Utsawa PKB XLIII Duta Kabupaten Klungkung Tampilkan “Kalpa Wreksa” dan Kabupaten Tabanan Sajikan “Dangdang Gula”

 Utsawa PKB XLIII Duta Kabupaten Klungkung Tampilkan “Kalpa Wreksa” dan Kabupaten Tabanan Sajikan “Dangdang Gula”

Duta Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Tabanan sebagai penampil perdana dalam Utsawa (Parade) Gong Kebyar Dewasa diajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII yang berlangsung di Panggung Ardha Candra, Art Center Bali, Sabtu 12 Juni 2021. Walau ditampilkan secara virtual (dalam jaringan) melalui channel YouTube Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan Bali TV, kedua duta ini tampil penuh semangat. Sekaa Gong Kabyar Bala Adhikara, Desa Dawan Kaler, Kecamatan Dawan sebagai Duta Kabupaten Klungkung dan Sanggar Seni Kembang Bali, Banjar Tunjuk Kelod, Desa Tunjuk sebagai Duta Kabupaten Tabanan menampilkan gaya masing-masing daerah yang memang khas.

Utsawa PKB XLIII

Pada PKB XLIII dengan tema Purna Jiwa; Prananing Wana Kerthi (Jiwa Paripurna Nafas Pohon Kehidupan) itu, Duta Kabupaten Klungkung mengawali dengan menampilkan Tabuh Kutus Lelambatan Kreasi dengan judul “Kalpa Wreksa”. Tabuh yang ditata oleh Komang Pande Ary Wibawa ini menyajikan tabuh baru, namun tetap berpedoman pada tabuh lelambatan klasik yang ketat pada uger-uger (aturan). Tabuh ini terinspirasi dari sebuah pohon besar yang disebut Kalpa Ereksa atau Kalpa Taru yang di Bali dikaitkan dengan keberadaan pohon beringin. Tabuh ini menonjolkan unsur musical, motif, serta karakter gending yang diolah dengan manis, sehingga menjadi sebuah tabuh yang harmoni, seperti penyatuan semua unsur dari pohon.

PKB XLIII

Selanjutnya, menampilkan Tari Kreasi Kekebyaran “Samahita Patni” merupakan tari berkelompok yang didukung sebanyak 9 penari wanita. Tari ini menggambarkan kegigihan kaum perempuan Bali yang memiliki keberanian berperang, seperti kaum laki-laki. Ketulusan jiwa raga untuk tanah pertiwi diungkap lewat gerak dinamis, yang terkadang keras dan tegas. Walau sebagai tari kreasi, Samahita Patni tetap mengedepankan pakem gerak tari Bali yang sudah ada. Pemilihan busana didominasi warna putih dengan khas mesesaputan, memakai gelungan. Tari ini mengedepankan ekspresi wajah, disamping gerak sehingga menjadi sajian seni yang menarik.

Baca Juga:  Wayang Kulit Sebagai Cerminan dan Edukasi Agar Tahu “Sesana”

Sajian yang ketiga, menampilkan Tari Kreasi Bebarisan berupa Tari Baris Pertiwa. Tari ini terinspirasi dari tari klasik yang ada di Klungkung. Walau sebagai Tari Baris Pemendak atau Baris Prosesi, namun ragam geraknya ditata dengan apik, sehingga menarik. Polos dan sarat makna. Tombak tak hanya sebagai property, tetapi menjadi bagian dari perbendaharaan gerak tari yang memang unik. Busana didominasi warna putih dan memakai pamor (warna putih) sebagai hiasan gelang kano. Gerak tarinya sederhana yang terkadang menari duduk, dengan diiringi tembang klasik. Pendukung tari dari Seniman Klungkung Berani (Sekuni) dan digarap oleh Agung Putra Dalem.

Utsawa PKB XLIII

Sementara Duta Kabupaten Tabanan mengawali penampilannya dengan menyajikan Tabuh Kutus Dangdang Gula. Tabuh yang ditata oleh I Made Arnawa tergolong sebagai tabuh lelambaran klasik yang memiliki struktur pengawit, pengawak, dan pengtecet. Namun, dalam penyajiannya digarap dalam bentuk baru dengan polesan kreatif, sehingga menjadi tabuh yang inovatif dan sangat manis di telinga. Pola keklasikannya masih ada, karena kompositoris musikalnya dari segi struktur masih dipertahankan.

Tabuh ini menjadi sangat manis ketika dimainkan dengan lebih ekpresif dari seniman-seniman muda yang memang terampil. Teknik permainannya hampir seimbang, sehingga rasa dan pesan dari tabuh itu bisa dirasakan oleh penikmat seni ataupun penonton secara umum. Apalagi, ditambah dengan gaya masing-masing penabuh yang enerjik seakan memberi ketegasan pada setiap tempo dari tabuh itu sendiri. Sajian tabuh ini menjadi sangat menarik ketika diakhir tabuh, semua suara gamelan itu menurun dan satu-persatu menghilang.

PKB XLIII

Untuk penampilan kedua, menyajikan Tari Kreasi Putri Karuna yang didukung oleh 8 penari. Tari ini menggambarakan para gadis desa yang selalu ceria bergotong royong menjaga hasil ladang dalam keseharainanya. Mereka terkadang bercanda menyiram tanaman, terkadang melingkari sebuah pohon yang dianggap sacral yang ditaadai dengan kain poleng (berwana hitam tanah putih). Melalui ungkapan gerak yang sangat indah, tari ini memiliki makna untuk menjaga filosofi tinggi dari para leluhur dengan melestarikan tradisi yakni memanusiakan lingkungan.

Baca Juga:  Rekasadana PKB XLIII Sanggar Seni Tasik Kula Githa Banjar Suwung Kangin Sajikan Tari Klasik Palegongan

Pohon diperlakukan seperti manusia yang dijaga secara sekala dan niskala. Hal itu ditunjukan dalam sebuah adegan serta penataan busana dan property berupa kendi dan pohon-pohonan. Tari ini dibawakan remaja putri yang bertugas sebagai penyayang tumbuh-tumbuhan. Karya tari tergolong baru ini ditata oleh I Wayan Juana Adi Saputra serta I kadek Agus Pusaka Adiputra dan I Putu Purwwangsa Negara sebagai penata iringan.

Utsawa PKB XLIII

Pada akhir penampilannya, Dua Kabupaten Tabanan mementaskan Tari Kreasi Bebarisan “Tapak Memedi”. Karya tari ini terinspirasi dari Tari Baris Memedi di Kabupaten Tabanan. Sebuah tari yang dimaknai sebagai pengiring roh leluhur menuju alam nirwana dalam upacara ngaben. Para penari memang mengutamakan tari bebarisn yang tegas dan keras, namun dalam olahnnya terkadang ada gerak lucu, seperti jahil, liar dan suka bercanda. Keberadaan mahluk ini, dihormati sebagai pondasi untuk menuju kebahagiaan. Tari yang ditata oleh I Nyoman Agus Hari Suidarma Giri dan I Wayan Muder sebagai penata tabuh mengimplentasikan gerak-gerak memedi itu ke dalam sebuah garapan tari beberisan ini. [B/*]

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *