sri Wana, hutan adalah tempat memperoleh sandang, pangan, dan papan termasuk juga bahan pengobatan, yang jika dimanfaatkan dengan tepat, ia bisa mendatangkan guna kaya “penghasilan hidup”.
Lanjut Guna Yasa, bersandar pada konsep-konsep yang dihasilkan oleh mahasiswa dalam pidato tersebut, memberikan internalisasi atau pembobotan terhadap Bulan Bahasa Bali 2021 ini. “Sekali lagi, tema Wanakerthi dibumikan sepenuhnya dalam Bulan Bahasa Bali tahun ini,” tandasnya.
Sementara itu, lomba pidato yang diikuti 17 peserta itu, akhirnya menetapkan tiga pemenang lomba. Tim juri yang terdiri dari Dr. Drs. I Wayan Sugita, M.Si., Dosen Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar, I Wayan Jatiyasa, S.Pd., M.Pd., Dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Hindu Amlapura dan Dr. Drs. Anak Agung Gde Putera Semadi, M.Si., Dosen Universitas Dwijendra menetapkan tiga pemenang masing- masing Juara I diraih Gusti Ayu Ade Mahardini (UHN I Gusti Bagus Sugriwa), Juara II diraih I Gusti Ayu Agung Arya Utamiyani (Fak. Ilmu Budaya Unud) dan Juara III diraih Gusti Ayu Erma Yunita Dewi (ISI Denpasar). [B/*]