Lomba Design dan Peragaan Busana PKB XLIII

 Lomba Design dan Peragaan Busana PKB XLIII

Cantik dan penuh kreasi. Gadis manis dan pria ganteng ini mengumbar senyum memikat para pengunjung yang hadir. Mereka melangkah tenang berpadu busana apik dengan corak dan mode yang baru. Itu memang olahan kreatif para desainer yang diperagakan para model model berbakat. Menariknya, pada desainer ini mampu mengolah secara kreatif materi-materi atau ide-ide otentik desain busana berbahan kain tradisional Bali, seperti endek dan songket. Karya-karya desain yang memang maenrik ini seakan menggairahkan kembali industri tekstil di Pulau Dewata.

Itulah suasana Wimbakara (Lomba) Design dan Peragaan Busana serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Art Center, Bali, Minggu 20 Juni 2021. Para desainer itu mengaplikasikan kain tenun Bali kedalam balutan busana adat kekantor, balutan busana kasual dan balutan busana pesta (cocktail). Dengan kreatifitas tinggi, para desainer ini mampu mengkreasikan kain tenun untuk berbagai macam tema busana atau fashion yang sangat menarik untuk dilihat. Ketika diperagakan oleh para peragawati itu, seakan memberikan motivasi bagi para pengerajin tenun untuk lebih semangat dalam membuat produk kerajinan.

Lomba Design dan Peragaan Busana

Lomba Design dan Peragaan Busana diikuti oleh tujuh kabupaten dan kota di Bali, kecuali Buleleng dan Karangasem. Untuk Lomba Busana Adat Bali ke Kantor Berpasangan Juara I, II dan III masing-masing diraih Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung. Sementara untuk Lomba Busana Kasual Berpasangan juara I, II dan III diraih oleh Duta Kota Denpasat, Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar. Sedangkan Busana Pesta dari kain tenun diraih oleh Kabupaten Gianyar, Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung sebagai Juara I, II dan Juara III.

Desainer Kabupaten Gianyar yang meraih Juara I Busana Pesta dari Kain Tenun, Kadek Dika Saskara mengaku, sangat bangga desain busananya berhasil menarik perhatian dewan juri. Busana pesta (cocktail) yang disajikan itu terinspirasi dari tradisi nyacahin di Desa Sebatu Tegallalang yang merupakan wujud syukur masyarakat atas kelimpahan pangan di desanya. Tradisi ini merupakan banten tegen-tegenan yang berisi hasil bumi yang disusun berbentuk menyerupai piramida. “Dari bentuk-bentuk itu, saya mentransformasikan ke dalam wujud busana cocktail dengan berpalet warna ungu sebagai simbol warna keberkahan. Bahan utamanya tenun ikat (endek) khas Gianyar. [B/*]

Related post

2 Comments

  • Najczęstszymi przyczynami niewierności między parami są niewierność i brak zaufania. W czasach bez telefonów komórkowych i Internetu kwestie nieufności i nielojalności były mniejszym problemem niż obecnie.

  • Wow, superb blog format! How lengthy have you ever been running
    a blog for? you made blogging glance easy.

    The total look of your site is magnificent, as neatly as the content material!
    You can see similar here najlepszy sklep

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *